Bagian: Dua Belas

106K 4.3K 17
                                    

"Kak Aarav." Panggil seorang gadis di belakang Aarav.

Aarav baru saja keluar dari Ruangan salah satu Dosen mata kuliahnya untuk mengumpulkan tugas. Cowok itu menoleh pada seorang gadis yang sudah tak asing lagi bagi Aarav.

Dia Reyna, adik tingkat Aarav yang selalu mengejarnya. Reyna pernah mengatakan bahwa dia menyukai Aarav apalagi saat Aarav berada di atas panggung. Namun lambat laun yang Reyna rasakan bukan rasa suka seperti penggemar pada idolanya, melainkan rasa suka pada lawan jenis.

Awalnya Reyna hanya mengidolakan Aarav, sama seperti kebanyakan perempuan di Kampus ini. Selain karena Aarav yang menjadi ketua dari Band yang cukup terkenal di Kampus, pesona Aarav pun tak bisa terbantah. Wajah yang tampan, kulit putih serta tubuh atletis yang dimiliki Aarav mampu membuat siapa saja terpesona.

Reyna mencoba mendekati Aarav setelah 2 bulan lamanya dia hanya mengagumi Aarav dalam diam. Siapa sangka, sikap Aarav yang begitu welcome terhadapnya memunculkan harapan dalam hati Reyna.

"Kenapa, Rey?" Tanya Aarav.

Reyna tersenyum malu-malu, selalu seperti ini, Reyna tidak bisa menahan rona merah di pipinya jika berdekatan dengan Aarav.

"Rey bikin cookies buat Kak Aarav, supaya Kak Aarav semangat kuliahnya." Ujar gadis itu sembari menyodorkan sebuah kotak makan berisi cookies yang dibuatnya.

Aarav menerima kotak makan itu, membuat Reyna semakin melebarkan senyumnya. Lagi, Aarav menerima pemberiannya dan itu menimbulkan rasa senang yang membuncah dalam hati Reyna.

"Lo bikin sendiri?" Tanya Aarav.

"Iya, dibantu sama Mama sih. Semoga Kak Aarav suka. Kalau gitu, aku pergi dulu ya. Soalnya bentar lagi kelas mulai. Dadah Kak Aarav, sampai ketemu nanti."

Aarav menatap Reyna yang melambaikan tangan padanya lantas berbalik dan semakin menjauh dari pandangan Aarav. Cowok itu menunduk lalu menatap kotak makan yang berada di genggamannya.

Bukan tanpa alasan Aarav berusaha bersikap baik pada Reyna, Aarav hanya tidak mau menyakiti perasaan gadis itu. Aarav mencoba menghargai setiap usaha Reyna. Tidak lebih.

Semoga gadis itu tidak salah mengartikan sikap baiknya.

---

"Dahi lo kenapa, Rav?" Tanya Satya saat melihat lebam di dahi Aarav, meskipun Aarav mencoba menutupi lebam tersebut dengan rambutnya namun tetap saja sedikit terlihat.

"Ketiban kardus isi sepatu." Jawab Aarav sembari menyodorkan kotak makan dari Reyna pada teman-temannya.

"Kali ini apa isinya?" Gumam Haikal sembari mengambil kotak makan yang disodorkan oleh Aarav. Membukanya dan terlihatlah beberapa cookies yang nampak menggiurkan.

"Dari Reyna?" Tanya Candra dan Aarav hanya mengangguk sebagai jawaban.

Keempat temannya sudah tidak heran jika Aarav membawa kotak makan berarti itu pemberian dari Reyna. Aarav selalu membagikan pemberian dari Reyna pada teman-temannya.

"Belum ngerasa capek juga tuh cewek." Ujar Bara.

"Gak akan deh kalau kata gue, sikap Aarav aja kayak yang ngasih harapan ke dia." Timpal Haikal lalu memasukkan satu cookies ke dalam mulutnya.

"Gue salah emangnya? Gue nerima pemberian dia karena gak mau bikin dia sakit hati dan gue menghargai effort dia." Balas Aarav.

"Tapi dengan lo kayak gini itu sama aja lo ngasih harapan ke dia." Kali ini Candra yang bersuara langsung mendapat anggukan tanda setuju dari Haikal.

"Terus gue harus gimana?" Tanya Aarav.

"Coba lo bicara baik-baik sama dia, lo bilang aja jangan sampe dia berharap lebih sama lo. Selama ini lo hanya menghargai usaha dia, gak lebih dari itu." Jawab Haikal. "Kasian bos, jangan digantung. Gak enak rasanya digantung."

"Lebay lo." Seru Bara pada Haikal.

"Lo tukang mainin perasaan cewek mana tahu rasanya digantung."

"Gue setuju, gak ada salahnya juga lo bicara sama Reyna. Biar cewek itu gak terlalu berharap sama lo."

"Hm, nanti gue bicara sama dia."

---

Seperti biasa selepas mata kuliah selesai, Sahla dan Tania menuju Kantin. Kali ini mereka berdua akan pergi ke Kantin Fisip, alasannya karena Tania yang meminta agar bisa bertemu dengan kakak tingkat yang pernah menolongnya.

Mereka memilih duduk di dekat jendela Kantin, siang ini Kantin tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa mahasiswa yang berada di sana.

"Lo yakin dia bakal ke sini?" Tanya Sahla.

"Gue yakin, kita tunggu aja." Jawab Tania.

"Dia nolongin apa sih? Lo gak cerita sama gue."

"Dia yang biayain pengobatan Tessa waktu sakit."

"SUMPAH?"

Tania menganggukkan kepalanya. "Suer, gue gak bohong. Waktu itu gue kalap banget karena liat biaya pengobatan Tessa di Rumah Sakit waktu dia sakit DBD, gue nangis di Taman Rumah Sakit. Gue gak tahu harus gima-"

"Kenapa lo gak bilang sama gue sih? Gue bisa bantu."

"Denger dulu makanya. Gue gak mau ngerepotin lo, apalagi lo jauh dari orang tua lo. Lo harus hemat kan? Makanya gue gak bilang sama lo."

"Terus-terus?"

"Tiba-tiba Kak Fariz datangin gue, mungkin dia ngerasa kasihan kali ya liat gue yang terlihat menyedihkan. Seperti yang lo tahu gue paling gak suka kalau terlihat lemah di mata orang lain, jadi waktu dia tanya kenapa gue gak mau jawab. Dia terus paksa gue buat cerita, alhasil gue cerita aja sama dia. Eh, dia malah bayarin diam-diam. Gue ngerasa gak enak sama dia, gue juga belum ngucapin terima kasih."

"Kayaknya dia tipe cowok yang gentleman."

Selang 15 menit berlalu, terdapat beberapa orang terlihat memasuki Kantin. Tania dan Sahla melirik kearah segerombolan orang tersebut, berharap bisa menemukan Fariz diantara orang-orang tersebut.

"Itu Kak Fariz. Gue samperin dia dulu." Seru Tania lantas beranjak dam berjalan mendekati Fariz.

Sementara Sahla, tubuhnya seketika membeku saat pandangannya bertemu dengan mata elang milik Arjuna. Sahla lupa, jika saat mereka pacaran Sahla sering berkunjung ke Kantin ini hanya untuk menemui Arjuna.

Lagi, Sahla merasakan sesak di dadanya saat melihat Kelaya yang sepertinya tak pernah lepas dari jangkauan Arjuna.

Sahla membuang muka, menatap Arjuna hanya akan terus membuat perasaannya semakin sakit. Gadis itu tahu, seharusnya dia sudah melupakan Arjuna dari ingatannya.

-Roommate With Benefits-

Jangan lupa vote+comment

Terimakasih🤗

Roommate With BenefitsOnde histórias criam vida. Descubra agora