Bagian: Dua Puluh Empat

89.3K 4.3K 43
                                    

Happy Reading!

~~~

     Hujan deras disertai petir mengguyur kota sudah 1 jam lamanya. Sahla memilih untuk melanjutkan nonton drakor di Ruang Tengah. Kini fokusnya teralih saat melihat Aarav yang baru saja keluar dari dalam Kamar.

"Hujan-hujan gini enaknya masak mie pake telor gak sih?" Seru Aarav dengan langkah lebar menuju Dapur.

Mendengar hal itu membuat Sahla menginginkannya juga. Gadis itu menekan tombol pause lantas beranjak dan berjalan mendekat kearah Aarav.

"Mau juga dong." Seru Sahla.

Aarav menoleh pada Sahla dengan senyum lebarnya. "Boleh, cium dulu tapi."

Plak.

Sahla melayangkan pukulannya pada pundak Aarav dengan bibir yang mengerucut. Selalu saja seperti itu. Awalnya Aarav hanya bercanda, tetapi saat melihat bibir Sahla yang mengerucut seperti itu membuat Aarav ingin mengecup bibir Sahla.

"Bercanda, La. Serius amat jadi orang." Ujar Aarav.

"Kali ini biar gue yang masak, kemarin-kemarin kan gue dimasakin lo terus."

"Oke, kalau itu mau lo. Gue mau ambil HP dulu di Kamar." Aarav menjulurkan tangannya untuk mengusap pelan pucuk kepala Sahla. "Bikin yang enak ya."

Sahla mencoba menelan salivanya saat merasakan tangan Aarav yang mengusap lembut kepalanya.

"I-iya." Hanya itu balasan Sahla, ya, karena hanya itulah yang mampu keluar dari mulut Sahla.

Aarav tertawa pelan lantas melenggang pergi dari hadapan Sahla. Setelah kepergian Aarav, Sahla lalu mengambil 2 mie instan kuah dan 2 telur dari dalam kulkas. Namun, baru ingin membuka bungkus mienya, tiba-tiba lampu mati. Keadaan Apartemen seketika gelap gulita.

Jantung Sahla berdetak kencang saat dirinya tak bisa melihat apapun, tubuhnya gemetaran membuat mie yang ada di tangannya jatuh ke bawah, keringat dingin keluar dari dahinya, rasa cemas menjalar dalam diri Sahla.

"MAMA! SAHLA TAKUT!" Sahla berteriak dengan suara bergetar.

Kakinya lemas tak mampu lagi menopang tubuhnya sendiri. Perlahan tubuh Sahla menyusut ke bawah, dengan tubuh yang masih gemetar ketakutan Sahla memeluk lututnya.Tangis Sahla pecah, dia takut, sangat takut.

"Sahla?"

Suara derap langkah dan cahaya senter dari ponsel Aarav mengarah pada Sahla. Melihat tubuh Sahla yang gemetar seperti itu sontak membuat Aarav langsung berlari mendekati Sahla.

Merasakan kehadiran seseorang disekitarnya Sahla mendongakkan kepala dan tanpa aba-aba apapun gadis itu langsung memeluk Aarav dengan erat.

"R-rav, g-gue takut."

Aarav dapat merasakan tubuh Sahla yang begitu bergemetar ketakutan. Aarav ikut memeluk Sahla agar gadis itu semakin masuk dalam pelukannya. Tanpa sadar, tangannya yang bebas mengusap lembut punggung Sahla, mencoba untuk menenangkan gadis dipelukannya.

"Gue tahu, lo tenang ya? Ada gue." Ujar Aarav dengan lembut.

Sahla semakin mengeratkan tangannya di pinggang Aarav. "Lo jangan tinggalin gue, Rav. Gue gak mau sendiri. Takut."

Roommate With BenefitsKde žijí příběhy. Začni objevovat