Bagian: Enam

131K 5.5K 43
                                    

"So, how did you feel during the kiss?" Tanya Aarav sembari fokus menyetir mobilnya menuju Kampus.

Mendengar pertanyaan Aarav barusan membuat Sahla menelan salivanya, dia kembali teringat ciuman yang mereka lakukan beberapa saat lalu.

"Hm? Kenapa diem?" Tanya Aarav lagi, ekor matanya melirik kearah Sahla yang masih setia untuk bungkam.

"Gak ada pertanyaan lain?" Sahla balik bertanya, gestur tubuhnya menunjukkan kalo dia merasa tak nyaman jika Aarav membahas hal itu.

Aarav terkekeh pelan, merasa lucu dengan Sahla yang tampak malu-malu. Kedua pipi gadis itu masih terlihat merah sejak tadi. Ingin sekali Aarav mencubit pipi merah itu, atau bahkan... Mengecupnya.

Jika dibalik, Aarav yang mendapat pertanyaan tersebut, tentu dengan mudah Aarav bisa menjawab. Cowok itu sangat menikmati ciumannya dengan Sahla, meskipun ciuman tadi terkesan hanya Aarav yang mendominasi tapi Aarav yakin perlahan Sahla akan bisa membalas ciumannya. Dan jujur, jika saja Sahla tak memintanya untuk berhenti, Aarav tidak akan menghentikan ciuman tadi yang terasa begitu memabukkan.

"Gue cuma penasaran aja soalnya dari tadi lo diem terus." Balas Aarav dengan santai.

"Gue boleh tanya sesuatu sama lo?" Tanya Sahla.

Aarav mengangguk. "Sure, why not?"

"Emm... Selain sama gue, lo ciuman sama siapa lagi?"

Aarav tertawa mendengar pertanyaan Sahla yang terkesan konyol untuk Aarav. Apa Sahla berpikir dia seorang buaya yang bisa berciuman dengan banyak perempuan?

"Cuma sama lo, Sahla."

Sahla memicingkan matanya. "Gue gak percaya. Soalnya lo pro banget."

"Lo tahu gue pro darimana?" Tanya Aarav seakan menggoda gadis di sebelahnya.

"Dari cara lo cium gue." Jawab Sahla.

"Oke, first kiss gue waktu gue masih SMP ter-"

"SMP? Gila. Ternyata lo udah mesum dari dulu."

Aarav kembali tertawa. "Anak remaja penuh dengan keingin tahuan, gue punya pacar waktu itu, gak mungkin lah bibir pacar gue dianggurin gitu aja. Karena gue penasaran gimana rasanya ciuman, alhasil gue ajak pacar gue. Sekarang udah mantan sih."

"Masih bocah udah mikir gitu. Pantes mesumnya kebawa sampe gede." Sahla menggelengkan kepalanya.

"Gue gak mesum sama lo." Bantah Aarav.

"Dih, buktinya lo ngebet pengen ciuman lagi sama gue."

"Itu namanya memanfaatkan keadaan, Sahla. Lo sendiri yang buat gue seperti itu."

Sahla menghela napas pelan. "Gue gak mau kalo lo ciuman juga sama cewek lain, terus habis itu sama gue. Iihh jijik bibir lo bekas orang lain."

Aarav dibuat tertawa oleh perkataan Sahla. "Untuk sekarang, cewek yang gue ajak ciuman cuma lo doang. Lo sendiri gimana?"

"Maksud? Gue?"

"What about your first kiss, Sahla? First kiss lo siapa yang ambil?"

Sahla diam sejenak, dia melirik kearah Aarav yang masih fokus pada jalanan di depan.

"Lo yang ambil."

Aarav tersenyum miring. "Really? Ciuman malam itu?"

"I-iya, itu first kiss gue."

Aarav makin mengembangkan senyumannya, entah kenapa ada rasa senang yang membuncah saat mendengar bahwa Aarav lah yang pertama bagi Sahla.

---

Sampailah mereka di Parkiran Kampus. Sahla terlebih dahulu turun dari mobil disusul oleh Aarav. Sahlah celingak-celinguk menatap sekitar, berharap tidak ada yang melihat mereka berdua yang tengah bersama.

Melihat gelagat Sahla yang aneh membuat Aarav mengernyitkan dahi bingung.

"Lo kenapa?"

"Gue gak mau ada yang li-"

"Lho, Aarav? Jadi... Rumor kalian pacaran tuh bener ya?"

Sahla menoleh saat mendengar suara seseorang yang begitu familiar di telinganya. Deg. Seketika tubuh Sahla menegang saat mendapati keberadaan Arjuna di samping Kelaya. Tatapan cowok itu mengarah padanya, Sahla tidak bisa mengartikan tatapan yang Arjuna berikan.

Mengapa mereka harus bertemu disituasi seperti ini?

Sahla merasakan sesak di dadanya saat melihat bagaimana tangan besar Arjuna menggenggam tangan Kelaya. Tangan yang pernah menggenggam tangannya, Sahla masih dapat merasakan genggaman Arjuna yang begitu hangat. Namun sekarang, itu bukan lagi miliknya.

"Kita-"

"Iya, rumor itu bener. Kita emang pacaran." Sela Sahla sebelum Aarav mengelak perkataan Kelaya.

Mendengar hal itu sontak membuat Aarav menoleh pada Sahla, gadis itupun menatapnya dengan senyuman. Sahla memberi kode pada Aarav untuk membantunya berpura-pura.

Jika Arjuna nampak baik-baik saja saat berpisah dengannya, maka Sahla pun harus melakukan hal yang sama meskipun harus berpura-pura. Sahla tidak ingin terlihat lemah, Sahla tidak ingin terlihat bahwa dia masih berharap pada cowok itu.

"Congrast ya buat kalian. Gue masih gak percaya, setelah sekian lama akhirnya lo mau mulai hubungan lagi sama cewek." Ucap Kelaya.

Aarav menarik Sahla agara semakin dekat dengannya, sengaja Aarav merangkul bahu Sahla. Melihat tatapan Arjuna yang dilayangkan padanya, begitu penuh intimidasi.

"Gue udah lupain masa lalu. Lagian gak ada untungnya stuck di masa lalu." Balas Aarav.

Aarav dan Kelaya sudah berteman sejak duduk di bangku Kelas 10. Jadi tidak heran jika mereka terlihat akrab dan saling tahu masa lalu satu sama lain.

"Keputusan yang tepat. Kalo gitu, kita duluan ya? Bye."

Sahla menatap nanar kepergian Arjuna dan Kelaya, keduanya nampak serasi, sangat serasi. Sehingga Sahla mengumpat mengapa dia masih memiliki perasaan pada Arjuna? Cowok yang jelas-jelas sudah menyakiti hatinya.

"Are you okay?" Tanya Aarav.

Sahla melepas rangkulan Aarav di bahunya. Gadis itu berdiri menghadap Aarav.

"No." Balas Sahla begitu singkat.

"Lo kenal Arjuna?" Tanya Aarav.

"Dia mantan gue."

Aarav mengangguk, kini dia sudah paham. "Jadi, dia alasan lo cium gue tiba-tiba?"

"Hm, seperti itu lah. Sorry, gue harus melibatkan lo dalam hal ini. Gue kalo lagi sakit hati emang suka gak waras."

Aarav berjalan mendekati Sahla, gadis itu mendongakkan kepalanya. Tatapan mereka kembali bertemu, tatapan sendu yang Aarav berikan seakan menenangkan perasaan Sahla yang kini tengah berkecamuk.

Aarav mengusap kepala Sahla dengan pelan, begitu lembut hingga membuat Sahla merasa nyaman. Seharusnya Sahla menghindar, takut jika akan ada orang yang memergoki mereka, apalagi posisi keduanya yang terbilang cukup dekat.

"Lo bisa melibatkan gue kapan pun lo mau."

Perkataan Aarav, pergerakan tangan Aarav di kepalanya, tatapan Aarav. Semuanya terasa menghipnotis Sahla, seolah meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

-Roommate With Benefits-

Hai hai, jika suka ceritanya vote+comment jangan lupa

Terimakasih🤗

Roommate With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang