Chapter 13 ; Kabar

11 3 0
                                    

Assalamualaikum...

Tinggalkan jejak dengan vote dan comment, follow jika berkenan!

Happy reading!

[...]

Malam hari ini, April masih saja uring-uringan sebab sudah lebih dari seminggu tidak mendapat kabar dari Raka. Ya walaupun bukan siapa-siapanya, ia juga butuh tau keadaannya, butuh tau apakah Raka masih bernapas atau tidak. 

Ia masih setia menatap ponselnya, menunggu notifikasi khusus yang ia ubah pada kontak Raka. "Gue bukan siapa-siapanya, kenapa juga gue nunggu kabar dia sampai kaya orang gila gini?"

"Ya setidaknya lo read chat terakhir gue kek! Biar kelihatan juga kalau nomor lo masih aktif atau ngga,"

Hampir setiap malam moodnya berantakan karna menunggu kabar dari seseorang yang sebetulnya tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Ia sudah menurunkan gengsinya untuk mengirimi pesan duluan walaupun sia-sia, sebab sampai sekarang chat-chat yang ia kirimi belum dibalas. Jangankan dibalas, dibaca juga tidak. 

"Diraksukan kabaya, nambihan cahayana..."

Note: Lagu sunda yang judulnya Mojang priyangan.

Suara telfon itu mengudara di antara keheningan. Suara yang ia tunggu beberapa hari ini akhirnya terdengar. Dengan antusias, ia mengambil ponselnya lalu menarik icon hijau di layar pipih itu.

"KAK!" teriaknya, otomatis yang di seberang sana menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Salam dulu, bukannya teriak-teriak," peringat Raka.

"Oke sorry, assalamualaikum kakak ganteng."

"Waalaikumussalam. Iya tau saya ganteng, gak usah kamu puji-puji seperti itu,"

"Lo kemana aja sih kak? Udah seminggu lebih lo gak ada kabar," kesalnya. Sementara yang di sana tertawa pelan, "Ohh maksudnya kamu nungguin kabar dari saya ya?"

"IYA!" tanpa sadar April menjawabnya dengan nada yang keras. Refleks tangan yang menganggur terangkat menutup mulutnya. Dahinya berkerut dan matanya memejam menahan malu.

"Kak, m-maksudnya..."

"Maksudnya iya?" Raka memotong ucapan April, ia terkekeh pelan. "Gak usah malu, besok saya ke rumah,"

"Serius kak? Ngapain?" 

"Mau ketemu orangtuamu," jawabnya, mimik wajah April terlihat terkejut sekaligus senang. 

"Kak, gue masih sekolah." Raka mengkerutkan keningnya, "Maksud kamu?"

"G-gue masih sekolah kak." Raka semakin berkerut heran, setelah dipikir-pikir, ia mengerti apa yang April maksud.

"Naon sih?" (Apa sih?)

"Lo mau ke rumah kan kak?" Raka membalasnya dengan dehaman. "Iya, terus?"

"Gue belum siap kak," tiba-tiba suartertawa yang cukup keras menyapa indra pendengarannya. April cukup dibuat terkejut oleh suara itu, seperti suara bapak-bapak.

"Yaallah, saya gak kuat," katanya seraya meneruskan tawanya. 

"Maksud saya gak ke konteks itu April. Saya mau ke rumah untuk ketemu orangtuamu, ada yang mau saya sampaikan. Bukan untuk melamar kamu," jelasnya masih diiringi dengan gelak tawa yang tak kunjung mereda lantas membuat sang empu di seberang sana malu. 

"O-ohh gitu, yasudah, see u kak, bye." tukasnya, saking sudah kesal dan malunya, ia memutus telfonnya tanpa persetujuan dari pihak sana yang masih terlebur dalam tawa. 

Promise (ON GOING)Where stories live. Discover now