Love Letter part 21

877 86 3
                                    


Entah apa alasan Yoongi.
Dia merasa tidak siap bertemu Jimin, dia pasti tak akan sanggub melihat kondisi Jimin.
Suara tangis pilu Jimin dari balik pintu, membuat Yoongi semakin Yakin ingin menyerah dari semua cobaan ini.

Jimin terus mengetuk pintu dan terus memanggil nama Yoongi, sampai dia lelah dan putua asa. Tapi tetap tak ada jawaban dari dalam.

Hobbie dan pelayan setia menjaga Jimin. Tidak tau harus berbuat apa. Tak tega melihat Jimin tapi juga tak tau bagaimana menghadapi Yoongi.

Jimin akhirnya menyerah, tubuhnya lemas. Hanya air mata yang terus mengalir. Sedangkan untuk kembali memanggil Yoongi, jimin seperti kehabisan tenaga.

Hobbie memapahnya kekamar tamu, kamar yang biasa ditempati mama Jimin, diikuti oleh pelayan yang khawatir akan keadaan Jimin.
Hobbie menduduk kan Jimin dikasur, pelayan menyodorkan segelas air putih pada Jimin.

Sementara dikamar Yoongi tak kalah sedihnya, hatinya hancur mendengar suara tangisan Jimin. Ingin rasanya berlari keluar dan memeluk Jimin erat. Tapi dia tak punya keberanian untuk bertemu Jimin.
Selama Jimin dirumah sakit, tak pernah seharipun dia tak mengingat Adiknya itu. Membayangkan keadaan Jimin adalah pukulan terberat untuk Yoongi.
Bagaimana Jimin kedepannya. Bagaimana dia bisa menjalani hidup tanpa mamanya. Yoongi ingat saat malam dia mencium kening Jimin, hampir sepanjang obrolan Jimin tak henti-hentinya menyebut mamanya.
Cita-citanya yang ingin memiliki restoran bersama mamanya. Keinginannya untuk terus bersama mamanya selamanya. Bahkan hanya akan jatuh cinta pada seseorang yang memiliki sifat selembut mamanya.
Bagaimana mamanya menjaga Jimin yang memiliki masalah dengan kesehatannya. Siapa yang akan menggantikan mamanya menjaga Jimin.

Sementara Yoongi hanyalah seorang anak manja selama ini. Bahkan dia tak pernah memikirkan apa cita-citanya, apa tujuan hidupnya. Bagaimana kedepan nya tanpa kedua orang tua nya, Bagaimana perusahaan dan semua tanggung jawab yang ditinggalkan papanya.

Semua berkecamuk dibenak Yoongi. Sanggubkah dia memikul semua tanggung jawab itu. Tanggung jawab papa dan mamanya, bahkan harus memikul tanggung jawab tante Yoonji untuk menjaga Jimin.
Berhari-hari Yoongi terus memikirkan hal-hal seperti itu, membuat nafasnya selalu sesak, sedih, marah dan kecewa pada keadaan dan kenyataan.
Tak ada satupun rencana yang terfikirkan oleh Yoongi solusi untuk semua ini. Satu satunya yang terlintas dibenak Yoongi hanyalah ingin mati menyusul kedua orang tuanya.

Pintu kamar kembali diketuk. Yoongi kembali memegangi handle pintu itu, khawatir Jimin kembali memanggilnya.
"Ini aku" terdengar suara Hobbie dari luar. Yoongi akhirnya membuka pintu setelah Hobbie meyakinnya bahwa benar-benar tak ada Jimin bersamanya.

"Jimin pingsan, sebaiknya kita kembali membawanya kerumah sakit." Jelas Hobbie.
"Apa sih mau mu, kenapa kamu setega ini sama dia. Dia adikmu. Dia lagi butuh kamu sekarang." Yoongi hanya terpaku begitu, seperti biasa dia hanya akan diam saja.
Hobbie memeluk Yoongi dan ikut menangis. "Ayolah Yoongia, jangan gini terus."

Entah berapa lama tak sadarkan diri. Jimin terbangun. Fikiran nya dipenuhi Yoongi. "Kenapa dia bersikap seperti itu?". Jimin berfikir apakah dia membuat kesalahan sehingga Yoongi tak ingin bertemu dengannya.
Bagaimanapun memikirkannya, Jimin tetap tak menemukan jawaban.
Air mata kembali membasahi pipinya. "Aku hanya ingin tau keadaannya." Guman Jimin dalam tangis.

Jimin menelpon Jung narie. Hanya dia yang terfikirkan olehnya, karna memang Jimin tak punya siapa-siapa selain mamanya dan keluarga Yoongi. Jimin merasa harus segera meninggalkan rumah Yoongi sekarang.

Mata Jung narie terbelalak, tak percaya mendapat panggilan dari Jimin. Jimin tiba-tiba tak bisa dihubungi sejak dua minggu terakhir, padahal sebelumnya Jimin bilang sedang pergi mengunjungi nenek nya dikampung, dan selama jimin ditempat neneknya itu juga masih intens berkomunikasi dengan Jimin.

Jimin mengirim kan share lokasi, dia meminta Narie menjemputnya dialamat itu. Narie bergegas menuju alamat itu, dia merasa khawatir karna mendengar suara Jimin ditelpon seperti sedang menahan tangis.

..........

Pintu kamar Yoongi kembali diketuk. Terdengar suara panik dari luar, pelayan yang ditugaskan menjaga Jimin, memberi tau Yoongi dan Hobbie kalau Jimin tak ada dikamarnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.





----- To be becontinued.----

LOVE LETTER [YOONMIN] || ENDWhere stories live. Discover now