Chapter 27 : Sebuah Misi

10 2 0
                                    

Assalamualaikum...

Hargain penulis dengan klik icon bintang/vote

Happy reading!

>>>>><<<<<

Pagi ini seluruh prajurit dan staf kesehatan menyibukkan dirinya dengan berolahraga. Sepanjang jalan dan lapangan penuh oleh mereka yang bergelut dengan berbagai macam alat olahraga. Skipping, barbel, di ujungnya ada yang sedang bermain tenis, dan sekitaran barak sampai ujung tiap-tiap posko banyak yang mengisi hari ini dengan joging hingga berlari interval. Semuanya dilakukan untuk menjaga kesehatan, kebugaran dan daya tahan tubuh supaya tidak mudah terserang penyakit. Termasuk Raka, ia sedang gemar-gemarnya olahraga lari, menurutnya, lari itu olahraga yang bisa membuatnya tenang, apalagi saat pagi hari dan sore hari, udaranya sejuk, ditambah lagu-lagu dari Nadin Amizah---penyanyi favoritnya menambah semangat berlari.

Dirasa cukup olahraga berlarinya, kini ia berjalan ke pinggir jalan. Menghadapkan tubuhnya ke arah laut lepas, menatap kagum keindahan langit pagi di pulau perbatasan ini, menambah kecintaannya terhadap NKRI, dan kerinduan pada keluarga yang jauh dari perantauannya.

"Ndan Raka," nyaris lepas jantungnya, Raka menoleh ke arah sumber suara itu, setelah mengetahui siapa yang memanggilnya, ia kembalikan lagi menghadap lurus ke arah laut.

Tentu itu Dokter Lira, sudah beberapa hari ini, Lira dan Raka semakin dekat, walaupun tak jelas hubungannya. Lira mendekat, sedikit membungkukkan tubuhnya untuk melihat wajah laki-laki itu. "Saya ganggu ya?" Raka menggeleng pelan.

"Terus? Ndan Raka kenapa daritadi bengong?" ia kembali menoleh, lalu menggenggam tangan milik gadis itu, mengajaknya duduk.

"Saya rindu Bunda dan Kakak saya yang sangat jauh dari sini." ia menjeda bicaranya, menghela napasnya untuk meneruskan ungkapan yang sangat berat dalam hatinya.

"Saya juga merindukan Ayah saya yang sudah tenang di sisi Tuhan." melihat wajah laki-laki di sebelahnya, Lira turut merasakan apa yang Raka rasakan. Jauh merantau dari orang-orang yang mereka sayangi memang berat rasanya. Tapi apa daya, ini mimpi yang selalu mereka semogakan sejak dulu, ia yakin pasti ada hari di mana mereka bisa bertemu lagi dengan keluarga.

"Udah ditelfon Bunda atau Kakaknya?"

"Sudah tadi subuh," jawabnya.

"Tapi rasanya, rindu saya sedikit terobati." Lira menoleh, tersenyum tipis untuknya. Siapa sangka, Raka membalas senyuman dan tatapan itu, tangan kirinya naik merapikan rambut gadis itu yang sedikit berantakan. Lira terdiam saat itu, dalam hatinya sangat berbunga-bunga, lantas ia menggenggam tangan kanan milik laki-laki itu yang disimpan di atas lututnya.

"Ada perempuan yang buat hari-hari saya di sini lebih berwarna."

"Ada perempuan yang selalu memberi perhatiannya untuk saya."

"Ada perempuan yang pernah saya kira hanya bisa menghiasi masa lalu saya. Tapi ternyata salah, dia ada di sini, mungkin sebagai masa depan saya nanti."

"Dia siapa Kak?" sedikit bergetar nada bicaranya, hatinya berkecamuk, bingung dengan siapa yang laki-laki ini jelaskan.

Ia menghela napas sejenak, lalu senyumnya kembali merekah, menggenggam tangan Lira dan mengelusnya dengan lembut. "Kamu."

"Kamu adalah perempuan yang pernah jadi masa lalu saya, tapi sekarang kamu kembali dan menjadi masa depan saya." lanjutnya, Lira mampu merasakan ketulusan dari sebuah kata-kata yang mampu mengobrak-abrik hatinya.

Tapi, apa maksud sebenarnya? Mengapa bisa Lira pernah menjadi masa lalu yang kini menjadi masa depannya?

"Siapa masalalu yang di maksud Kak?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 12 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Promise (ON GOING)Where stories live. Discover now