Love Letter part 18

909 91 4
                                    

Yoongi memeluk Jimin untuk membuatnya tenang.

Sesaat Jimin terdiam dalam pelukan Yoongi, mengatur nafas dan berusaha untuk tidak pingsan.

Lalu Jimin berusaha melepaskan diri dari pelukan Yoongi.

Mendorong Yoongi dan menjauh,

Yoongi kembali mendekati Jimin, memastikan dia baik-baik aja.

Lalu dia kembali kemobil dan mengambil air mineral untuk Jimin.

Jimin meraih botol minuman yang dibawakan Yoongi dan meminumnya untuk menghilangkan rasa cemas.

"Kamu gak papa kan?"
Yoongi kembali menyentuh bahu jimin, dia khawatir kalau Jimin akan pingsan karna ketakutan.

Jimin menepis tangan Yoongi, dan kembali bergeser menjauh.

Wajah cemas Jimin berubah jadi marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah cemas Jimin berubah jadi marah.

"Maaf"
Ucap Yoongi pelan, bahkan nyaris tak terdengar oleh Jimin.

Yoongi menunduk, tak berani menatap Jimin.

Jimin menatap Yoongi tajam

"Haruskah aku menonton drama percintaan kalian?"

"Apa gak bisa ributnya setelah kita sampai ?"

Suara Jimin pelan, tapi bergetar karna emosi yang tertahan.

Rasanya ada banyak sekali yang ingin dikatakan Jimin, tapi dia berusaha menahan nya.

Karakter Jimin yang biasanya diam jika sedang marah, tapi kali ini dia tak dapat menahannya.
Hatinya sudah gondok dari kemaren.

Yoongi hanya bisa menunduk, tak tau harus menjab apa.

Tak lama Hobbie turun dari mobil setelah dari tadi menenangkan dirinya,Hobbie meminta maaf pada Jimin dan memastikan Jimin baik-baik aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak lama Hobbie turun dari mobil setelah dari tadi menenangkan dirinya,
Hobbie meminta maaf pada Jimin dan memastikan Jimin baik-baik aja.

......

Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan.

Yoongi pindah duduk dibelakang disamping Jimin. Dia tau jimin masih cemas dan marah karna kejadian hampir kecelakaan tadi.

Jimin berusaha menguatkan diri, dia ingin sekali secepatnya sampai dirumah, tak ada pilihan lain selain duduk di mobil itu, apapun yang dia rasakan.

Jimin duduk kepinggir, berusaha menjauhi Yoongi.
Menahan rasa cemas dan juga pusing, yang ada dihatinya hanyalah jengkel saat ini.

Yoongi berusaha mendekati Jimin, menarik tangan Jimin agar bersandar padanya,
Tapi Jimin menepis tangan Yoongi.

Yoongi kehabisan cara melunakkan hati Jimin.

.....

Drama perjalanan panjang itu akhirnya usai juga.
Mobil memasuki pekarangan rumah Yoongi.

Seperti memasuki rumah sendiri, karna memang rumah itu tak asing buatnya, Hoobie langsung merebahkan tubuhnya dikasur dikamar Yoongi.
Dia sangat lelah.

Jimin juga berbaring di sofa diruang tamu,

Yoongi juga merebahkan tubuhnya disofa di ruang tamu,  dia canggung mau masuk kamar,  karna sudah ada Hobbie dikamar, dan karna Yoongi memikirkan Jimin.

Jimin bangun dan melihat Yoongi berbaring disofa,

Lalu Jimin menelpon mamanya, karna rombongan mobil mamanya harusnya udah sampai, apalagi mereka berangkat lebih dulu.

"Kenapa lama bangat"
Guman Jimin.

Jimin mencoba menelpon berkali-kali, tapi tidak diangkat walaupun berdering.
Perasaan Jimin mulai tidak tenang.

Hoobie keluar kamar, dan membangun kan Yoongi yang tertidur pulas,

Yoongi bangun, setengah sadar dia mengikuti Hobbie yang menuntunnya untuk pindah tidur kekamar,
Yoongi bahkan seperti tidak melihat Jimin yang duduk disitu.

Lagi-lagi Yoongi tidak mempedulikan nya. Jimin benar-benar merasa ingin menangis kali ini.

Fikiran Jimin makin tak karuan,

Dia terus mencoba menelpon mamanya berulang-ulang, walaupun tidak diangkat.

Tangannya bergetar mengusap layar hp nya berulang-ulang.
Air matanya menetes tanpa dia sadari.

Entah menangis karna mamanya yang tidak bisa dihubungi, atau karna melihat Yoongi yang dituntun Hobbie masuk kamar barusan.

"Kenapa?"
Tanya Yoongi pelan.

Jimin kaget karna tiba-tiba Yoongi sudah berdiri didepan nya.
Jimin buru-buru menghapus air matanya.

Tangannya tetap mengusap ke atas dan kebawah layar hp nya.

Wajah panik jimin tak bisa disembunyikan, dia lelah menahan diri.

Yoongi duduk disamping Jimin dan langsung menggenggam tangan Jimin yang memegang hp nya.

Jimin mungkin tidak sadar dengan wajah panik nya yang bahkan membuat tangannya bergetar karna tidak tenang.

"Kenapa nangis?"
Tanya Yoongi lagi.

"Mama gak bisa di telpon"
"Perasaan ku gak tenang."
Sahut Jimin.

Belum sempat mengucap kan apa-apa, hp di kantong Yoongi berbunyi,

Yoongi mengangkatnya,
Orang diseberang telpon berbicara.

Cukup lama Yoongi mendengarkan suara di hp nya.
Wajahnya berubah tegang.

Tangan nya yang tadi menggenggam tangan Jimin, semakin erat bahkan Jimin sampai merasa kesakitan.

"Dimana ?"

Satu-satunya kata yang keluar dari mulut Yoongi selama panggilan itu berlangsung.

Jimin bingung melihat Yoongi, dia penasaran siapa yang menelpon, dan kenapa ekspresi Yoongi seperti itu.

"Kenapa?"
"Ada apa ?"
"Siapa yang telpon?"
Pertanyaan Jimin bertubi,

Tapi Yoongi terdiam kaku sesaat.
Lalu memegang ke dua pundak Jimin

"Tapi janji kamu harus tenang ya".

Jimin makin yakin kalau sesuatu yang buruk terjadi,

Air mata Jimin mengalir lagi.

"Ada apa ?"

"Kasih tau ada apa?".

Jimin memohon dalam tangisnya.

Yoongi memeluk Jimin yang panik, walaupun Yoongi sendiri tak kalah paniknya.

"Makanya kamu harus tenang dulu."

"Mereka bilang mobil papa kecelakaan."

Bisik Yoongi sambil memeluk Jimin erat.

.
.
.
.
.
.
.
.

----- to be continued. -----

LOVE LETTER [YOONMIN] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang