Chapter 9 ; Belanja

8 3 0
                                    

Assalamualaikum...

Tinggalkan jejak dengan vote dan comment, follow jika berkenan!

Happy reading!

Pagi hari menjelang siang ini, dua atma sedang bergaduh lantaran perintah sang mama yang menitipkan sayur-sayuran. Awalnya Laras yang disuruh Linara untuk ke pasar membeli sayuran karna Linara ia sedang sibuk mengurus bisnisnya, namun adiknya itu tak mau kalah, ia menawarkan diri untuk membelinya. Seperti yang kita tahu, bahwa Laras itu memiliki tingkat kesabaran setipis tisu dibagi dua.

"Aku aja yang belanja kak," ujar Raka seraya berusaha mengambil alih kertas yang bertuliskan bahan-bahan yang akan dibeli. 

"Gue yang di suruh, lo istirahat aja, baru juga sembuh lo!" tegasnya. Raka masih enggan, tangannya masih berusaha melepaskan genggaman kertas yang sudah lecek itu dari Laras.

Drrtt, drrtt, drrtt!

Suara dering itu muncul diantara keributan yang sedang terjadi. Dengan gerak terpaksa Laras melepas genggamannya pada kertas. Senyuman mengembang dari bibir Raka, merasa puas atas pencapaiannya walaupun pelantara notif pengganggu.

"Assalamualaikum, halo sayang?" ohh, ternyata bukan pengganggu. Telfon itu dari Arlio, tunangan Laras.

"Hari ini jadwal fitting baju ay, udah siap? aku on the way ke rumah," ujar Lio. Laras melototkan matanya, rasanya agak terkejut pagi-pagi begini sudah ditelfon ayang untuk fitting baju. Selain itu juga karna faktor lupa.

"Yaallah ay, aku baru inget, aku belum siap siap." sahut Laras. Terdengar hembusan napas pelan dari ponsel sebelum menjawab lagi, "Jahat banget dilupain, gih siap-siap." Laras mengangguk sebagai jawaban, walaupun jawaban fisiknya tak akan terlihat oleh Lio. "Aku siap-siap dulu yaaa, see u, assalamualaikum calon suami."

"Waalaikumussalam calon istri." pungkas Lio sebelum sambungan telfonnya diputus oleh Laras.

"Bucin, Bucinn." cibir Raka. Seakan tak ada suara apa-apa, Laras beranjak untuk bersiap-siap, fitting baju gais, seminggu lagi nikah.

"Teu diwaro, teu ngeunah hate. komo deui, teu ditingali," gerutunya.

Asistensinya beralih ke tulisan yang ada di kertas tersebut. Ada banyak jenis sayuran, buah dan bumbu dapur di sana. Agak menyesal ia putuskan untuk membelinya. Tak apa, yang penting ada alasan ke luar rumah.

"Gak ngerti," lirihnya.

Ia mengambil ponselnya, jarinya sibuk mengotak-atik layar pipih itu. Kemudian, tangannya naik mendekatkan ponsel ke telinganya.

"Halo," suara itu mengudara dari ponsel.

"Sibuk gak, To?" tanya Raka pada Arditto

"Kaga, kenapa?" jujur agak malu Raka mengatakannya, belum lagi gengsi meminta tolong temannya. "Temani gue, ke toko swalayan," 

"Lah tumben biasanya kakak lo." 

"Udah, jangan banyak tanya kaya wartawan. Mau gak?" tanya itu tak langsung terjawab, hening sekejap sampai akhirnya Ditto menyetujui permintaannya. "Gue sherlock sekarang," tandasnya. 

Lantaran permintaannya disetujui, dengan cepat Raka bersiap-siap pergi ke toko, mereka langsung bertemu di salah satu toko swalayan. Tak lupa membawa daftar belanjaan, merela berjalan beriringan memasuki toko. Karna banyaknya bahan masakan yang harus dibeli, mereka memutuskan berpencar, kertas itu  masih Raka pegang, Arditto menulis sebagian di ponselnya.

Raka berjalan ke sana ke mari mencari biduan, hey, hey!

Maaf bercanda. Lanjut.

Raka berjalan menyusuri setiap sudut toko, tujuannya sekarang adalah mencari jahe, lengkuas, bawang merah dan bawang putih. Saat tiba dibagannya, ia sibuk memilih bahan yang bagus. Namun, saat ia ingin mencari lengkuas, kunyit dan jahe, ia bingung dengan bentuknya masing-masing karna saking miripnya. Jumlah yang dibeli pun berbeda, harus benar, kalau salah Raka akan diomeli habis habisan oleh Linara. 

Promise (ON GOING)Where stories live. Discover now