Chapter 26 : Siapa dia?

7 2 0
                                    

Assalamualaikum...

Hargain penulis dengan klik icon bintang/vote

Happy reading!

>>>><<<<

Seorang lelaki yang hanya menggunakan kaos hitam dan celana loreng berjalan cepat menghampiri rekan-rekannya untuk menanyakan keberadaan seseorang. Pasalnya sejak hari pemberangkatan para nelayan dari pelabuhan ke daerahnya, ia sangat sulit untuk dihubungi.

"Serda Rafid,"

"Siap!"

"Kamu lihat Letda Raka? Saya belum bertemu dia sejak kedatangan, ponselnya sangat sulit dihubungi."

"Siap mohon izin Komandan Ditto, Tadi saya lihat Letda Raka berjalan ke UGD," ia menjawab. Lantas, Ditto langsung menoleh ke arah ruang tersebut. Berucap terimakasih lalu beranjak pergi.

Tak membutuhkan waktu yang lama, ia berpapasan dengan Dokter Windi, ia pun menanyakan hal yang sama. Setelah mendapat sebuah jawaban pasti, dengan yakin ia melangkah menyusuri lorong menuju UGD. Saat hendak membuka pintu, ia mendengar seorang Dokter perempuan sedang berbicara dengan seseorang yang suaranya sangat familiar. Rasa penasarannya semakin meningkat, ia mengintip melalui bagian pintu yang transparan hingga apa yang ia lihat sangat jelas. Ada Dokter Lira dan Raka di dalam sana, duduk bersebelahan dengan Dokter Lira yang sibuk membersihkan luka pada perut laki-laki itu. Tadinya ia ingin menghampiri sahabatnya, namun kini ia mengurungkan niatnya, ia bersedekap dada seraya menyandarkan sebelah bahunya, sesekali menatap dan mendengar percakapan yang di dalam. Tanpa sadar, seulas senyum itu hadir saat Raka yang biasanya sangat menghindari wanita, kini memuji-muji keterampilan dan paras yang dimiliki Dokter Lira.

Beberapa menit ia bertahan pada posisinya, hingga tak sadar kalau pintu ini semakin melebar ke dalam, hingga pada puncaknya.

Brak!

Tubuhnya langsung terhempas dan nyaris jatuh jika tidak ia tahan dengan tangannya yang terlebih dahulu menyentuh lantai. Atensi kedua orang yang di dalam langsung teralih dan menoleh ke arah sumber suara yang lumayan membuatnya terkejut.

"Maaf, saya tidak sengaja." tak ada jawaban membuatnya semakin malu dan bingung, kedua orang itu menatapnya dengan heran.

"Kalau begitu, s-saya kembali saja ya. Maaf sudah mengganggu," ucapnya gugup. Setelahnya, ia berbalik badan, memutuskan pergi meninggalkan ruangan.

Ditto berjalan cepat menyusuri lorong bercat putih itu, bibirnya tak henti-henti menggerutu dan berdecak sebal atas kejadian tak terduga yang baru ia alami.

"Berhenti bersikap bodoh Arditto!"

[•••]

Di pesisir pelabuhan tempatnya dan rekan-rekan bersantai, netra milik laki-laki bertubuh tegap dengan topi hitam bertengger di kepalanya berkelana mencari seseorang yang selalu memenuhi notifikasi telfon dan chat di ponselnya.

Di sudut pantai yang sepi, Raka menghela napasnya, merasa kesal harus mencari manusia di hadapannya ini. "Lo ngapain suruh gue ke sini?" Ditto berbalik badan, menatap datar ia yang tidak merasa bersalah. Tapi harusnya ia sedikit lega karena Raka mau menghampirinya setelah berusaha keras menghubungi ponsel tak berguna milik sahabatnya.

"Lo sama siapa tadi?"

Baru saja datang Raka sudah diserang pertanyaan tak jelas. "Serius lo suruh gue ke sini cuma buat nanya itu doang?"

"Tinggal jawab aja susah lo."

Ia menghela napas, rasanya sulit melawan perkataan sahabatnya. "Dokter Lira, Dokter baru di sini."

Promise (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang