Chapter 19 ; Bahagia

12 3 0
                                    

Assalamualaikum...

Tinggalkan jejak dengan vote dan coment, follow jika berkenan!

Happy reading!

Seperti biasa, malam ini ia sedang mempersiapkan keperluan yang akan ia bawa ke Malang nanti. Mempersiapkan mental dan fisiknya untuk bertarung dalam mewujudkan mimpi.

"Obat-obatan sama vitaminnya jangan lupa, dek." kata Linara, ia menghampiri Raka yang masih bergelut dengan tasnya.

"Iya, bunda."

Melihat banyaknya barang yang belum dibereskan, Linara dengan inisiatif membantu. Asalnya Raka mau melarang. hanya saja kata Linara "Biar cepat," jadi Raka membiarkannya.

"Bunda,"

"Apa sayang?"

"Raka pengen cerita," Linara langsung mengalihkan fokusnya pada Raka. Menarik lengannya duduk di atas kasur untuk memulai cerita dengan nyaman.

"Apa?" tanya Linara.

"Raka baru tahu, kalau April itu Lia. Lia yang selalu aku tanyain ke bunda, yang aku bilang aku pengen ketemu Lia lagi,"

"Bunda awalnya mau bilang, cuma kata kakakmu gak usah suruh kamu tahu sendiri. Syukur kamu udah tahu." kata Linara dengan senyum.

"Raka kaget banget, bunda, speechless." Linara tertawa pelan.

"Terus gimana?"

"Rasanya balik lagi." dahi Linara berkerut mendengar penuturan itu, ia tidak mengerti.

Raka menatapnya, lalu menjawab, "Cinta."

Linara sedikit terkejut, tapi ini sudah ia tebak, melihat bagaimana perlakuan Raka kepada April, dan cara berbicaranya. Ia bisa merasakan.

"Dasar anak muda." keduanya tertawa geli.

"Tapi, bunda..." ia menggantung kalimatnya, menunduk sembari menghela napas.

"Kenapa?"

"Raka harus ke Malang nanti, kalau Raka lolos, Raka bakal pendidikan ke Magelang empat tahun,"

"Baru dua bulan bertemu, masa sudah harus LDR lagi, bunda?" sambungnya.

"LDR, LDR, memangnya kalian pacaran?"

"Nanti, bunda. Pacaran halal, mau jadi perwira dulu, biar nikahnya pakai pedang pora." lagi-lagi Linara tertawa pelan, dalam hatinya berharap apa yang putranya impikan terwujud segera.

"Kamu jangan lupa pamit sama April nanti." Raka mengangguk.

Malam itu, kali pertamanya Raka menceritakan seorang gadis pada bundanya, sekaligus memberitahu perasaannya kegelisahannya. Lalu harapan agar ia bisa bersama gadis yang ia cintai, selamanya.

[•••]

Tok! tok!

"Bunda, Raka izin pergi ya!" pamitnya.

"Mau ke mana?"

"Mau main sama temen, dahh bunda!" katanya dengan cepat, ia langsung pergi keluar rumah dengan motor kesayangannya.

Sudah lumayan lama ia tidak merasakan adem ayem perkotaan, selama ini ia terlalu sibuk mempersiapkan dan melatih dirinya tanpa tahu dunia luar.

"Bali, rasanya saya akan rindu tempat ini." katanya dalam hati.

Sudah hampir 20 menit ia melaju dengan motornya, kini ia sampai di sebuah rumah berwarna putih dan berpagar hitam menjulang lumayan tinggi. Ia turun, lalu menyalakan bell hingga seorang penjaga rumah datang padanya seraya membuka gerbang itu, mempersilahkan Raka masuk.

Promise (ON GOING)Where stories live. Discover now