Bagian: Sembilan

115K 5.1K 28
                                    

Meskipun hari ini adalah hari Minggu, waktunya untuk bersantai ria atau sekedar bermalas-malasan, tapi tidak untuk seorang Sahla, gadis itu sudah bangun sejak pagi.

Masih menggunakan handuk kimononya Sahla mengeringkan rambut menggunakan hair dryer di depan cermin, setelah dirasa rambutnya tak lagi basah, gadis itu lantas mematikan hair dryer tersebut. Setelah itu dia berjalan menuju lemari pakaian.

"Pake baju yang mana ya... Ini aja deh, lagian seharian ini gue gak bakal kemana-mana."

Selesai menggunakan pakaiannya, Sahla berniat untuk membuat sarapan karena perutnya yang keroncongan. Gadis itu berjalan menuju Dapur, membuka kulkas dan menemukan roti serta selai strawberry di sana. Tak lupa, Sahla pun mengambil susu kotak yang dia beli kemarin malam.

"Masih pagi udah bangun padahal hari Minggu."

Sahla sedikit tersentak saat mendengar suara di belakangnya, Sahla berbalik dengan tangan penuh memegang roti, selai strawberry serta susu kontak lalu menyimpannya di atas meja bar.

"Tumben masih pagi perut gue udah keroncongan minta diisi." Balas Sahla dengan tangan yang lihai memoleskan selai strawberry di atas roti.

Aarav berdiri di hadapan Sahla, matanya fokus pada kegiatan yang dilakukan Sahla. Sebuah ide jahil tiba-tiba terlintas di otak Aarav. Cowok itu menyeringai, tangannya dengan cepat merebut roti yang sudah teroles selai, merebutnya dari tangan Sahla.

Sontak saja Sahla menggeram kesal, padahal Sahla hendak memakan langsung roti itu tapi Aarav malah mengambilnya.

"Balikin, Rav. Lo kalo mau bisa bikin sendiri."

Aarav menggelengkan kepala, menolak permintaan Sahla untuk mengembalikan roti di tangannya. Kesal, Sahla berjalan menghampiri Aarav, gadis itu hendak mengambil kembali roti miliknya namun Aarav malah mengangkat tangannya membuat Sahla kesulitan untuk menggapai.

"Masih pagi jangan bikin gue emosi." Geram Sahla.

"Coba ambil kalo bisa." Tantang Aarav.

Sahla menghembuskan napas kasar, gadis itu menjinjitkan kakinya dengan tangan yang terulur ke atas hendak mengambil roti di tangan Aarav, namun usahanya nihil mengingat postur tubuh Aarav yang lebih tinggi darinya.

"Mau?" Goda Aarav.

"Balikin." Kesal Sahla.

Aarav menunjuk kearah bibir dengan satu tangannya yang lain, Sahla mendelikan matanya semakin kesal dengan sikap Aarav.

"Aarav, please. Gue lapar banget." Mohon Sahla.

"Makanya cium dulu dong."

"Ck, nyebelin banget jadi orang."

Sahla mengerjapkan mata mencoba menghalau rasa gugup yang seketika menyergap, kini wajahnya sudah memerah bahkan sampai telinga. Biasanya, Aarav yang akan memulai namun kali ini Sahla. Tentu saja Sahla tidak tahu harus bagaimana.

Sementara Aarav, cowok itu tertawa geli. Rasa senang membuncah di hatinya, dia menunggu Sahla yang akan mulai menciumnya. Melihat bagaimana Sahla yang begitu gugup untuk memulai membuat Aarav gemas, ingin sekali Aarav langsung meraup bibir merah Sahla, namun kali ini Aarav harus menahannya, dia ingin Sahla yang memulai.

Ting! Tong!

Shit!

Aarav menggeram kesal, padahal wajah mereka sudah berjarak beberapa centi dan tinggal memajukan sedikit lagi bibir mereka pasti akan bersentuhan. Namun, seseorang di luar mengganggu Aarav yang ingin merasakan bibir Sahla.

Akhirnya, Sahla bisa bernapas lega. Untuk saat ini tidak akan ada ciuman. Melihat Aarav yang lengah, Sahla langsung menarik tangan Aarav lantas mengambil roti miliknya.

Roommate With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang