Chapter 18 ; Disiplin

7 2 0
                                    

Assalamualaikum...

Tinggalkan jejak dengan vote dan coment, follow jika berkenan!

Happy reading!

Pagi ini, Raka sudah siap dengan baju olahraganya. Ia menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Menghampiri Linara yang masih bergelut dengan alat dapur.

Di lain sisi, Laras juga sama, hari ini ia sudah rapi dengan pakaian kantornya. Ia kembali bekerja setelah kejadian tidak mengenakan itu. Kini raut wajahnya lebih bahagia seolah tidak ada terjadi. Ia berjalan santai menghampiri Linara di dapur

"Raka pamit ya, bun. Udah hampir telat," katanya sembari menyambar, menyalami tangan kanan Linara.

"Sarapan dulu, Ka," titahnya, sembari menggenggam erat tangan yang masih tertaut dengannya.

"Gak akan sempat, bunda. Udah ditunggu teman," netranya menatap Linara yang sudah memberikan tatapan tajam dan mengancamnya. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju meja makan yang di sana sudah ada Laras. Ia menghela napas panjang, ya sudahlah dari pada dimarahi dan tidak boleh keluar.

Linara kembali dengan membawa nampan berisi susu coklat setengah gelas dan roti bakar. Raka menyantapnya dengan buru-buru, belum habis, ia langsung bangkit berpamitan dengan Linara dan Laras.

Drtt.. drtt.

Ia menghentikan langkahnya sekejap untuk melihat siapa yang menelfonnya.

Leo calling.

Bahunya merosot, ia yakini Leo akan memarahi dan menyuruhnya cepat-cepat karna terlambat. Ia menggeser icon hijau untuk menerima telfon itu lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Lama lu, cepetan!" kan? Leo langsung menyerangnya.

"Assalamualaikum," Raka membalas pertanyaan itu dengan salam yang tidak diucapkan Leo di awal pembicaraan.

"Waalaikumussalam pa ustadz, buruan ke sini."

"Iya, ini mau otw."

"Baru mau otw?!" tanya Leo pakai nada ngegas.

Tak ingin banyak bicara, Raka langsung memutus sambungan telfonnya dengan Leo. Ia memasukan ponsel itu ke saku jaket, menaiki dan menyalakan mesin motor lalu pergi menuju lapangan yang ia yakini teman-temannya sudah berkumpul.

[•••]

"Lama kau!"

"H-3 loh ini?!"

"Gak disiplin waktu kalau lo gini terus!"

"Militer keras bro, lu gak bisa kaya gini!"

Raka menunduk mendengar itu, karna memang benar. Ia menghela napas, baru datang ia sudah dihujani perkataan seperti ini dari teman-temannya. Memang benar, ia selalu terlambat untuk berbagai macam hal. Ia merasa selalu begitu.

"Gue minta maaf," hanya itu yang akhirnya bisa Raka ucapkan. Tak ada satupun yang menjawab, entah kecewa atau benar-benar marah.

"Kita maafin, asal hal ini gak terulang." pesan Leo. Raka mengangguk antusias, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi terlambat dalam hal apapun, hal besar maupun kecil.

"Siap, Bang Leo."

"Siap, siap! Sikap push up, 50 kali!" Arditto menyanggah, untungnya Raka tidak banyak protes, ia langsung melaksanakan apa yang Ditto suruh.

"Yang lain sudah pemanasan kan?" seluruhnya mengangguk.

"Kita lari dulu, biarin si tukang ngaret ini push up," katanya. Kemudian semuanya meninggalkan Raka di pinggir lapangan seraya meneruskan push upnya hingga 50 kali.

Promise (ON GOING)Where stories live. Discover now