Chapter 17 ; Semangat kakak!

7 2 0
                                    

Assalamualaikum...

Tinggalkan jejak dengan vote dan comment, follow jika berkenan!

Happy reading!

"Kakak mana, bunda?" tanya si atma yang baru saja menginjakkan kakinya di lantai rumah. Ia terkejut melihat ruangtamu yang cukup berantakan.

"Kakak di kamar tamu, kakakmu tadi pingsan." jawab Linara seraya memunguti sampah-sampah di sekelilingnya.

"Kakak pingsan?!" atensi Raka teralih, ia melihat ke sudut ruangan yang terdapat kamar tamu di sana.

"Aku ke sana ya, bun." Linara mengangguk, kemudian, ia berjalan cepat menuju kamar itu.

Raka membuka pintunya, terlihat jelas dari tempatnya berdiri seorang wanita dengan pakaian yang sama seperti tadi, namun kerapihannya menghilang, ia tertidur di sana. Raka berjalan pelan untuk meminimalisir suara hentakan kaki, ia takut mengganggu tidur kakaknya. Ia duduk di sebelah Laras, tangannya terulur meraih tangan Laras yang ada di sampingnya. Ia mengelus lembut tangan itu lalu menciumnya.

"Raka..." Laras bersuara lirih, ia menatap Raka dengan senyum manis seolah ia baik-baik saja.

"Aku ganggu kakak ya?" Raka bertanya, memastikan kehadirannya ini mengganggu atau tidak.

Laras terkekeh, "Ngga, dek." Laras mengeratkan genggamannya pada Raka, ibu jarinya mengelus lembut tangan Raka guna menyalurkan ketenangan untuknya.

"Kakak boleh peluk kamu gak?" tiba-tiba suaranya mengudara, yang di sebelahnya merentangkan tangannya dengan senang hati Laras meluruh dalam dekapan adiknya.

"Udah ya kak, jangan terlalu dipikirkan." ujar Raka seraya mengelus lembut punggung Laras. "Kakak butuh waktu." Raka mengangguk sebagai balasnya, ia mengerti ini tidak mudah. Apalagi diusia hubungan menjelang pernikahan memang banyak sekali ujiannya. Cukup berpikir positif, inilah cara Allah memperlihatkan kesalahannya supaya tidak turut terjerumus ke dalamnya.

"Allah pengin nunjukin kalau Lio bukan yang terbaik untuk dunia akhiratnya Kak Laras. Allah ingin memisahkan kakak dari sesuatu yang buruk, Allah gak mau kakak menderita hidup sama Lio, karna Allah tau mana yang terbaik buat hambanya dan yang terbaik itu akan segera datang untuk kakak."

Suara itu benar-benar membuat Laras merasa nyaman, ia masih enggan melepas dekapannya karna ini yang ia butuhkan. Pelukan hangat serta kata penenang untuk hatinya yang sedang lara. Sebagai penyemangat untuk kehidupan di masa depan. Raka dan Linara adalah rumah yang selalu ia cari kala lelah meradang, kala lara menyerang dan kala sedih mendatang.

"Kakak jangan sampai trauma sama laki-laki ya? Raka dan laki-laki lain di luar sana gak akan sama kaya Lio. Mungkin ada, tapi gak semua." Laras masih enggan bersuara, ia hanya mengangguk sebagai balasnya.

"Aku janji sama kakak, nanti kalau kakak dilamar dan menikah, aku mau dampingi kakak pakai seragam impian aku." Laras tersentuh dengan kalimat yang Raka ucapkan, lantas ia merenggangkan pelukannya, ia menatap Raka dengan senyum yang tak pudar.

"Kakak gak akan trauma sama laki-laki. Karna kakak punya kamu." Laras mengacungkan jari telunjuk dan menempelkan di dada bidang milik Raka.

"Laki-laki yang selalu ada sama kakak, laki-laki yang selalu jaga kakak, kamu segalanya buat kakak. Dan kakak percaya yang kamu bilang tadi, kalau gak semua laki-laki itu sama, karna kamu gak gitu." pungkasnya.

Raka tersenyum mendengar penuturan kakaknya, ia senang Laras sudah kembali merekahkan senyumnya, ia sudah tidak seterpuruk sebelumnya. Syukur ia sudah sedikit merelakan, walaupun Raka sendiri tau, merelakan orang yang sudah selalu ada dan nyaris menjadi pelengkap agamanya tak semudah yang dikata.

Promise (ON GOING)Where stories live. Discover now