Love Letter part 23

877 83 1
                                    

Yoongi menyadari bahwa dia adalah manusia yang paling egois terhadap Jimin.
Dia tidak rela melihat Jimin bahagia dengan orang lain, tetapi dia juga tidak punya keyakinan untuk membuat Jimin bahagia bersamanya

Jimin memandangi mamanya dari luar ruangan. Sampai sekarang Jimin belum pernah berani masuk ke dalam ruangan itu. Karna biasanya, melihat mamanya dari luar ini aja dia pasti sudah jatuh pingsan lagi.

Cukup lama Jimin berdiri, lalu memutuskan untuk masuk, setelah memastikan kalau dia akan sanggub.

Jimin tidak pernah melepaskan tangan Jung narie. Dia merasa mendapat kekuatan saat seseorang memegang tangan nya, dan bisa bertahan untuk tetap sadar.

Ragu mereka memasuki ruangan itu. Kondisi mamanya cukup parah. Ada alat yang terpasang di mulut, hidung juga tangannya. Ada juga beberpa monitor yang tidak difahami Jimin fungsinya.

Jimin lemas tak berdaya melihat pemandangan didepan matanya, dia tak sanggub berdiri dan jatuh bersimpuh dilantai.
Tapi ada kemajuan, dia tidak pingsan kali ini.
Jung narie memeluknya.

Yoongi terus mengamati mereka dari luar ruangan. Kakinya ikut lemas.
Pertama kali dia melihat kondisi tante nya. Sehancur ini keluarga mereka sekarang,
Tak ada apapun yang dapat menggambarkan hancurnya perasaan Yoongi saat ini.

Sekarang Yoongi melihat Jimin menangis dalam pelukan orang lain. Menyadari begitu tidak berdaya nya dia dijadikan tempat bersandar untuk Jimin, adiknya itu.

Yoongi bahkan tak mampu menyemangati dirinya sendiri. Dia terus menyesali diri.
Mungkin akan lebih baik jika waktu itu mereka tetap satu mobil dan meninggal sama-sama.

Yoongi kembali kemobil, tak sanggub lebih lama melihat pemandangan itu. "Ada orang disamping Jimin sekarang, mungkin itu lebih baik untuknya." Batin Yoongi.

......

Malam itu Jimin diantar Narie pulang ke kost nya, Narie bersikeras mengajak Jimin untuk menginap dirumahnya, atau Jimin mengijinkan nya menemani Di kost, dia khawatir meninggalkan Jimin sendirian.

Tapi Jimin menolaknya, walaupun ragu, tapi Jimin memutuskan untuk sendiri. Tidak mungkin terus-terusan merepotkan Narie, Jimin berfikir harus membiasakan diri agar lebih kuat dan mandiri.

Jimin memeluk selimut yang biasa digunakan mamanya, aroma tubuh mamanya membuat kerinduan akan mamanya sedikit terobati.

Entah berapa kali Jimin tak sadarkan diri, bangun dan pingsan lagi malam itu.

Sementara Yoongi berbaring dalam pelukan Hobbie, ada sedikit ketenangan dia rasakan, disaat dia sehancur ini dan ada Hobbie disampingnya.

Hobbie terus menemani Yoongi sejak kecelakaan itu terjadi, dia bahkan membatalkan beberapa acara manggungnya hanya demi menemani Yoongi.

Hobbie yang selama ini dia rindukan, kali ini seutuhnya selalu bersama Yoongi.

Tapi entah kenapa, fikiran Yoongi hanya selalu tentang Jimin, bahkan saat Hobbie memeluknya, Yoongi malah makin dalam merindukan Jimin.

Wajah Jimin yang lembut dan senyum manis nya, Yoongi tak dapat mengusir bayangan itu dari benaknya.

Yoongi membiarkan Hobbie memeluk ataupun menciumnya bahkan melakukan apapun yang dia suka, semua hal-hal yang dulu menyebakan rengganya hubungan mereka.

Yoongi menangis dan memanggil nama Jimin.

Suara isak Yoongi tak berhenti. Hobbie mendengar Yoongi berguman dan menyebut nama Jimin. Ada rasa perih dihatinya mendengar Yoongi memanggil nama Jimin saat dalam pelukaannya, tapi Hobbie harus diam saja, mengingat kondisi Yoongi yang sedang tidak stabil.

.....

Pagi Jimin terbangun, menatap langi-langit kamar, kembali Jimin tersadar kalau hari ini bukanlah hari yang biasa. Tidak ada suara lembut mama yang membangun kan nya, tidak ada bekal yang sudah disiapkan mama nya di meja makan.

Air mata kembali membasahi pipinya, fikiran gundah kembali menghantui.
Entah kapan mamanya akan pulih. Bagaimana dengan Yoongi yang sekarang sudah gak punya orang tua. Kenapa Yoongi tak mau bertemu dengannya.

"Bagaimana pun hari ini harus tetap dilalui." Jimin menyemangati dirinya sendiri. Dia lalu bangun dan membereskan tempat tidur, jimin membersihkan dan merapikan seluruh ruangan.

Kamar kost sederhana, hanya ada dapur kecil, meja makan, tempat tidur dan kamar mandi, semua jadi satu ruangan.

Jimin membersihkan semuanya. Hampir sebulan kamar itu ditinggalkan, banyak debu yang menempel,

terus menggerakkan tubuhnya untuk mengalihkan gundah fikirannya.

Jimin terus bergerak dan tak henti-hentinya bergumam. "Bahwa hari ini adalah hari yang seperti biasa, dan aku pasti bisa melewatinya."

Jung narie mengetuk pintu, dia datang pagi-pagi sekali, membawakan Jimin sarapan. "Aku bolos hari ini, karna pengen nemenin kamu, agar hari ini kamu bisa lebih baik, dan besok kita bisa berangkat ke kampus bareng".

Jimin hanya diam, dia belum tau apa rencananya kedepannya, yang terpenting sekarang adalah mamanya bangun dulu.

Jimin dan narie duduk dimeja makan yang sudah dirapikan Jimin. Mereka dikejutkan oleh suara ketukan pintu dari luar.

Jimin menoleh kearah pintu, berfikir siapa yang mungkin mengunjunginya,
Berharap Yoongi lah yang datang, walaupun itu mustahil karna Yoongi tak ingin bertemu dengannya, bahkan tak tau alamat tempat tinggal Jimin.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.







.







.

----- to be continued. -----

LOVE LETTER [YOONMIN] || ENDWhere stories live. Discover now