Chapter 6 ; Ingat gue kak?

19 4 0
                                    

Assalamualaikum.

Tinggalkan jejakmu dengan vote dan coment!

Happy reading!

Malam indah penuh gemintang menjadi penghias langit malam ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam indah penuh gemintang menjadi penghias langit malam ini. Membuat banyak pasang mata terhenti sejenak untuk melihat keindahannya. Bintang kecil nan cantik membuat lengan terulur untuk menggapainya, walaupun tahu bahwa itu hanya ilusi semata.

Malam ini ramai, tak apa, tak menjadi sebuah masalah. Justru bagus, menjadi penghalang semu bagi pikiran buruk yang tak kunjung mereda. Dengan menatap langit semua tak jadi masalah.

Berpuluh-puluh kendaraan berlalu lalang di jalan raya. Para pejalan kaki yang sibuk menyitari bahu jalan, juga suara klakson yang tak ayal menjadi penganggu utama. Si pemilik motor ninja hitam kini sesekali mengerungkan mesin motornya. Seraya mencari jalan untuknya melaju.

Tetap stay kalem di tengah gempuran manusia-manusia mengganggu. Sambil ngeluh tapi.

"Kalo macet gini, kapan gue sampenya?" gumamnya.

Bunyi klakson terus menggempur sahut bersahutan diantara semuanya. Cukup lama berdiam, Raka mulai menderukan mesin motornya, sedikit demi sedikit ia melaju. menengok ke kini dan kanan untuk mencari jalan. Sekiranya ada jalan sedikit untuk menyalip, gas ajalah.

Tak terasa perjuangannya untuk bisa sampai ke tempat tujuannya berakhir sudah. Setelah ia turun dari motor, lengan kanannya naik melihat waktu yang tertera di jam tangannya. Angka di jam itu menunjukan pukul 19.51. Dengan cepat Raka berlari masuk ke dalam caffe, tanpa melepaskan helmnya terlebih dahulu.

Matanya mengedar kesana kemari mencari seseorang yang saat ini ia tuju.

Sampai akhirnya, Mata Raka menangkap seorang perempuan yang terlihat memasukan barangnya yang tersimpan di meja. Saat gadis itu berbalik...

Deg!

Gadis itu memicingkan matanya, "Saha eta?"

Sontak yang terpanggil melangkahkan kakinya mendekati perempuan yang berdiri terdiam di depannya.

Raka mendekat begitu intens, mengikis jarak diantara mereka. Hingga perempuan itu membungkukkan tubuhnya ke belakang, karena mundur pun percuma sudah mentok meja. "H-hai," sapanya kikuk. Sebelah tangannya sedikit melambai untuk mencairkan suasana.

"Helm lo mending buka dulu," celetuknya. Lantas sang empu langsung menegakkan tubuhnya, tak lupa membuka helm yang masih setia bertengger di kepalanya. Malu ia rasakan saat orang-orang sekitar melihatnya dengan tawa.

Promise (ON GOING)Where stories live. Discover now