Chapter 48 - Duel

Mulai dari awal
                                    

Video tersebut dimulai dengan kehebohan Miranda dan Tessa yang meminta tolong di depan kamar kecil wanita. Saat itu Hera keluar dari kamar kecil tersebut. Penampilannya tampak baik-baik saja, tidak berantakan dan tidak ada keanehan tentang dia membuat penonton pasti berpikir tidak ada yang terjadi. Namun, beberapa waktu kemudian sekitar dua pria yang mendengar Miranda dan Tessa masuk ke kamar kecil bersama mereka kedua. Dan selang waktu beberapa menit,  mereka keluar membawa Barbara yang pingsan.

Satu video berdurasi pendek ini sudah menjelaskan siapa pemenang yang sebenarnya.

Dengan begitu, pada kolom komentar menjadi penuh dengan kekaguman mereka pada Hera Louiza Vourou.

Walau sudah dua jam berlalu setelah tragedi memalukan itu, forum sekolah masih heboh dengan duel lama yang terulang kembali.

Dan Barbara yang baru saja siuman tidak bisa berhenti gemetar menahan amarah. Baik Miranda dan Tessa masih menangis sambil mengompres belakang kepalanya yang tengah duduk.

Ini tidak bisa dibiarkan. Tahun lalu, dia sudah kalah ketika bertengkar dengan gadis daddy itu. Dan sekarang, tidak sampai lima menit, dia sudah pingsan.  Mau taruh di mana mukanya?!

Dengan gigi bergemeletuk, Barbara mengaum, “TERKUTUKLAH KAU, HERA!”

***

Di sebuah ring, berdiri berseberangan Hera dan William. Mereka sudah mengenakan hand wrap pada tangan mereka dan saling berjalan lambat mengitari ring.

“Aku bertanya sekali lagi, kau sungguh melakukannya, Sunshine?”

Selepas William dan Nick pulang kerja, seperti yang Hera duga, William segera ke kamarnya dan menanyakan kenapa dia membanting Barbara ke lantai. Jelas gadis menyebalkan itu sudah pasti mengadukan perbuatan Hera padanya.

Kesal dengan perhatian kakaknya ini pada musuhnya, Hera pun menantangnya duel di atas ring.

“Ya,” balas Hera sambil tersenyum manis.

“Astaga.” William memejamkan matanya seraya berdecak. “Kenapa kau melakukannya? Dia itu gadis yang lemah lembut!”

“Jika dia lemah, dia tidak akan menjadi anak populer di sekolah.”

“Tidak semua anak populer jago berkelahi sepertimu, omong-omong.”

“Lalu bagaimana cara dia menindas anak malang di sekolah? Sebagai informasi, senior itu mengajariku banyak hal tentang merundung gadis lain.” Hera terkekeh.

“Barbara itu gadis yang lemah lembut. Berjalan normal saja, bisa terkilir. Dia tidak mungkin berani menindas orang lain! Aku ingin kamu meminta maaf padanya besok, Sunshine.”

Hera menatap William datar. “Dia bahkan bisa berlari menggunakan heels.”

“Benarkah?” William tampak terkejut. Dan detik berikutnya dia tersenyum. “Aku mengetahui hal baru tentangnya.”

Raut yang datar, kini menjadi cemberut. Sejak di sekolah tadi, suasana hatinya sangat buruk. Lalu melihat betapa bodohnya kakak laki-lakinya ini, emosinya menjadi lebih buruk.

“Aku tidak akan pernah meminta maaf padanya.”

“Apa?” William terdengar mulai kesal.

Hera tidak membalas. Dia kemudian menoleh di luar ring di mana Nick berdiri di sana, memperhatikan mereka dalam diam. “Nick, kapan kami akan mulai?”

Nick menatap mereka bergantian. “Apa kalian sudah siap?”

Melihat kedua orang itu mulai meregangkan otot leher, Nick kemudian bertanya, “Jadi, ini duel tinju?”

William mengangguk. “Ya—”

“Jangan,” sela Hera. Pandangannya tidak lepas dari William. “Bagaimana jika kita bertarung sebebasnya? Gunakan teknik apa pun yang ingin kita gunakan.”

William dan juga Nick mulai merasakan firasat buruk. Terlebih lagi William. Bulu kuduk lehernya bergidik seketika membuat dia memiringkan kepala bingung.

Nick tampak berdeham sejenak sebelum menatap William. “Kau setuju, Will?”

Walau masih bingung dengan perasaannya yang sensitif, William tetap mengangguk. Bela diri apa pun yang dipergunakan adiknya pasti bisa dia tahan. Karena, dia dan Nick yang mengajari seluruh teknik pada adik kesayangan mereka.

“Dengar, Sunshine. Aku akan menahan diri. Jadi, kamu bisa menunjukkan seluruh kemampuanmu.”

”Oh kau sangat baik. Kalau begitu, aku tidak akan malu-malu,” Hera mengedipkan sebelah matanya ketik menambahkan, “Sunshine.”

Nick di sana tidak bisa tidak tersenyum merasa lucu. Sedangkan di sisi lain William menghela napas.

“Baiklah. Jadi, berikan pukulan terbaikmu untuk Sunshine ini.”

Di saat William mengambil kuda-kuda bertinju, Nick memulai pertandingan mereka.

Dengan teriakan menggema, seolah menyalurkan segala amarahnya selama ini yang ia pendam, Hera berlari mendekati William sambil mengangkat tinju kecilnya dan melompat.

Will pikir Hera akan meninju wajah tampannya, maka secara naluriah di membawa kedua tangannya melindungi wajahnya.

Akan tetapi, apa yang ia perkirakan ternyata salah. Tinju itu hanyalah umpan kosong. Karena kaki jenjang adiknya yang terangkat menendang bolanya sebelum dia bisa memproses segalanya. Bahkan ada terdengar bunyi yang membuat para pria yang mendengarnya menjadi ngilu, contohnya Nick yang berada di sana. Pria itu bergidik dan berdesis.

“Ugh!” Memegang selangkangannya dengan tubuh yang mendadak kaku, William segera tergeletak di lantai ring.

Bajingan .... Rasanya sungguh menyakitkan!

Hera yang satu-satunya orang berdiri di atas ring, mengibas rambut panjangnya ke belakang dengan kekuatan penuh. Bernapas terengah, dia berkata, “Whoo! Ada gunanya kalian mengajariku krav maga akhir-akhir ini, benar?”

*TBC*

Suka Venus? Jangan lupa klik bintang dan komen ya loves :*

VENUS [#5 Venus Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang