Love Letter part 20

902 80 2
                                    

Hobbie dan keluarganya mengurusi Yoongi dan Jimin yang sekarang sama-sama terbaring diruang rawat.

Sedangkan Young Joon mengurus jenazah dan semua urusan rumah sakit dan yang terkait  kecelakaan lainnya.

.......

Yoongi memangku foto kedua orang tuanya.
Dia berjalan dibarisan paling depan, mengantarkan jenazah mama dan papanya keperistirahatan terakir mereka.

Langkahnya tertatih.
Apa yang bisa dia lakukan tanpa ke dua orang tuanya.
Cobaan ini terlalu berat untuk dilewati.

Hobbie terus mendampingi Yoongi, kondisi Yoongi yang tidak stabil membuatnya khawatir meninggalkan Yoongi sendirian.

Kakek dan nenek Yoongi juga hadir dipemakaman itu.
Tak ada kata yang dapat menggambarkan kesedihan kedua orang tua itu.

Anak dan menantunya berpulang setelah mengunjungi mereka.
Bahkan anak perempuan mereka yang baru bertemu lagi setelah puluhan tahun terpisah,  sekarang juga dalam keadaan koma, belum jelas bagaimana nasib nya.
Begitu juga Jimin, cucu mereka yang baru saja bertemu srkarang juga masih terbaring dirumah sakit.

Kesabaran dan ke iklasan mereka benar-benar diuji.

Sedangkan Jimin tidak tampak hadir.

Jimin masih terbaring dirumah sakit.
Dia sadar hanya beberapa saat, lalu jatuh pingsan lagi, begitu terus berulang-ulang.

Beberapa hari kakek dan neneknya menemani Yoongi.

Yoongi benar-benar hancur, dia tak bisa diajak komunikasi, belum ada sepatah katapun keluar dari mulutnya semenjak sadar dari pingsan dirumah sakit itu.

Diam dan tiba-tiba menangis, hanya itu yang dilakukan Yoongi,

bahkan dia belum makan sama sekali semenjak mendapat kabar duka itu.

Kakek dan neneknya juga mengkhawatirkan keadaan Jimin dan mamanya.

Jimin membuka matanya sesaat, lalu akan pingsan lagi.

Sedangkan mamanya dalam kondisi koma, kedua kakinya hancur, kini hidupnya bergatung pada alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya.

Karna kondisi kakek nya yang terus menurun, akhirnya mereka memutuskan kembali ke kampung.

Mempercayakan Yoongi, Jimin dan Juga mama Jimin pada para pelayan dan orang kepercayaan keluarga.

Seminggu berlalu, Jimin sudah lebih sering bangun dibandingkan tak sadarkan diri.

Selama itu Juga Yoongi tak pernah datang melihatnya kerumah sakit.

Jimin sudah mulai dilatih memcoba mengujungi ruangan mamanya.

Melihat tubuh mamanya terbaring dipenuhi peralatan yang menempel ditubuhnya,
Bahkan hanya melihat dari balik kaca aja Jimin akan jatuh pingsan lagi.

Jimin juga khawatir dengan keadaan Yoongi.

Jimin menanyakan keadaan Yoongi pada pelayan yang menjaganya di rumah sakit.

Pelayan itu menggambarkan keadaan Yoongi yang tak jauh lebih baik dari Jimin,
yoongi tak bisa diajak bicara, susah disuruh makan, dia hanya diam dan menangis tiap hari.

Jimin ingin secepatnya pulang dan melihat kondisi Yoongi.

Tapi belum dapat ijin dari dokter yang menanganinya.

Jimin harus tidak pingsan dalam dua atau tiga hari dulu baru boleh pulang.
Kalau setiap hari pingsan seperti sekarang, disarankan harus tetap dirawat dulu.

PR dari dokter,  Jimin harus mensugesti dirinya sendiri untuk tetap mempertahankan kesadarannya.

Karna tidak ada obat dari penyakit Jimin ini selain motivasi dari dalam dirinya sendiri.

Jimin berusaha seperti yang di sarankan dokter.
Terus memotivasi dirinya tiap saat.
Meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia kuat, dia mampu melewati ini.
Ada mamanya dan juga Yoongi yang harus dia jaga.
Tidak boleh terus-terusan selemah ini.

Hampir dua minggu dirumah sakit, akhirnya Jimin bisa meyakinkan dokter untuk bisa mengijinkan nya pulang.
Karna Jimin sudah bisa bertahan 2 bahkan 3 hari tidak pingsan.

.......

Memasuki pekarangan rumah Yoongi.

Nafas Jimin mulai berpacu lagi, ada trauma tersendiri memasuki rumah itu.
Ingatan Jimin langsung pada mamanya, pada om dan tante dan semua kenangan disana.

Jimin berusaha mengatur nafas dan fikiran, untuk mempertahankan kesadarannya.

Karna dia ingin secepatnya bertemu Yoongi dan tak ingin terlihat lemah di depan Yoongi.

Begitu masuk rumah, Jimin langsung menuju kamar Yoongi, karna bertemu Yoongi adalah tujuan utamanya.

Hobbie keluar dari kamar Yoongi.
Dia mencegat Jimin didepan pintu kamar, dan langsung menutup pintu kamar itu.

Hobbie langsung memeluk Jimin dan merangkulnya menuju ruang tamu.

"Apa kau sudah lebih baik Jim?"
Tanya Hobbie.

"Aku mau ketemu Yoongi."
Tegas Jimin mengabaikan basa-basi Hobbie.

Hobbie bicara ini dan itu, seolah sedang mengulur waktu.

Hobbie terlalu banyak mengoceh,  Jimin mulai muak mendengarnya.

"Apa kau sedang berusaha mencari cara untuk melarangku bertemu Yoongi"

Tegas Jimin sambil menatap Hobbie tajam.

Hobbie gelagapan, bingung bagaimana menjelaskannya pada Jimin.

"Jimina, kamu jangan salahfaham padaku, aku sangat mengkhawatirkan kalian berdua."

"Dua minggu ini Yoongi belum pernah bersuara sama sekali, tapi pagi ini karna mendengar kamu akan pulang hari ini, dia bicara untuk pertama kalinya."

"Dia bilang belum siap bertemu kamu."

"Aku sudah berusaha meyakinnya dari tadi."

"Tidak tau lagi apa yang bisa kulakukan."
Terang Hobbie.

Jimin tidak benar-benar memahami apa maksud dari semua apa yang dikatakan Hobbie.

Jimin berdiri dan kembali berjalan menuju kamar Yoongi.

Jimin mengetuk pintu itu berkali-kali, sambil terus memangil-manggil nama Yoongi,

Pintu terkuci dari dalam, dan tidak ada jawaban dari dalam kamar itu sama sekali.

Disisi lain, Yoongi mengunci pintu itu dan memegang handle pintu sekuat tenaga,

Dia menahan tangisnya agar tak terdengar keluar.

Entah apa alasan Yoongi.
Dia merasa tidak siap bertemu Jimin,
dia pasti tak akan sanggub melihat kondisi Jimin.

Suara tangis pilu Jimin dari balik pintu, membuat Yoongi semakin yakin bahwa dia tidak akan sanggub dan ingin menyerah dari semua cobaan ini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.








.







.

----- to be continued. -----

LOVE LETTER [YOONMIN] || ENDМесто, где живут истории. Откройте их для себя