SII - XL - Dirundung Duka

14 2 1
                                    

"Blyhte!"

Aku terpaksa berbalik, menatap Rodney yang mencekal pergelangan tanganku. Dia menggeleng, ma. "Terlalu berbahaya, aku merasa aneh."

"Willow hilang, Rodney," ujarku, menekankan kalimat berikutnya, "tepat setelah kita pergi mengunjungi tempat mereka. Tidakkah kau berpikir ini ada hubungannya denganku?"

"Dengar, setelah Shane, aku tidak bisa membiarkanmu terlibat lagi dengan situasi berbahaya. Aku curiga ini siasat untuk menjebakmu."

"Lalu kau pikir bagaimana dengan Willow? Dia hilang, Rodney! Willow bahkan tidak mengetahui apa pun! Kau mau aku diam saja dan bersembunyi seperti kecoak dapur?!" Bentakanku sepertinya mengejutkan Rodney, laki-laki itu mematung menatapku. Perasaan bersalah memasuki relung hatiku, aku lepas kendali. Kupikir dia akan berdiri di sana ketika aku melepaskan tangan darinya, tetapi Rodney memasang kembali jaketnya dan membuka pintu. Di luar, gemuruh menggelegar, seolah menertawakanku yang baru saja sok menjadi pahlawan, berusaha menghapus jejak keberanianku.

"Menunggu apa?" tanya Rodney, dia menatapku yang masih bergeming, "cepat, sepertinya Shane sialan itu tidak sabar bertemu dengan kita setelah sekian lama."

Rodney menyetir cukup cepat, aku memasang sabuk pengaman ketika dia berusaha menyalip mobil-mobil di jalanan Bristol. Kecamuk pikiranku bagai angin ribut yang menghantam segalanya. Kemungkinan bahwa Shane berada di balik semua ini membuatku geram. Melibatkan Willow yang merupakan orang luar tidak pernah terpikir olehku.

Aku berlari masuk ke toko begitu Rodney menginjak rem. Cael, matanya menatapku nanar. Dia yang semula terduduk di kursi menghampiriku dengan kernyitan di dahinya. Tindakannya yang spontan itu membuatku mundur selangkah ketika dia mencengkeram bahuku. 

"Kau tahu siapa yang kulihat?" tanya Cael, matanya bergetar, "sesaat kukira aku keliru, bahwa aku melihatnya di seberang. Aku lengah membiarkan Willow menjaga toko sementara aku mengangkat roti di dapur."

"Hei, hei, ada apa ini?" Rodney mendorong Cael. Laki-laki itu menutupiku dengan berdiri di depanku.

"Katakan pada perempuan pujaanmu itu, Rodney, karena dia Willow menghilang." Suaranya gemetar. Telunjuknya mengarah padaku. "Shane membawanya. KARENA KAU, ALISON BLYHTE! KAU MEMBUAT SHANE MEMBAWA WILLOW!"

Aku terkesiap ketika Rodney tiba-tiba menghantam pipi Cael dengan kepalan tangannya. Cael terhuyung mundur, memegangi pipinya dan menatap Rodney dengan kesal.

Cael tertawa nyaring, sudut bibirnya berdarah. "Bawa dia kembali dengan selamat, Blyhte. Aku tidak akan segan bekerja sama dengan Shane jika sampai terjadi sesuatu dengan Willow," ujarnya, duduk menekuk lutut di lantai dan menatap ujung sneakersnya. 

"Ke mana dia membawa Willow?" tanya Rodney. Dia menatap Cael, mengintimidasi.

Lawan bicaranya mendengkus, menyeringai. "Kau pikir aku tahu, huh? Tanyakan saja padanya." Dia menunjukku dengan dagunya, memberiku tatapan datar. "Pergi dan cari dia, please. Shane bilang dia tidak akan menyakiti Willow jika kau datang ke tempatnya, Blyhte."

"Aku ... aku tidak tahu ke mana Shane membawanya." Pikiranku kacau, memikirkan akulah penyebab Willow menjadi sandera Shane membuat darahku mendidih. Karenaku, karena diriku, karena statusku. Apa sebaiknya aku menyerahkan diri sejak awal saat itu? Willow tidak akan mengalami ini jika sedari awal aku tidak melawan. Warden, Demelza, semua orang yang harus menanggung karena keberadaanku. Kepalaku memberat, rasanya sulit berdiri dengan kedua kakiku ketika pandanganku berputar. "Ma ... af."

"Kau baik-baik saja?" tanya Rodney, menahan bahuku. Dia menatap nyalang Cael yang sibuk dengan pikirannya sendiri. "Beritahu ke mana dia membawa Willow, jangan bertele-tele denganku, Cael."

Hunting the Werewolf [On Going]Where stories live. Discover now