SII - XXVIII - Seseorang di Needle's Eye Tunnel

59 8 33
                                    

Tindakanku ini terlalu spontan dan tidak terencana, kata Rodney. Dia benar. Glenda bilang pengunjung dari USA itu merupakan salah satu tamunya hari ini. Jika sesuai dengan deskripsi yang diberikannya, meja nomor lima ini adalah mereka, seorang pasangan suami istri dan anak perempuan mereka yang masih remaja. Aku meminjam apron milik salah satu pelayan yang bekerja pada Glenda, setelah mendapatkan tatapan tajam, kudapatkan apron beraroma werewolf yang kini kugunakan. Benar, aku menyamar menjadi seorang pelayan untuk melayani mereka.

"Toast dan susu untukmu, Nona." Kuletakkan piring dan gelas itu ke meja, lalu tersenyum seramah mungkin. "Apakah kalian kemari untuk liburan? Kalau boleh kusarankan, London memiliki banyak tempat yang bisa kalian kunjungi."

Kurasa anak perempuan keluarga ini pendiam. Sedari tadi aku mengawasinya, dia tidak berbicara sepatah kata pun. Pria yang kuduga sebagai kepala keluarganya mengenakan setelan bermerek, bajunya yang paling memperlihatkan bahwa dia cukup mampu ke sana-kemari mengelilingi belahan bumi. Setelah kuperlihatkan, rupanya tidak hanya pria itu saja, tetapi pasangan dan gadis ini juga.

"Kami akan mengunjungi kerabat di sini. Terima kasih atas saranmu, Nona," sahut pria itu.

Aku segera pergi dan mengambil pesanan milik pasangan suami-istri itu. Kuletakkan di depan mereka. "Bolehkah aku tahu dari mana kalian berasal? Kurasa aksen kalian berbeda."

"Kami dari USA," jawab gadis yang menggunakan sweater itu dan menoleh ke arahku, kukira dia tidak akan sudi meladeni pertanyaanku, "seorang laki-laki tidak dikenal tiba-tiba muncul malam itu ketika kami dalam perjalanan menuju bandara. Dia bertanya tentang sebaiknya datang ke london saat musim apa. Apa dia kira kita EO?"

"Alexandra, sudahlah, itu sudah lewat," tegur sang wanita pasangan suami-istri itu.

Sepertinya aku salah menduga bahwa gadis ini pendiam. Dia menggebu-gebu saat membicarakan hal yang membuatnya kesal. Namun, kurasa dia sangat informatif sebagai seorang remaja yang masih cukup labil. "Bolehkah aku tahu di mana kalian bertemu dengan laki-laki itu? Apakah kau mengingat ciri fisiknya?"

"Tidak jauh dari Needle's Eye Tunnel," jawab gadis itu, "rambutnya bergelombang dan di pipi maupun hidungnya ada freckle."

Badanku rasanya menjadi tegang setelah mendengar ciri-ciri yang disebutkan olehnya. Aku mengenalinya. Karakteristik itu pernah muncul dalam diri seseorang yang kukenali, tapi apakah benar dia? Rodney harus tahu hal ini. Barangkali aku hanya terlalu memikirkan ke mana hilangnya Shane hingga menduga dialah orang yang bertemu dengan keluarga di depannya. Kulontarkan senyum pada mereka. "Terima kasih, selamat menikmati hidangan kalian."

Langkahku yang beralaskan sneakers putih melangkah cepat di lantai kayu cottage Glenda. Kulepaskan apron berbau werewolf yang menempel di tubuhku itu lantas kuberikan pada seorang wanita muda yang sudah menungguku di dekat meja reservasi, bersama laki-laki yang melemparkan tatapan menghunusnya padaku. Aku perlu menemui Glenda sekarang. "Di mana Glenda?" tanyaku begitu tidak menemukannya maupun Rodney, "Kalian melihat pria yang datang bersamaku?"

"Carilah dengan kemampuanmu sendiri," sahut laki-laki di balik meja reservasi. Matanya berwarna kuning terang. Kalau saja penerangan di ruangan ini tidak menyala, maka kupastikan tamu-tamu Glenda akan berhamburan keluar karena mengira melihat mata hewan hutan.

"Steff." Wanita muda itu menatap laki-laki di belakangnya dan kembali menghadapku. Dia tidak ramah, tetapi sepertinya cukup profesional untuk bekerja di tempat ini. "Mereka berdua ada di halaman depan."

Tanpa membuang waktu, kupacu langkahku untuk mengikis waktu. Kuhampiri Glenda dan Rodney yang disebutkan sedang berada di halaman depan. Aku dan Rodney tidak punya cukup waktu untuk bersantai di sini, kami harus kembali ke Birmingham sebelum malam.

Sesaat melewati meja-meja para tamu, aku menahan napas. Aroma hidangan dan apa pun yang telah bercampur dan masuk ke rongga hidungku cukup mengganggu. Setelah berhasil melewati area itu dan menginjakkan kaki di luar bangunan, kudapati keduanya sedang duduk di kursi putih dengan meja yang terdapat payung di atasnya.

"Blyhte?" sapa Rodney, "sudah selesai?" Aroma hujan dari parfum yang dikenakannya menguar di udara ketika dia bangkit menghampiriku.

Aku mengangguk, memicing melihat kepalanya yang tidak tertutup topi. Seharusnya Rodney mengenakan topi, kulitnya mudah terbakar. Dia pasti akan memerah setelah ini.

"Kita pulang." Aku menarik tangannya setelah menemui Glenda. Rodney mudah dibawa ke mana-mana. Dia sangat penurut. Lebih mudah daripada membawa peliharaan seperti bunglon bibiku yang tinggal di London. Bunglon itu sering membuat bibi kewalahan karena mimikrinya, tetapi jika kau membawa Rodney, laki-laki itu sendiri yang akan mencarimu begitu kau melepasnya.

Surya telah tenggelam saat kami tiba di Birmingham. Sepanjang jalan tol, aku mengikat rambutku asal ke atas dengan ikat rambut yang kutemukan di laci mobil Rodney. Aku tidak tahu mengapa dia mengoleksi beberapa ikat rambut di dalam sana. Padahal Rodney tidak memiliki adik kandung yang bisa membuatnya melakukan hal demikian. Charlotte Rd lengang seperti biasa. Jalanan rumahku itu diterangi beberapa lampu jalan yang berdiri setiap beberapa meter. Ada hal yang menarik perhatianku. Sebuah mobil terparkir di halaman rumah salah satu tetangga yang berseberangan dengan rumahku, di dekat persimpangan depan. Seingatku, bukan itu kendaraan yang dimiliki tetanggaku, mungkin tamu mereka.

Kepulan asap tercipta dari napas yang kuembuskan, berkebalikan dengan suhu di dalam mobil, di luar cukup dingin.

"Blyhte," panggil Rodne, dia turun dari mobilnya dan menghampiriku. Barangkali penasaran apa yang kulihat saat ini, dia mengalihkan pandangannya. Alis laki-laki itu terangkat. "Ada apa?"

Aku menggeleng. "Sepertinya Nyonya Chads kedatangan tamu."

"Mungkin kerabat mereka," ujar Rodney. Dia memutar tubuhku dan mendorongku pelan masuk ke halaman rumah. "Cepat masuk sebelum kau menjadi snow-women, Nona."

Kulambaikan tangan pada Rodney yang segera masuk ke dalam mobilnya segera setelah aku masuk ke rumah. Suhu pemanas ruangan membuatku bernapas lebih lega. Langkahku pelan menapaki tangga menuju lantai dua. Di dalam kamarku, kudapati segelas susu di atas nakas, masih hangat, sepertinya belum lama berada di sini. Omong-omong mengenai tamu Nyonya Chads, aku baru melihat mobil itu kali ini. Tidak pernah sebelum ini kudapati mobil itu di depan rumah mereka. Penasaran, kubuka tirai yang menutup jendela kamarku. Dari atas sini, halaman rumah Nyonya Chads tidak begitu terlihat, hanya sebagian. Menghela napas, kutarik tirai itu hingga hampir menutup sepenuhnya sebelum kubuka kembali dengan segera.

Apa aku salah melihat? Sepertinya aku baru saja melihat seseorang menarik pagar rumah Nyonya Chads, yang pasti itu bukan Tuan dan Nyonya Chads, ataupun anak sulung laki-laki mereka yang telah lama berada di luar negeri.

"Blyhte."

Panggilan itu sontak membuatku menoleh ke belakang. Ibu berdiri di ambang pintu, masih mengenakan apron, dia berkata, "makan malam sudah siap, kami menunggumu di bawah."

Aku mengangguk. Ketika ibu telah turun ke bawah, aku menutup pintu kamar. Pertama, aku perlu mengganti pakaianku yang penuh keringat dan tidak nyaman ini  sebelum turun bergabung di ruang makan.

***
EO: event organizer. Tim perencanaan dan penanggung jawab suatu acara formal maupun non formal.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hunting the Werewolf [On Going]Where stories live. Discover now