Chapter 12 ; Keputusan

15 5 1
                                    

Assalamualaikum...

Tinggalkan jejak dengan vote dan comment, follow jika berkenan!

Happy reading!

[•••]

Pagi hari di rangkaian tahapan tes, pada hari ini, adalah hari yang membuat banyak orang merasa cemas. Pertaruhan antara rasa bahagia dan kesedihan. Bahagia karna bisa meneruskan langkahnya mengabdi pada negara, dan sedih karna harus berjuang lagi dengan langkah yang lain.

Hari ini adalah hari ditentukannya, lolos atau tidaknya para calon taruna. Apapun hasilnya nanti, mereka percaya, bahwa hasil ini bukan sebuah akhir. Tapi masih ada perjalanan panjang antara keberhasilan, atau kembali dengan kegagalan.

Demikian dengan Raka dan Arditto, saat ini mereka sudah pasrahkan hasilnya kepada tuhan. Mereka sudah berusaha, mereka udah merelakan masa remajanya untuk sebuah usaha mengharumkan nama orangtua.

Sesungguhnya, kunci dari sebuah kesuksesan ada pada ikhtiar dan tawakal.

"Gue ga berharap lebih, To. Kalau memang kegagalan yang gue dapat, gue ikhlas. Dan gue mau mencoba lagi," selorohnya.

"Gue juga. Gue pasrah. Gue terima apapun hasilnya. Sampai saat ini, gue cukup puas dengan usaha gue sendiri."

"Kita cuma bisa berdoa, meminta yang terbaik," sambung Ditto.

Beberapa panitia pelaksana yang memakai seragam loreng mulai berpencar memberikan sebuah amplop berisi pernyataan keputusan setelah sidang pantuhir. Hasil ini akan mengirimkan bagi mereka yang lolos untuk lanjut ke pusat.

"Baik, amplop yang sudah dibagikan jangan dulu dibuka." titah salah satu panitia.

"Bismillahirahmanirahim, assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh."

"Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh." jawab seluruhnya.

"Sebelum agenda seleksi calon taruna akademi angkatan laut ditutup, kami mengucapkan selamat dan semangat bagi kalian yang telah lolos ke tahap selanjutnya. Dan semangat, terus berjuang untuk kalian yang belum bisa lolos di seleksi tahun ini. Jangan berkecil hati, jangan ada kata menyerah untuk kita."

"Baik, tidak perlu banyak basa-basi lagi, kalian boleh membuka amplop itu. Itu adalah keputusan yang terbaik untuk kalian. Silahkan."

Setelah dipersilahkan, seluruh peserta mulai membuka amplopnya masing-masing. Namun sebelum itu, ada bibir yang berkomat-kamit merapalkan doa agar hasilnya sesuai dengan keinginan.

Suana ini bercampur aduk, ada yang menangis, bahagia, kesal, dan lain-lainnya. Raka dan Ditto belum membuka amplop itu, netranya berkelana memperhatian orang sekitar. Ia semakin takut dengan hasil itu.

"Ayo buka," Raka mengangguk. Dengan jari jemari yang sudah bergetar hebat, dia memberanikan diri membuka isi dari amplop itu. Dan setelah terbuka, ia membacanya dengan teliti hingga bagian akhir yang berisi pernyataan.

Seketika tangis itu tumpah ruah, sang atma tak mampu menahannya. Dengan cepat, ia bersujud saat itu juga, merapalkan kata-kata syukur yang tak henti-hentinya ia ucapkan. Alhamdulillah, bunda, ayah, kakak. Raka lolos.

Pun dengan Arditto, ia turut bersujud di sebelah Raka, mengucapkan kata syukur yang tiada habisnya. Bahagia ia rasakan. Terimakasih ya allah, semua ini berkat doa keluargaku. Terimakasih.

Kata syukur itu, sujud itu, dan hasil jerih payahnya. Ia tak pernah lupa dengan tuhannya, ia tak pernah lupa dengan siapa yang sudah menjadikannya seperti ini. Ia tak lupa dengan bersyukur, ia tak lupa dengan bersujud ketika sudah mendapat apa yang ia inginkan. Seperti yang Linara ucapkan, jika sudah terwujud, jangan lupa bersujud.

Promise (ON GOING)Where stories live. Discover now