IV - Tawaran Kedua Cordelia

163 18 0
                                    

Kabut tabir menutup kebenaran.
Rodney Halard memilih membisu.
Hutan Cannock seakan membukakan jalannya untukku.

•••


"Aku selalu penasaran pada satu hal. Sebenarnya darimana kau mendapatkan titik temu lokasi perburuan itu?"

Aku menggigit sandwich, membuka kembali media sosial dimana seorang wanita mengirimkannya padaku. Sejenak aku khawatir melihat reaksi Rodney saat laki-laki itu menatap layar ponsel lekat-lekat. "Dia yang mengirim titik lokasinya. Kau tahu bukan, story instagramku jelas menunjukkan ketertarikan pada makhluk-makhluk yang kau sebut 'tidak jelas keberadaannya'."

Rodney mengambil alih ponselku, dia mengutak-atik benda itu sejenak kemudian menunjukkan profil wanita yang mengirimiku pesan, wanita yang menyediakan bagi kami senapan berpeluru perak, Cordelia. "Kau mengenalnya sebelum bertemu secara langsung saat perburuan?"

"Tidak," jawabku dan itu membuat Rodney menyibak rambutnya ke belakang, mengembalikan ponsel milikku.

"Dan kau percaya padanya, memintaku ikut serta dalam perburuan gila dan tidak jelas di malam itu?" Laki-laki garis keturunan Halard itu mengusap wajah kasar.

Aku mengangguk, mendapat kejutan dengan ditariknya salah satu pipiku oleh tangan Rodney. Bahkan tidak melepas tangannya meskipun tahu aku akan marah jika dia melakukan hal demikian. "Rodney Halard!" Karena kesal, kukerahkan tangan untuk membalas serangan.

Rodney mengaduh kesakitan, dia melepas cubitannya dan dengan begitu, aku pun melepas tangan terhadap sang laki-laki garis keturunan Halard.

"Seseorang, kumohon!"

Suara itu terdengar kencang, rupanya pemilik suara tidak lagi peduli meski berada dalam kawasan universitas saat ini. Aku memutar kepala, mencari sumber suara. Lantas membeku tatkala mendapati perusuh itu, Ned bersama dengan pengikut setianya, Cael, tengah merayu seorang perempuan.

"Ned tidak pernah melewatkan hari tanpa membuat ulah. Blyhte, ayo pergi." Rodney berdiri, menggandeng tanganku. Dia membelalak saat aku melepas tangannya paksa. "Blyhte!"

Dadaku bergemuruh, kami tidak layak direndahkan. Masih dengan napas memburu, kutarik kasar kerah Ned setelah berlari mengikis jarak yang lumayan jauh di antara kami sebelumnya, membuat pegangan laki-laki itu dengan seorang perempuan yang diganggunya terlepas, melayangkan tamparan cukup keras hingga tanganku sendiri memanas karenanya.

"Oh, Alison?" Ned menatap mataku, keningnya berkerut, tetapi tidak bertahan lama karena dia segera menyeringai. "Blyhte Alison, cukup mengejutkan. Aku kira siapa."

Refleks kulepas kerah Ned karena laki-laki itu maju selangkah mendekat, tetapi enggan berbalik untuk berlari karena keputusan itu mungkin akan membuatku terlihat konyol. Aku datang sendiri kemari, menantang Ned secara langsung dan berhadapan dengannya.

"Kau cukup agresif, sweety." Ned tertawa, meringis sesaat dan memegangi pipinya yang memerah. "My princess, kau terlihat seperti serigala betina yang hendak menerkamku. Aku cukup takut." Lagi, dia tertawa bersama Cael, seperti sengaja mendominasi agar aku merasa lemah.

Aku terpaksa mendongak karena laki-laki itu mencengkeram lemah rahangku dan mengangkatnya.

Ned terlihat tidak puas. "Kau tidak akan berteriak sepertinya?" Dia menunjuk perempuan di belakangku.

"Malulah pada dirimu sendiri karena kau merendahkan diri dengan mengganggu seorang perempuan." Tatapan tajam yang kulayangkan tak sedikit pun membuat Ned melonggarkan cengkeraman.

Dia justru menepuk sendiri pipinya yang memerah dan berkata, "Tanganmu yang halus tidak cukup sakit untuk menampar wajahku, Blyhte." Ned tersenyum. "Tentu ini bukan apa-apa."

Aku menggigit pipi dalam. Baru saja hendak kulayangkan kepalan tangan untuk melawan dan membebaskan diri, Ned terhuyung ke samping dan mengumpat.

"Sepertinya sudah cukup sakit karena kau baru saja mengumpat dengan anggun."

Aku melirik ke samping, Rodney tidak terlihat berniat untuk merilekskan otot tangannya yang kontraksi. Atensiku beralih pada seorang perempuan yang berdiri di belakangku.

Ragu-ragu dia maju sembari menggenggam erat lengan tas. "Tha-thank you."

Aku menepuk bahunya perlahan. "Pergilah, jangan khawatir, tapi lain kali kau harus melawan lebih keras."

Aku tahu perempuan tadi tidak memiliki hubungan apa pun dengan kami

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku tahu perempuan tadi tidak memiliki hubungan apa pun dengan kami. Rodney memperjelas itu berulang kali disertai ceramah panjang dengan inti yang sama.

"Blyhte, aku lelah kau tidak mau mendengarku," rengek Rodney. "Kau tidak perlu melakukan apa pun yang membuatmu bersinggungan dengan Ned dan perusuh lainnya. Tidak perlu. Apa kau mengenal perempuan tadi?" Dia mengembuskan napas. "Aku sudah tahu jawabanmu pasti tidak."

Ujung bibirku seakan bergerak dengan kehendaknya sendiri, dia melengkung, membuatku terkikik geli. "Kalau begitu, jangan ikut campur dan diam saja di tempatmu. Tidak ada yang memintamu datang dan meninju wajah Ned."

Perempuan tadi membuat ingatanku mengorek tumpukan sampah masa lalu. Rodney memintaku secara tidak langsung untuk tidak peduli. Akan tetapi, bagaimana saat aku mengerti rasanya putus asa mengharap uluran tangan seseorang. Kalau Rodney tidak datang kala itu, aku mungkin tidak lagi menjadi aku.

"Ponselmu." Rodney menunjuk layar ponselku yang menyala dan mati berulang kali.

Kuraih ponsel di atas meja cafetaria. Media sosial dan nama akun yang sama, penawaran untuk kedua kalinya. Mengangkat ponsel ke hadapan Rodney, aku mencondongkan tubuh dan berbisik, "Cordelia mengundangku ke perburuan."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hunting the Werewolf [On Going]Where stories live. Discover now