Chapter 7 ; Masalah jaket

19 4 0
                                    

Assalamualaikum

Tinggalkan jejak dengan vote dan comment, follow jika berkenan!

Happy reading

"Main, Pah," lirihnya.

"Main sama siapa hm? Sama cowok?" April mengangguk. Sesekali ia memberanikan diri untuk menatap wajah ayahnya. Terlihat kesal dan pastinya..., marah.

"Mana cowoknya?" tanyanya dengan nada tegas.

"Om!" seketika suara bariton itu terdengar. Suara milik Raka.

Laki-laki itu sontak mengambil tangan Irawan, lalu mencium punggung tangannya. Raka paham dengan situasi sekarang, lantas mencoba menenangkan. "Om, maaf saya bawa pulang anak gadis om terlalu malam. Dalam perjalanan pulang tadi, kami sempat terjebak macet. Karna melihat waktu sudah mepet tengah malam, saya terpaksa tidak berhenti om. Tapi tenang om, April tidak kena basah sama sekali, hanya sebagian kakinya saja." jelas Raka.

Dirinya mendadak ciut. Turut menunduk, jujur saja, ia takut melihat wajah marah milik Irawan. Seram

Irawan masih setia berdiri tegak di hadapan mereka seraya bersedekap dada. Netranya menatap April dari atas sampai bawah. Benar yang diucapkan Raka, April tidak basah sama sekali, hanya bagian kakinya saja, itupun sedikit. Mungkin karna cipratan genangan air.

"Putri saya aman. Justru kamu yang basah kuyup. Kenapa?"

"Dia pinjamkan jas hujannya, pah," jawab April. Irawan mengangguk, menghela napas pelan sebelum berbicara. "Masuk," 

"Om maaf sebelumya, Saya pulang saja, sudah larut malam. Udah ditelfonin bunda," paparnya.

"Ganti dulu pakaian kamu, pakaian saya banyak." tawar Irawan. Raka menggeleng kukuh. "Gak perlu om, saya langsung pulang aja."

"Siapa, yah?" tanya seseorang dengan nada lembut.

"Ini anak kamu baru pulang," sahut Irawan.

Reni langsung menghampiri putrinya, memeluknya dengan erat. "Yaallah April, ke mana aja nak? Mama khawatir."

April membalas pelukan Reni, mengelus lembut punggung Reni agar tenang. "Aku cuma ke caffe, mah. Gak ke mana-mana. Aku telat pulang karna hujan, jalan jadi macet." jelas April. Reni masih menatapnya dengan khawatir, ia mengelus pelan surai April, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga

"Ni juga, Raka kok basah banget? Masuk dulu yuk, nanti masuk angin loh." ajak Reni. Raka menggeleng, mencoba biasa saja, seperti tidak merasakan apapun, apalagi kedinginan.

"Aku pulang aja tante, gapapa kok." jawab Raka.

Reni menghela napas pelan. "Yasudah, bundamu tadi juga telfonin tante. Cepet-cepet pulang, gak usah ke mana-mana. Bundamu nyariin," pesan Reni. Kemudian Raka membalasnya dengan menaikkan tangannya memberikan hormat kepada Reni. Setelahnya, ia beralih menyalami punggung tangan Reni dan Irawan secara bergantian.

"Pulang dulu tante, om, assalamualaikum." pamitnya.

Raka melangkah menuju motornya, menancapkan kunci lalu menyalakan mesinnya. Ia memundurkan motornya hingga keluar gerbang. Sebelum melaju, dirinya menyempatkan diri melambaikan tangannya ke arah April, Reni dan Irawan.

Motor ninja serta yang membawanya seketika hilang dari pandangan. April dan kedua orangtuanya masuk ke dalam rumah.

"Mandi, Pril. Ganti baju," titah Reni, April mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya, ia bergegas ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. Sehabis itu, ia duduk di depan meja rias, mengeringkan rambutnya sekaligus memakai skincare rutinnya.

Promise (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang