Bagian: Tiga Puluh

78.7K 3.4K 32
                                    

Happy Reading!

~~~

     "Kenapa semalam lo lebih milih pulang sama Haikal? Kenapa gak sama gue aja? Kita kan tinggal bareng."

Baru keluar dari dalam Kamar Sahla sudah dicerca dengan pertanyaan yang Aarav lontarkan.

Sahla memutar bola mata malas. "Lagian lo ribut mulu sama Satya, gue pusing dengernya. Cuma Haikal aja yang diem, yaudah gue pulang bareng dia. Untung aja Haikal gak ikut-ikutan adu mulut. Gak tahu lagi deh gue harus apa."

Diam-diam Aarav mengerucutkan bibirnya, jujur saja Aarav masih merasa kesal karena Sahla yang lebih memilih pulang bersama Haikal daripada dengan dirinya.

"Kok bisa sih lo tiba-tiba muncul, lo nguntit gue ya?" Tuduh Sahla sembari memasukkan sepotong roti ke dalam mulutnya.

"Gak lah, gak ada kerjaan banget gue nguntit orang lain. Waktu lo bilang mau nonton Bioskop, gue juga jadi tertarik buat nonton. Eh, kebetulan banget gue pergi ke Bioskop yang sama kayak lo." Jelas Aarav penuh kebohongan.

Sahla hanya mengangguk pelan dengan mulut yang penuh dengan roti. Netra Aarav fokus pada gadis itu, terlihat lucu dengan pipi yang mengembung. Seperti ikan buntal.

Merasa diperhatikan oleh Aarav, Sahla melirik cowok itu yang masih setia menatapnya. Gadis itu mengernyitkan dahi bingung, apa yang sebenarnya membuat Aarav begitu memperhatikan dirinya?

Sahla mengambil ponselnya lantas membuka aplikasi kamera depan, Sahla melihat pantulan wajahnya di kamera. Tidak ada yang salah, Sahla pun tidak makan belepotan kali ini.

"Kenapa liatin gue, Rav?" Tanya Sahla setelah menelan makanannya.

Aarav tertawa kecil. "Lo lucu kalau lagi makan, pipi lo mengembung kayak ikan buntal."

Sahla mendelik kearah Aarav, merasa kesal saat Aarav menyamakan dirinya dengan ikan buntal.

"Boleh gak, La?"

"Boleh apa?"

"Sekali aja kok gak lagi."

"Iya apaan? Gak jelas banget lo."

Aarav berjalan mendekat kearah Sahla, berdiri di belakang gadis itu yang tengah duduk dekat meja bar. Aarav menunduk lantas menjulurkan tangannya untuk menopang tubuhnya di meja. Sahla dapat merasakan posisi dirinya dengan Aarav begitu dekat. Apalagi wajah Aarav yang tepat berada di samping wajahnya.

"Lo mau apa?" Tanya Sahla dengan nada yang pelan.

Aarav mengembangkan senyumnya, menatap Sahla dari jarak yang sangat dekat. "Pengen gigit pipi lo."

Sahla mengerjap saat mendengar permintaan Aarav. Sepertinya cowok itu sudah gila, bisa-bisanya Aarav meminta untuk menggigit pipi Sahla.

"Lo gila, Rav?"

Aarav menggeleng pelan. "Enggak, gue gak gila."

"Permintaan lo aneh."

"Jadi gak boleh nih?" Tanya Aarav.

"Bukan gak boleh, Rav. Tapi aneh aja lo tiba-tiba pengen gigit pipi gue. Emangnya pipi gue ini makanan apa?" Balas Sahla.

"Soalnya lo lucu." Timpal Aarav menghasilkan rona merah yang menjalar di pipi Sahla.

Roommate With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang