Bagian: Tujuh

124K 5.6K 19
                                    

Jam menunjukkan pukul 7 malam, setelah menyelesaikan tugas kuliahnya Sahla berniat untuk bersantai di malam minggu ini. Gadis itu keluar dari dalam Kamar hendak menonton acara televisi. Namun, kimi fokusnya teralihkan pada Aarav yang sepertinya akan pergi keluar.

"Tumben, mau kemana?" Tanya Sahla penasaran.

"Alfamart yang di depan, lo mau nitip sesuatu?"

Sahla berpikir sejenak, jika Aarav pergi dia akan sendirian di sini. Seketika rasa takut menyergap dirinya. "Gue pengen ikut."

Aarav menatap Sahla, gadis itu hanya memakai kaos tipis dan hotpants. Aarav bahkan sempat menelan salivanya saat melihat kaki jenjang Sahla yang terlihat mulus. Tersadar, Aarav menggelengkan kepala mencoba menghalau pikirannya.

"Yakin lo mau ikut dengan pakaian seperti itu?"

"Kalo gitu tunggu gue. Jangan sampe lo ninggalin gue sendiri di sini."

Sahla lantas kembali melangkah menuju Kamarnya. Sementara Aarav mendudukan dirinya di atas sofa menunggu Sahla sembari membalas pesan dari teman-temannya.

"Udah, ayo."

Aarav mendongak, kembali meneliti penampilan Sahla. Gadis itu hanya mengganti hotpants dengan celana panjang, tidak dengan kaos tipis yang dipakainya. Aarav beranjak dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam Kamarnya, setelah mengambil barang yang dibutuhkan Aarav keluar lantas mendekati Sahla.

"Pakai, nanti lo kedinginan." Ujar Aarav sembari memberikan hoodie yang dibawanya pada Sahla.

Tanpa berbicara sepatah katapun, Sahla hanya menurut dan langsung memakai hoodie milik Aarav. Hoodie Aarav tampak kebesaran jika dipakai oleh Sahla membuat tubuh gadis itu seakan tenggelam di dalam hoodie Aarav.

Aarav tertawa, melihat Sahla yang begitu menggemaskan. Dia merapikan rambut Sahla yang terlihat acak-acakan.

"Hoodie lo gede banget"

"Lo yang kecil."

"Dih, mana ada kecil. Badan lo tuh yang kegedean."

"Lo kecil."

Sahla mengerucutkan bibirnya, sontak membuat netra Aarav fokus pada bibir Sahla yang sialnya selalu menggoda untuk dicium.

Tanpa aba-aba apapun Aarav mendekatkan wajahnya, tak mau membuang waktu Aarav langsung mengecup bibir merah itu. Tak hanya kecupan, Aarav bahkan memagut kembali bibir Sahla yang selalu menggodanya.

Mendapat ciuman tiba-tiba dari Aarav, membuat Sahla mengerjapkan matanya. Sahla mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak tak karuan.

Seolah mendapatkan lampu hijau, Aarav menyeringai dibalik ciumannya. Cowok itu melingkarkan tangannya di pinggang Sahla membawa gadis itu agar semakin menempel padanya. Sahla tak menolak, gadis itu malah berpegangan pada bahu Aarav.

Satu tangan Aarav merengkuh wajah gadis itu, lalu semakin memperdalam ciumannya. Lagi, ciuman ini Aarav yang mendominasi. Berawal dari pagutan lembut pada bibir atas Sahla, pagutan itu berubah menjadi lumatan. Aarav sedikit memiringkan kepalanya agar mendapat akses meraup bibir Sahla yang lembut dan begitu manis saat dia menyesapnya.

Sahla tak dapat mendefinisikan apa yang tengah dia rasakan sekarang. Sudah tiga kali Aarav menciumnya dan entah mengapa Sahla seolah menikmati ciuman yang diberikan Aarav.

Terlalu menikmati bibir Sahla yang manis, membuat Aarav enggan menghentikan ciuman tersebut. Namun, Aarav tidak mau membuat Sahla kehabisan napas. Detik terakhir, Aarav menyesap bibir bawah Sahla lantas menjauhkan wajahnya.

Napas Sahla memburu, bibirnya nampak merah dan basah akibat ciuman dari Aarav.

"Sorry, gue gak bisa nahan." Ujar Aarav, suaranya terdengar begitu berat.

Roommate With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang