SII - XLII - Tikus Dalam Perangkap

27 5 0
                                    

Sudah lewat beberapa hari sejak aku pertama kali terbangun dalam petak ruangan ini. Jendelanya yang diteralis besi membuatku seolah merasa seperti tikus dalam perangkap. Satu-satunya acuanku dalam melihat waktu hanyalah celah di antara jendela kayu yang dapat kulihat sewaktu-waktu. Ada kehidupan di luar sana. Rupanya tempat ini tidaklah terpencil dan terisolir.

Aku dapat melihat lalu lalang laki-laki tua yang membawa anjing poodlenya berjalan kaki, seorang anak kecil yang mengendarai sepeda kayuh dengan lolipop di tangan kirinya, serta sekumpulan remaja yang mengapit seseorang di antara mereka, menunjuk-nunjuk kepala anak itu.

Tempat ini tidak terisolir dari dunia luar. Hanya aku ... hanya ruang gerakku yang terbatas.

Ketukan pintu membuatku menoleh seketika, menyembunyikan sebuah pecahan kaca dari lampu di nakas yang kupecahkan.

"Kukira kau belum bangun," ujarnya. Shane membawa sebuah piring di tangannya. Rutinitasnya, barangkali baginya seperti memberi makan hewan peliharaan. Dia meletakkan piring itu di nakas, sedangkan aku masih bergeming di dekat jendela, menyembunyikan tanganku di belakang punggung.

Dia menatapku dengan alisnya naik. "Ada apa?" ujarnya.

Aku mendengkus. Bukannya aku tidak pernah berteriak untuk meminta pertolongan orang di luar sana, tetapi anehnya, meskipun jendela itu memiliki celah, mereka tidak dapat mendengarku. Seolah rumah ini memiliki kubah tanpa wujud yang melingkupinya. Kalau kupikir kembali, ini cukup mirip dengan suara tembakan di hutan Cannock yang tidak terdeteksi polisi yang berpatroli. "Sampai kapan kau mengurungku?"

Shane diam. Bibirnya yang terkatup terbuka, kemudian terkatup rapat kembali. Wajahnya menyiratkan suatu hal yang tidak kumengerti. Tatapan yang seolah sedang mengatakan sesuatu itu menatapku lurus. Namun, meskipun aku menunggunya begitu lama untuk membalas perkataanku, Shane hanya menatapku sejenak, kemudian keluar kamar tanpa sepatah kata.

Pintu yang mengurungku itu tertutup diiringi dentingan kunci. Aku terkurung kembali.

Andai saja ada sebuah telepon genggam atau andai aku bisa meremukkan teralis besi ini. Kusentuh teralis besi yang dingin di tanganku, rupanya sudah masuk musim dingin, sepintas aku melihat dekorasi hijau dan merah menghias tampilan toko di luar sana.

Rodney, andai saja kau tahu bahwa aku tidak menyesal telah menyelamatkan Willow. Jadi kuharap kau tidak menyalahkan Cael dan perempuan itu. Aku hanya menyesal, atas ketidakberdayaanku menghadapi hal ini. Posisiku hanya seekor 'umpan serigala', mangsa lemah yang mudah diburu.

Aku berjengit ketika suara petir menggelegar di angkasa. Oh, tidakkah semenit yang lalu langit sedang cerah? Aku mengintip dari celah jendela, tidak ada tanda gemuruh dan langit mendung, semuanya masih sama. Lantas, dari mana asal suara itu?

Kakiku memacu di atas ubin, aku menjatuhkan kaca yang tengah kugenggam. Tuas pintu kini di hadapanku, mungkinkah ... selama ini  Shane tidak menguncinya?

Perlahan, aku menarik tuas itu ke bawah, sungguh bodoh aku memercayai suara gemerincing kunci yang kuanggap sebagai tanda Shne mengunciku dari dalam kamar. Pintu di depanku terbuka dan aku bisa melihat punggung Shane yang membelakangiku di dekat kaca jendela besar. Dia menyadari keberadaanku setelah mendengar pintu yang terbuka. Matanya menatapku halus, ini pertama kalinya dia membuat wajah seperti itu di depanku.

"Hai, Blyhte," sapanya, bibirnya tersungging. "Kau sudah makan sarapanmu?"

Aku bergeming di tempat. Ini ruang makan, di atas meja ada alat makan yang dapat kugunakan sebagai perlindungan diri jika Shane berencana menyerangku setelah ini.

"Ah, kau terganggu dengan suara itu?" ujarnya. Dia melirik luar jendela. "Kembalilah ke kamarmu, itu hanya suara terpal."

"Aku mengira kau mengunciku di dalam selama ini."

Shane tersenyum. "Itu akan membosankan untukmu."

Suara petir itu kembali menggelegar, Shane berdecak, dia mengintip dari balik gorden yang menutup kaca jendela. Dahinya mengernyit. Aku tidak memercayainya, sudah jelas, itu bukan suara dari terpal biasa.

Aku memberanikan nyaliku mendekat ke arahnya, menyibak gorden merah yang menutup kaca. Mataku terbelalak, Cordelia ada di sana. Bukankah dia sudah kalah dengan Glenda saat peperangan itu?fakta ini membuatku kebingungan. Meskipun tidak membawa sebuah tongkat kayu, dia mengarahkan tangannya kemari dan anehnya tidak ada orang di luar sana yang berlari ketakutan karena suaranya. Seolah suara itu memang hanya berada di dalam rumah. Sedang apa dia?

Aku melirik Shane, laki-laki itu terlihat gelisah. Tunggu sebentar, bukankah seharusnya mereka berdua bersekongkol? Kondisi ini terlihat seperti Shane sedang menghindarinya.

"Sembunyi di kamarmu, Blyhte," titah Shane. Dia menatapku. "Kau tidak bisa memercayai siapa pun selain aku."

Shane sudah gila rupanya. Memercayainya sama dengan menyerahkan diriku pada Cordelia bukan?

"Blyhte, sembunyi di kamarmu. Kamarmu adalah tempat paling aman di sini."

Aku menggeleng, mengernyit menatapnya. "Aku tidak bisa memercayaimu, kau menculikku kemari."

Shane tersenyum tipis. "Aku tahu, maka percayalah pada dirimu sendiri. Berada di dekatku saat ini bukankah juga akan membahayakanmu?"

Aku tidak bisa membalasnya. Sorot matanya membuatku berpikir dua kali untuk kabur dari sini. Di luar sana Cordelia terlihat berapi-api, tapi apa benar dia wanita itu?

Berat hati aku kembali ke ruangan sebelumnya. Sebelum menutup pintu, aku melihatnya tersenyum, melambaikan tangannya, seolah menenangkanku bahwa semua akan baik-baik saja.

Umpatan Shane terus terdengar seiring seringnya suara petir yang seolah mencambuk seisi rumah. Aku bersandar di daun pintu, menekuk kakiku dan menghela napas dalam. Semua hal ini membuatku kebingungan. Rasanya seperti ada yang terlewatkan. Rasanya ... seperti ada yang salah dari semua yang telah kulalui, tapi apa?

 seperti ada yang salah dari semua yang telah kulalui, tapi apa?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hunting the Werewolf [On Going]Where stories live. Discover now