Love Letter part 30

816 93 8
                                    

Yoongi terpaku, hanya bisa melihat punggung Jimin yang makin menjauhinya.

Harapan Yoongi pertemuan kali ini bisa memperbaiki hubungan nya dengan Jimin, tapi sebaliknya hubungan nya dengan jimin malah berakhir jauh lebih buruk.

......

Akhirnya Yoongi harus benar-benar mengosongkan rumah itu,

Beberapa hari ini, semenjak surat itu dibacakan, Yoongi kembali menutup diri dan jarang bicara,

Hobbie sedang sibuk mengemasi barang-barang Yoongi, mereka berencana akan pindah ke apart Hobbie, karna hari ini adalah hari terakhir Yoongi dirumah itu.

Sementara Yoongi hanya duduk diam dan terus memandang jauh kearah jendela kamar,
Dia bahkan tak mau bertemu para pekerja rumah yang hendak berpamitan padanya,
Hanya Yoongi yang tau, apa yang berkecamuk dibenaknya saat ini.

Lalu Yoongi menoleh ke arah Hobbie yang sedang sibuk mengemasi barang-barang nya, Yoongi meminta Hobbie menghentikan kegiatannya.

"Aku akan tinggal bersama Jimin" ungkapnya.

"Kenapa ?". Wajah Hobbie berubah serius.

"Rumah, Perusahaan dan Jimin, tiga hal yang diamanatkan orang tua ku. Jika aku tak mampu mempertahankan semuanya, setidaknya aku harus menjaga Jimin."

Hobbie tetap melanjutkan kegiatan nya.
"Tapi kondisi Jimin jauh lebih baik darimu. Yang tidak stabil dan harus dijaga itu adalah kamu."

Jawab Hobbie tanpa menoleh kearah Yoongi dan tetap dengan kesibukan nya.

"Sekarang kamu tidak perlu banyak berfikir, tinggal bersama ku, aku bisa menghidupi mu. Masalah rumah ataupun perusahaan bisa kamu fikirkan nantik setelah kondisi mu lebih baik."

Yoongi menyeringai. "Terdengar seperti kamu sedang ingin menjadikan ku boneka pajangan dirumah mu." Jawab Yoongi.

Hobbie menghentikan kegiatan nya dan menatap Yoongi,

"Kenapa kamu selalu salah faham ?, aku mengorbankan waktu ku, karier ku, bahkan meninggalkan Jin. Apakah semua itu gak ada artinya untuk mu ?"

Yoongi menatap Hobbie tajam. Apa yang keluar dari mulut Hobbie memancing amarahnya.

"Jangan memaksa ku untuk berkata kasar padamu." Jawabnya

Hobbie yang juga sudah kehilangan kesebaran pun tak bisa menahan diri untuk tidak menjawab Yoongi.

"Lalu tinggal bersama Jimin, apa menurutmu akan lebih baik?. Jika perlu kita ajak Jimin sekalian tinggal bersama kita dirumah ku. Gak ada alasan kamu tidak tinggal dekat dengan ku. Karna kamu adalah pasangan ku."
Lanjut Hobbie.

Hobbie diam sejenak, karna Yoongi tak menjawab nya.

"Sudahlah Yonggia, tidak tepat waktunya kita bedebat sekarang."

Yoongi tersenyum sinis,
"Haruskah aku bangga, karna kamu lebih memilihku dan meninggalkan Jin ?"

"Aku bukan barang yang bisa kamu pilih-pilih. Dan satu lagi, aku bukan pasangan mu."

Hobbie tak tahan lagi, suasana nya makin sengit, dia menghadapi Yoongi.

"Apa maksudmu bukan pasangan ?, jadi apa maksudnya selama ini ?. Kamu tidak sedang hilang ingatan kan?".

Balas Hobbie, karna tidak mungkin Yoongi tidak mengingat apa aja yang mereka lakukan selama berbulan bulan bersama.

"Kamu boleh bermain main dengan tubuh ku, tapi tidak dengan hati ku."
Jawab Yoongi tajam dan langsung berjalan meninggalkan kamar itu.

Hobbie mengejarnya, namun sia-sia. Karna akan sulit menenangkan Yoongi ketika dia sudah marah.

Yoongi menghembuskan nafas dalam dalam ketika dia sampai diluar rumah, menghirup udara segar membuatnya sedikit lega.

Semua terasa berat.
Kata-kata Hobbie yang bilang akan menanggung hidupnya, sangat melukai harga diri Yoongi.

Semua berubah, dan Yoongi benar-benar kehilangan semua nya.

.
.
.

Yoongi mencari Jimin kerumah sakit, tapi Jimin tidak disana, lalu menuju ke resto tempat Jimin berjualan.

Walaupun khawatir Jimin akan mengabaikannya, tapi Yoongi hanya berfikir harus bertemu Jimin sebelum nanti memutuskan akan kemana dia pergi.
Walaupun satu-satunya yang bisa dituju Yoongi hanyalah rumah neneknya dikampung.

Dari kejauhan, dari tempat biasa Yoongi mengamati Jimin, melihat Jimin sadang sibuk melayani pelanggan.

Bahkan hanya melihat Jimin dari kejauhan pun sudah membuat nyali Yoongi ciut, tidak tau kesalahfahaman apa lagi yang bisa terjadi kali ini.

Yoongi terus mengulur waktu dan mengumpulkan keberanian untuk mendatangi Jimin.
Bahkan sampai Jimin dan teman-teman nya menutup warung dan mereka berjalan pulang.

Yoongi menjaga jarak dan mengikuti mereka.

Sesampai dirumah, Jimin mandi dan setelah tubuh nya terasa segar, dia merebahkan tubuh lelah itu ditempat tidur.

Jimin membuat tubuhnya selelah mungkin, agar dimalam hari dia akan cepat tertidur tanpa sempat memikirkan hal lain yang mengganggu fikirannya.

Karena ada banyak hal yang selalu mengganggu fikiran Jimin dan ingin sekali dilupakan nya, seperti hari ini, ingatan tentang Yoongi sangat mengganggunya,

Lima hari setelah surat pemberitahuan itu, lima hari waktu yang mereka berikan untuk mengosong kan rumah.

Artinya hari ini Yoongi harus keluar dari rumah itu.

"Mungkinkah bertemu lagi, setidaknya sekali sebelum mereka pindah keluar negri."

Jimin larut dalah fikirannya, matanya sulit dipejamkan.

Akhirnya Jimin memutuskan memasak dan makan, mungkin saja ketika perutnya kenyang, dia akan tertidur dengan mudah.

Ketika sedang asyik didapur, jimin tertegun karna mendengar suara pintu diketuk,

Jimin mengumpulkan keberanian untuk membuka pintu itu.
Karna Jimin tidak pernah berfikir akan ada yang mencarinya di jam seperti ini.

Jimin terpaku melihat siapa yang ada dibalik pintu,

Sesaat mereka saling tatap.

"Gimana kamu bisa tau tempat ini? " tanya Jimin
Jimin berusaha menguasai diri, sulit menyembunyikan rasa canggung diantara mereka.

Cukup lama Jimin berdiri didepan pintu, seolah tidak percaya kalau yang datang adalah benar-benar Yoongi.

"Apa kamu gak akan menawarkan ku masuk ?. Aku capek bangat karna sudah berdiri didepan resto mu dari siang tadi." Ucap Yoongi.

"Aaaa, akk.. ayo masuk" ucap Jimin.

Jimin benar-benar salah tingkah dan canggung.

Mempersilahkan Yoongi duduk di meja makan dan lalu mengambilkan sebotol air mineral untuknya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

----- to be continued -----
























LOVE LETTER [YOONMIN] || ENDWhere stories live. Discover now