XI - Jangan Ikut Campur, Blyhte

89 17 0
                                    

"Kau tidak bisa mengambil foto dengan bagus? Lakukan lagi!"

Ned tengah berdiri di depan sebuah patung pria menunggang seekor kuda. Dia berdecak dan menyerahkan ponsel kembali pada Cael yang terlihat lelah dan melambaikan tangan dari jauh saat pandangan kami bertubrukan. "Blyhte! Kemari, ayo ambil foto denganku!"

Rodney di sampingku berancang-ancang, terlihat ingin berlari ke arah Ned. Namun, urung saat aku menarik hoodie hitamnya dari samping. Ned masih memanggil kala aku menyeret Rodney yang masih melotot ke arahnya menjauh, menuju gedung tinggi yang tak jauh dari tempat kami berjalan.

Langkah kaki kami semakin pelan ketika memasuki gedung, Laki-laki Amerika dengan rambut gelombang laut itu berada di sana, tertawa dan dikelilingi para perempuan sebaya kami yang antusias berbincang dengannya. Aku tidak dapat menahan pikiran yang mengarah pada pistol yang didapatkan Rodney dari Shane. Bagaimana pula dia menyelundupkan barang seperti itu jika memang terbang dari Amerika kemari?

"Jadi?" tanya Rodney begitu kami duduk di salah satu meja, "kau bilang ingin berbicara denganku."

Aku mengulum bibir, menetralkan suara agar dia tidak merasa bahwa aku mencoba memulai perang di antara kami. "Aku bertanya-tanya ... mengapa kau tidak mengomel seperti biasa?"

Dia tertawa, aku mulai merasa konyol sekarang. Jika dipikir kembali, pertanyaan barusan seperti meminta agar dia setidaknya mengomel beberapa kata padaku mengenai dua hari yang lalu.

"Apa aku yang seperti ini terlihat aneh bagimu, Blyhte? Jangan membuatku berpikir bahwa kau rindu pada ocehanku." Rodney berdeham untuk meredakan tawanya ketika seseorang berjalan mendekat ke arah kami.

Aku mengalihkan atensi darinya, sepasang sepatu putih berhenti di dekat kami. Ketika mendongak, Shane yang tersenyum dengan lesung di pipinya menggeret satu kursi yang tersisa di antara aku dan Rodney dan duduk di sana. "Kelihatannya seru. Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya antusias.

Sikapnya mulai membuatku berpikir bahwa kepopuleran Shane sangatlah wajar. Dia sangat mudah bergaul, caranya berpakaian menarik, dan wajah laki-laki ini yang berada di atas rata-rata mungkin menjadi alasan mengapa di sekelilingnya berkumpul para lawan jenis yang beragam. Shane terlihat seperti bunga dengan nektar manis yang memikat lebah, bahkan tanpa dia berusaha dengan keras para lebah akan dengan senang hati mendekatinya sendiri.

"Bagaimana kau bisa menyelundupkan pistol yang kau berikan pada Rodney, Shane?" Pertanyaanku membuatnya dan Rodney terdiam membeku. Meskipun memelankan suara sekecil mungkin, aku sadar topik ini memang cukup berbahaya.

Rodney sepertinya memintaku berhenti membicarakan hal ini dari tatapan matanya. Namun, Shane terlihat tidak khawatir karena tidak ada yang berubah dari orang-orang di sekitar kami setelah aku melemparkan pertanyaan yang menyangkutpautkannya.

Shane menggeret kursinya mendekat ke arahku, kemudian berbisik, "Blyhte Alison tidak perlu tahu, itu rahasia." Dia mengedip dan menempelkan satu jari ke depan bibir sembari tersenyum.

Geretan kursi terdengar selang beberapa detik kemudian. Rodney merangkul bahu Shane yang kini duduk sangat dekat dengannya. "Blyhte, bagaimana kalau memesan sesuatu?" Laki-laki bermarga Halard itu kini mengeratkan rangkulannya pada leher Shane yang terbahak entah karena apa.

 "Blyhte, bagaimana kalau memesan sesuatu?" Laki-laki bermarga Halard itu kini mengeratkan rangkulannya pada leher Shane yang terbahak entah karena apa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aku mendapat pesan dari Cordelia melalui instagram. Rodney marah besar pada perempuan itu kala aku memberitahunya jika Cordelia mengirim pesan.

"Cordelia bilang dia hanya terlalu kalut saat itu. Perburuan tidak berjalan dengan baik dan hujan turun dengan deras." Jemariku bertautan. Orang-orang bisa menjadi sensitif saat terjadi perubahan cuaca, masuk akal jika suasana hati Cordelia membuatnya seperti itu. "Mungkin aku yang terlalu sensitif mengira dia tidak peduli dengan kita."

Mengerutkan keningnya, Rodney berdiri dengan tangan menyilang dada. "Pembual, perempuan itu mencoba mencari simpati darimu. Jangan membohongi apa yang kau pikirkan sendiri, Blyhte. Kau berpikir persis sepertiku tentang ini." Suaranya lebih tenang, dia meneguk sekaleng kopi dingin yang kemudian kembali diletakkan di atas meja kaca ruang tamu. Hanya ada kami dalam ruangan di rumahku ini. "Kurasa ... dia memanfaatkanmu, tidak tahu dengan tujuan apa."

Jika yang dikatakan Rodney memang benar, aku tidak dapat menerka apa yang membuat Cordelia -perempuan pirang penyedia senjata- memanfaatkanku. Kami baru bertemu dua kali dan apa yang ia coba manfaatkan dariku, seorang pelajar Universitas Birmingham dan bukan seseorang berpengaruh di Britania Raya. Tanganku yang memegang kedua sisi ponsel terasa lemas.

"Apa dia menawarimu hal yang sama untuk ketiga kalinya?" tanya Rodney curiga, memicingkan mata. Dia menggeleng kuat-kuat saat aku mengangguk membenarkan. "Sudah jelas dia memanfaatkanmu. Abaikan pesannya." Laki-laki itu menyambar ponselku -mungkin sadar kalau aku ragu-ragu- lalu meletakkan benda elektronik itu ke atas meja. "Lihat aku, Blyhte Alison. Lihat dan jangan pikirkan hal lain."

Mata kami saling menatap satu sama lain, netra Rodney yang berwarna hijau terlihat tegas. "Permainan ini berakhir. Kau tidak akan ikut campur aktivitas aneh mereka kembali, setuju?"

Tubuhku hanya diam saat Rodney berjalan mendekat. Dia berdiri dan membelai rambutku yang tergerai. Parfum beraroma hujan yang dikenakannya menguar, jauh lebih jelas dibandingkan sebelumnya karena perbedaan jarak di antara kami.

"Aku tidak bisa ... mengomel padamu lebih lama," bisik Rodney, merengkuhku mendekati dada bidangnya yang terbalut kaus lengan pendek. Kini aku merasa menghirup parfum miliknya dan bukan udara.

Dia memintaku berhenti. Namun, Rodney tidak tahu apa yang terjadi. Laki-laki di hutan kala itu, wanita muda bermantel hijau emerald dengan kuku seputih salju. Segalanya masih kelabu.

 Segalanya masih kelabu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hunting the Werewolf [On Going]Where stories live. Discover now