XV - Kuberitahu Kau

63 14 4
                                    

Udara Wolverhampton tidak jauh berbeda dengan Birmingham. Mobil yang membawaku dan laki-laki berambut putih ini tengah meluncur di jalanan Wolverhampton yang tidak terlalu padat. Kami baru saja melewati perbatasan antara kedua kota. Bibirnya terkunci rapat sedari tadi. Aku seharusnya tidak ikut begitu saja, tapi ada yang perlu kupastikan. Dia jelas menungguku, berdiri tanpa alasan jelas dan menarikku ke dalam mobil ketika sampai di hadapannya. Namun, mengapa?

"Jangan mencoba berbohong padaku. Kau laki-laki di hutan Cannock saat itu, bukan?" tanyaku curiga. Rambut putih tidak umum di Britania Raya kecuali pada mereka yang telah termakan usia, itu bukan tren saat ini, dan dia jelas masih sangat muda. Umurnya mungkin sama denganku atau lebih tua seperti Rodney.

Dia masih menatap jalanan, memutar kemudi untuk kesekian kali. Laki-laki berambut putih di sampingku mengembuskan napas dan menginjak rem. Aku berpegangan ketika pemberhentian itu begitu tiba-tiba hingga menimbulkan suara decitan. Pemandangan yang menyambutku sungguh mengejutkan, tempat yang kukenal, dan entah mengapa aku merasa aman.

Tanpa menjawab pertanyaan sebelumnya, dia menoleh ke arahku dan turun dari mobil. Aku bergegas membuka pintu mobil dan berlari mengikutinya setelah melepas sabuk pengaman.

"Aku membawanya, sesuai permintaanmu." Punggungnya secara mendadak berhenti setelah membuka pintu.

Rasa penasaran lebih membuatku ingin berbicara banyak hal daripada rasa terkejut mengapa laki-laki itu membawaku kemari. Namun, dia memilih masuk ke dalam, mengempaskan tubuhnya ke kursi kayu di sana.

Glenda tersenyum, berjalan dengan langkah gemulai. Aku merasa aman, tetapi tidak salah berancang-ancang untuk pergi jika sesuatu aneh terjadi. "I'm honored to have you here," sapanya, "bagaimana dengan secangkir ekstrak kulit katak dan beberapa rempah asia?" Dia terkikik dan mengusap air mata setelah mengulang kejadian yang membuatku merasa malu karena mudah dibodohi olehnya saat itu.

"Tell her," ujar laki-laki berambut putih yang tak kuketahui namanya.

Glenda dalam sekejap berhenti terkikik dan dia mulai merengut. Jelas tidak setuju kebahagiaan sederhananya -dengan mengingat kejadianku meminum teh yang kukira benar-benar ekstrak kulit katak sebagai jamuan tradisional- diganggu. "Tell her what?" Menyadari laki-laki itu tidak berniat bergurau sedikit pun, dia merengut lagi. "okay ... okay."

"Glenda, kau mengenalnya?" tunjukku pada laki-laki itu. Sekadar basa-basi untuk mengetahui identitasnya. Aku merasa akan tidak sopan jika langsung bertanya pada Glenda, setiap orang memiliki privasi, dan membiarkan orang itu mengatakannya dengan kemauan sendiri tentu lebih baik daripada menggali secara paksa.

"Warden," ujar Glenda dengan jelas dan begitu dia mengatakannya, aura laki-laki berambut putih itu menguat, yang terasa bagai ancaman untukku tidak tahu mengapa, "itu namanya. Aku akan mengatakan ini padamu dengan jelas karena dia sepertinya merasa aku terlalu berbelit-belit. Kau tidak boleh datang kembali ke hutan Cannock."

Cannock Chase, tempat yang diduga merupakan sarang werewolf. Mungkinkah serigala cokelat dan putih yang kutemui tempo lalu ....

"Beritanya sudah dimuat sejak lama. Mengenai Cannock Chase yang cukup berbahaya," ujar Glenda serius.

"Penampakan werewolf di kuburan prajurit Jerman? Apa itu benar? 'Mereka' benar ada?" suaraku semakin pelan saat respon yang kudapat dari wajah Glenda semakin serius, "seorang temanku mengatakannya."

Glenda memegangi bahuku, suaranya sangat lembut. "Blyhte, 'dia' mulai menjalankan rencananya. Dia datang ke tempat itu juga bukan tanpa alasan." Matanya menatap kosong ke arahku, dalam sepersekian detik kemudian mengerjap dan menoleh ke arah laki-laki bernama Warden. "Antarkan dia, Warden."

"Aku tidak mau," tolakku, "hanya jika kau menjawab pertanyaanku."

Glenda terlihat ragu, tetapi kemudian mengangguk dengan sedikit terpaksa.

"Siapa 'dia' yang selalu kau sebutkan?" Begitu aku selesai mengatakannya, Glenda terlihat sedih, mulutnya terbuka dengan berat.

Pupil matanya bergetar, penampilannya yang bagaikan seorang ratu membuatku merasa sedikit menyesal untuk memberinya pertanyaan demikian. "Dia ...," Glenda mengalihkan tatapannya, kontak mata kami terputus, "yang selalu mencoba mendekatimu."

Ada banyak yang mencoba mendekatiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada banyak yang mencoba mendekatiku. Glenda lagi-lagi bercanda. Aku bahkan lupa untuk bertanya mengenai karakteristik seseorang yang dimaksudnya karena terlalu fokus memikirkan siapa dan siapa.

"Kau sebaiknya kuantar menuju rumahmu, bukan menuju Symphony Hall kembali," Warden menginjak rem dan mobil yang dikendarainya berhenti di samping trotoar.

"Terima kasih, Rodney pasti akan kembali mencariku di sini," ujarku. Dia menoleh ketika aku bergeming, tidak menunjukkan tanda-tanda akan turun dari mobilnya dengan segera, "kau belum menjawabnya dan sebaiknya jawab pertanyaanku sebelum aku mengacaukan isi mobilmu ini."

Warden menyeringai. "Apa manusia memang suka mengancam?" Lagi-lagi dia menyebut 'manusia' seolah bukan termasuk dalam bagiannya. "Kau tahu jelas mengenai itu dan jangan mencoba mengabaikan suara hatimu sendiri."

Memandang mobil yang Warden kendarai kembali melesat memutar arah, aku termenung. Warden memang laki-laki yang memintaku keluar dari hutan Cannock saat itu, yang menuntunku untuk mencapai jalan keluar dan membantu menemukan keberadaan Rodney. Satu fakta baru bahwa dia dan Glenda telah saling mengenal.

Aku merogoh saku, berniat menghubungi nomor Rodney, dan pesan masuk begitu banyak hingga mencapai puluhan. Menekan tombol panggilan, kunyalakan speaker sembari memberi jarak dari telinga sejauh mungkin.

Tidak sampai lima detik panggilan itu terhubung dan suara Rodney begitu cepat menyapa setelahnya.

"Dimana? Cepat beritahu lokasimu."

Aku bisa mendengar napasnya yang tersengal. Apa Rodney berlarian? Atau dia kedinginan?

"Di dekat Symphony Hall."

"Tunggu di sana, sepuluh menit, jangan pergi ke mana pun lagi, Blyhte."

Rodney memutus panggilan setelah aku mendengar derap langkahnya yang menginjak salju dan pintu mobil yang ditutup dengan terburu.

Napasku mulai berat, udara semakin dingin menjelang malam. Jalanan Britania hari ini lebih padat dibandingkan ketika masih pagi. Pertokoan di sekitar mulai ramai dikunjungi. Kumasukkan tangan ke dalam saku jaket, menenggelamkan diri di balik penutup kepala jaket tebal musim dingin. Glenda sepertinya mengetahui banyak hal, Warden terlihat misterius, tetapi Cannock Chase AONB memiliki keduanya.

 Glenda sepertinya mengetahui banyak hal, Warden terlihat misterius, tetapi Cannock Chase AONB memiliki keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hunting the Werewolf [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang