Bagian: Dua Puluh Satu

92.9K 4.2K 68
                                    

     Suara deret pintu terdengar membuat Aarav yang fokus memainkan ponsel mengalihkan perhatiannya pada seorang gadis yang baru keluar dari dalam Kamar.

Aarav tertegun saat melihat penampilan Sahla yang tak seperti biasanya. Dibalut dengan dress selutut berwarna putih ditambah dengan hiasan rambut berbentuk bunga menambah kesan manis untuk Sahla. Cantik, sangat cantik. Kata-kata itulah yang terus berulang dalam batinnya.

Mendapat tatapan yang begitu dalam dari Aarav, tentu saja hal itu membuat Sahla merasa malu. Gadis itu menelan salivanya karena merasa gugup.

"Kenapa natap gue gitu? Gue gak cantik ya?" Tanya Sahla malu-malu.

Aarav menggelengkan kepalanya dengan cepat. Cowok itu memasukkan ponsel ke dalam saku celananya, lantas mendekat kearah Sahla. Tepat di depan gadis itu, Aarav lagi-lagi tak bisa berhenti memuji Sahla yang begitu cantik di matanya.

"You're so beautiful." Puji Aarav.

Sahla mengulum bibirnya menahan gugup. Mendapat pujian dari Aarav sukses menimbulkan perasaan senang dalam hati Sahla. Jangan lupakan, bahwa kini Aarav masih menatap Sahla begitu lekat. Membuat semburat merah perlahan muncul di pipi Sahla.

"Aar-"

"Boleh cium?" Izin Aarav memotong perkataan Sahla.

Sahla mengerjapkan matanya, lagi dan lagi Aarav berhasil membuat Sahla gugup untuk kesekian kalinya. Dengan berani Sahla membalas tatapan Aarav.

"Kalau gak boleh?" Tanya Sahla, gadis itu hendak menggoda Aarav.

Aarav sedikit berdecak, hatinya mencelos saat mendengar pertanyaan Sahla yang terdengar seperti penolakan baginya.

"Gak mas-"

Kali ini perkataan Aarav yang mesti terhenti saat dengan tiba-tiba Sahla mendaratkan bibirnya di atas bibir tebal Aarav. Tubuhnya tersentak karena gadis itu sudah lebih dulu menciumnya. Menimbulkan perasaan senang yang membuncah dalam hatinya.

Sahla hanya menempelkan bibirnya, tidak ada pergerakan yang berarti. Begitupun dengan Aarav, cowok itu membiarkan Sahla yang hanya mengecupnya begitu lama.

Tetap saja, hanya bibir lembut Sahla yang menekan permukaan bibirnya berhasil membuat Aarav merasakan pusing di kepalanya. Seperti biasa, rasanya begitu memabukkan.

Sahla menjauhkan wajahnya, gadis itu yakin seratus persen pasti wajahnya sudah sangat memerah. Kenapa Sahla begitu berani kali ini?

"Ekhem." Sahla berdehem untuk meminimalisir rasa gugupnya. "Nanti kita telat, Ibun pasti udah nunggu."

Cup.

Sebagai penutup, Aarav dengan cepat mengecup bibir Sahla yang tampak menggodanya. Kalau saja mereka tidak akan pergi ke Rumah Ibun, dapat dipastikan Aarav akan melumat bibir itu.

"Ayo."

———

Aarav hanya mampu menggelengkan kepalanya saat tahu bahwa Sang Ayah merayakan ulang tahun istrinya di pinggir danau. Sudah tersedia sebuah meja untuk mereka makan dan berbagai macam makanan tersaji di sana , tak lupa hiasan bunga ikut mempercantik tampilan meja makan tersebut.

Aarav sudah tak heran dengan sikap romantis yang dimiliki Sang Ayah, terbilang ini untuk kesekian kalinya Aarav melihat usaha Sang Ayah untuk menyenangkan Ibun di hari ulang tahunnya.

Sementara Sahla, dia berdecak kagum saat tahu bahwa Ayah Aarav yang menyiapkan ini semua. Sahla jadi berharap suatu saat nanti dia akan mendapat pasangan seperti Ayahnya Aarav.

Roommate With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang