SII - XXXI - Gelap dan Terang

34 6 0
                                    

Aku tidak cukup bodoh untuk berlari keluar mobil dan diterkam werewolf. Segera kukunci pintu mobil, netraku menerka pergerakan makhluk itu. Geraman dan posisinya berdiri jelas menolak keberadaanku di sini. Oh, ayolah, terdampar di tempat ini pun bukan atas kemauanku.

Baiklah, aku tidak mendekatinya. Makhluk berbulu tebal itu hanya berdiri seolah menjadi penjaga gerbang di sana. Taringnya yang mencuat keluar perlahan masuk kembali. Dugaanku benar, dalam sorotan cahaya mobilku yang mengarah padanya, tubuh serigala besar itu perlahan berubah menjadi sesosok pria berkulit eksotis. Aku menduga dia salah makan hari ini, barangkali dia makan rumput alih-alih daging rusa. Mengapa makhluk itu mendekat padaku sekarang? Haruskah ... aku keluar dan bertanya padanya apa yang bisa kubantu?

Jemariku menarik tuas pintu mobil, perlahan kakiku menginjak tanah beralas rumput di luar. Hawa dingin menusuk tulang, aku memeluk diriku sendiri selagi pria itu bergeming dalam jarak dua meter di depanku. Sepertinya ini duel tahan dingin, mungkin sedang tren di kalangan werewolf. Tidak adil sejujurnya, karena suhu tubuh mereka cukup tinggi untuk bertahan di malam yang dingin. "Maaf, aku tidak bermaksud memasuki teritorimu, aku tidak tahu mengapa tiba-tiba sampai di sini," celetukku.

"Kau tidak terlihat terkejut melihat seekor anjing besar berubah di depan matamu," ujarnya sinis, "sepertinya kau pernah bertemu dengan jenis kami di tempat lain, half-blood."

Darahku berdesir, half-blood? Dia tahu aku memiliki darah musuh bebuyutannya.

"Kaukah itu?" celetuknya, melihatku kebingungan, dia kembali bersuara, "Luna yang tidak diakui oleh rakyatnya?"

"Apa maksudmu?" tanyaku, cara bicara pria ini berbelit-belit. Barangkali dia berpikir aku bisa membaca pikirannya.

Pria itu tidak menjawab, dia hanya mengamatiku kemudian melenggang pergi ke dalam hutan. Sebelum dia kembali masuk ke dalam gelap rimbun pepohonan, aku berseru dan berhasil membuatnya berhenti melangkah.

"Hei! Bolehkah aku menginap untuk semalam di sini? Di dalam mobilku? Aku tersesat dan tidak tau di mana aku saat ini."

Sesaat kukira dia akan menertawaiku,  tetapi pria itu sama sekali tidak melakukannya. Dia bahkan hanya menolehku sedikit dari balik bahunya yang lebar. "Kau tidak berada di Birmingham dan ini adalah teritoriku. Jangan berani menginjakkan kakimu ke dalam hutan."

Pria itu meninggalkanku dengan kesunyian dedaunan pinus yang diterpa angin. Aku sempat melongo beberapa saat sebelum kembali masuk ke dalam mobil dan mengunci pintu, mematikan cahaya mobil dan berteman dengan gelap gulita. Setidaknya aku mendapatkan izin pria itu untuk tinggal semalam di sini, perkara bagaimana aku bisa keluar dari tempat ini besok pagi, biar kupikirkan itu nanti, aku butuh tidur.

***

Aku terbangun karena sinar matahari yang masuk menembus kaca jendela mobil. Merasa pengap setelah bermalam seharian dan tubuhku terasa kaku di beberapa tempat, kuputuskan keluar dan melakukan peregangan. Semoga tidak ada werewolf yang tiba-tiba muncul kembali di depanku tanpa mengenakan sehelai benang pun di bagian atas tubuhnya.

Udara pagi di tempat ini sangat segar. Aroma embun pagi yang menempel di rumpu-rumput dan ilalang menciptakan bau khas yang mengingatkanku pada sesuatu. Bibir hutan berada tepat di depanku, area terlarang bagiku untuk masuk ke dalamnya setelah mendapat peringatan dari pria semalam. Kuputuskan berjalan di sekitar sembari mencari jalan keluar, lalu berpikir bagaimana aku bisa masuk ke tempat ini.

Jalur kanan dan kirinya adalah pepohonan dan semak belukar yang cukup tinggi, jalan satu-satunya bagiku keluar adalah dari belakang mobil, jalan yang cukup dilewati roda mobil tetapi tidak akan cukup jika dilewati dua kendaraan sekaligus. Meskipun masih ingin tinggal untuk sementara dengan udara pagi yang menyejukkan ini, aku harus segera keluar dari hutan.

Kuputar kemudi setelah menghidupkan mesin, lalu berjalan menyusuri arah tempatku masuk kemari. Perlahan, aku mulai menemukan jalan pedesaan usai mengemudi cukup lama. Kegiatan penduduk cukup ramai di pagi hari, beberapa dari mereka menatapku heran melihat kendaraan besi melintas di jalanan desa yang tidak diaspal. Kalau mereka mengira aku tersesat, aku tidak akan menyanggahnya meskipun itu sedikit melukai akal sehatku yang masih tidak dapat mengerti mengapa aku tiba-tiba sampai di sini.

Jalanan aspal luas menyambutku setelah aku beberapa kali berhenti untuk bertanya jalan menuju kota pada penduduk sekitar yang cukup ramah. Sebelum menyeberang jalan, kutatap sekali lagi jalan menuju desa yang cukup mengusikku. Aku tidak pernah kemari sebelumnya, lantas mengapa aku bisa sampai di sini?

Gps mobil mulai tersambung beberapa saat begitu aku mengemudi di jalanan. Rahangku hampir terjatuh mengetahui posisiku saat ini. Ini bukan Birmingham dan ... terlalu jauh dari Birmingham. Cothelstone Rd, apakah benar aku hanya satu hari mengemudi kemari?

Aku tidak ingat apa pun.

Seperti tidak memegang kendali atas tubuhku sendiri.

Panggilan masuk di teleponku berbunyi cukup nyaring, nama Rodney terpajang di sana. Setelah kuperiksa, rupanya dia meneleponku berkali-kali sejak semalam. Kalau dia tahu aku menginap di depan bibir hutan, kunci mobilku bisa ditawan olehnya meskipun aku akan merebutnya kembali.

"Ya, Rodney?" sapaku ketika menekan tombol hijau. Kuletakkan ponsel ke samping setelah menekan fitur loud speaker, "aku tidak kabur dari rumah. Aku mengunjungi bibi."

Fokusku teralihkan ketika melihat pusat perbelanjaan. Sepertinya aku harus membeli sesuatu guna memperkuat dalih 'mengunjungi bibi' sebagai buah tangan. Kuputar kemudi menuju parkiran pusat perbelanjaan. "Orangtuaku memang tidak tahu, aku impulsif mengunjungi bibi." Setelah mematikan mesin, kusambar tas bahuku di kursi belakang dan memungut ponsel. "Benar, aku menginap. Maaf, teleponnya kututup, aku akan segera pulang."

Sekarang aku harus mencari buah-buahan segar dan sebuah keranjang anyaman untuk memperkuat dalihku. Kuharap Rodney tidak mengetahui kalau buah itu kubeli di sini.

Aku tidak tahu bibi yang mana yang harus kusebutkan nanti. Bibi-bibiku memiliki ciri khas yang berbeda. Bibi Anne di London senang memberi bingkisan apel merah besar yang dipetik dari kebunnya sendiri, bibi Kattie memiliki bisnis kue kering, dan  Brish adalah supplier buah beri di supermarket kota. Oh, kalau sampai aku ketahuan tidak mengunjungi ketiganya, aku harus memutar otak agar tidak ada yang tahu aku mengemudi ke Cothelstone.

Kupilih asal bermacam-macam beri, setelah membayarnya dan sebuah keranjang anyaman, aku segera bergegas menuju mobil dengan keranjang berisi penuh beri di tangan kiriku yang telah dibungkus dengan plastik wrap.

Brish sejujurnya adalah sepupu jauhku. Kuharap aku bisa sedikit bernegosiasi dengannya tentang ini. Pesan masuk dari Rodney membuatku menginjak gas lebih cepat menuju Birmingham.

Rodney

Blyhte, orangtuamu melihatku berdiri di depan gerbang dan menyuruhku masuk ke dalam. Sekarang mereka berdua bertanya apakah aku tahu lokasimu saat ini. Haruskah kujawab kau pergi mengunjungi Meridia di Huntington? Semoga dugaanku tidak benar kalau kau sedang bersama seseorang.

 Haruskah kujawab kau pergi mengunjungi Meridia di Huntington? Semoga dugaanku tidak benar kalau kau sedang bersama seseorang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hunting the Werewolf [On Going]Where stories live. Discover now