Bagian: Sembilan Belas

92.1K 3.8K 25
                                    

     "Kak Aarav sama teman-teman ternyata suka nongkrong di sini ya? Tahu gitu Rey bakal sering datang ke sini, Rumah Rey juga lumayan deket dari sini."

Bukan Aarav yang mengizinkan Reyna untuk bergabung, tetapi Haikal yang mengizinkan. Cowok itu membalas permintaan Reyna dengan senang hati. Padahal, kalau boleh jujur Aarav merasa terganggu dengan kehadiran Reyna diantara mereka.

Netra Sahla tak lepas dari gadis yang kini duduk tepat di samping Aarav, alhasil Aarav diapit oleh Sahla dan Reyna. Sahla dapat melihat dari tatapan Reyna bahwa gadis itu sangat menyukai Aarav.

"Oh ya, brownies yang Rey kasih tadi enak gak?" Tanya Reyna pada Aarav.

"Enak, Rey. Enak banget." Bukan Aarav yang menjawab, lagi-lagi Haikal yang menjawab.

Raut wajah Reyna yang semula riang tampak memudarkan senyumannya. Tatapan gadis itu beralih pada Haikal.

"Kenapa Kak Haikal yang jawab? Rey nanya sama Kak Aarav."

"O-o-ohh itu gue kadang suka minta sama Aarav. Bukan gue aja yang lain juga kok."

"Gitu ya, padahal itu spesial cuma buat Kak Aarav. Tapi gak pa-pa deh kalau dibagi-bagi juga." Balas Reyna.

"Sebelumnya gue mau minta maaf sama lo, Rey." Kini Aarav mengeluarkan suaranya.

"Minta maaf kenapa?"

"Gue gak pernah makan pemberian dari lo."

Tentu saja, penuturan Aarav barusan benar-benar menyakiti perasaan Reyna sekarang. Bukan hanya senyumannya yang memudar, tetapi kini raut wajah Reyna tampak sendu.

"Gue udah punya pacar."

Pengakuan Aarav yang terucap bukan hanya membuat Reyna terkejut, tetapi keempat temannya dan Sahla pun sama terkejutnya seperti Reyna.

"Kak Aarav udah punya pacar? Siapa?"

Tiba-tiba saja Sahla merasakan sebuah tangan merangkul pundaknya, sontak membuat Sahla menoleh pada Aarav. Cowok itu merangkul Sahla dan menarik Sahla agar semakin mendekat kearahnya.

Aarav menunjuk Sahla dengan dagunya. "Dia pacar gue. Sorry ya, selama ini gue baik sama lo karena gak mau buat lo sakit hati. Gue menghargai setiap effort yang lo lakuin, gue terima semua pemberian lo semata-mata hanya karena gue menghargai usaha lo. Gue berharap lo gak salah mengartikan sikap baik gue selama ini."

Sahla membulatkan mata, tangannya yang sedari tadi di bawah meja mencoba untuk mencubit paha Aarav sukses membuat cowok itu mendesis pelan.

Melihat Reyna yang seperti menahan tangisnya tentu saja hal itu membuat Sahla merasa tak enak, apalagi Aarav yang melibatkan dirinya dalam hal ini.

"Rey kira Kak Aarav gak punya pacar, makanya Rey berani buat deketin Kak Aarav. Tapi, mulai sekarang Rey tahu kalau Kak Aarav udah ada yang punya. Rey janji deh gak bakalan deketin Kak Aarav lagi. Kalau gitu Rey pergi dulu."

Terlihat Reyna yang beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari cafe dengan perasaan yang campur aduk. Sahla menatap iba pada gadis itu, Sahla tahu bagaimana rasa sakit saat melihat orang yang dicintai lebih memilih bersama orang lain.

"Kenapa lo libatin gue sih?" Kesal Sahla.

"Karena cuma lo yang cewek di sini, masa gue harus rangkul Haikal terus bilang dia pacar gue. Kan gak lucu." Balas Aarav.

"Yahh... Kita gak bakal lagi makan cookies Reyna yang enak itu." Ujar Bara.

"Heem anjir, si Aarav jahat banget emang." Timpal Haikal.

"Kan lo pada yang nyuruh gue buat bilang gitu sama dia." Aarav merasa tak terima saat dirinya yang disalahkan.

"Tindakan lo udah bener, daripada terus-terusan ngasih harapan palsu sama tuh cewek. Kasian dia." Seru Candra.

Roommate With BenefitsWhere stories live. Discover now