Chapter 40 - BBQ time!

Start from the beginning
                                    

Hati Matthew tertegun ketika mendengar itu. Belum lagi melihat kartunya yang sudah dilepaskan Ryan. Dengan amat perlahan dia menoleh menatap Ryan yang malah melihat ke luar jendela mobil dan berkendara sangat lambat. Apakah Ryan baru saja mengatakan secara tidak langsung bahwa dia setuju dengan hubungannya dan Helena?

Sir ....”

“Sarapan pukul 7 di rumahku, bukan jam 8 ke atas. Helena sangat sering terlambat ke sekolah, jadi usahakan untuk datang lebih awal dari biasanya. Kabari aku kondisi anakku jika kau mengajaknya keluar di malam hari. Aku tidak mengizinkanmu membawa anakku menginap jika besoknya masih hari sekolah.”

Sir ....” Matthew menjadi terenyuh.

“Kau bisa memanggilku Daddy juga. Setidaknya masih ada keluarga untukmu di sini.”

Matthew terkekeh. Karena masalah di keluarganya, Ryan menjadi kasihan padanya. “Jika aku tahu hasilnya akan begini, seharusnya aku mengatakan tentang masalah keluargaku padamu dari awal.”

Ryan mendengus. “Jangan membuat lelucon pada kesedihan. Juga, apa-apaan kau ini? Lihat ke depan dan percepat mobilnya!”

Alright, alright, Dad.” Matthew terkekeh lagi dan mengikuti perintah Ryan. “Mengenai perjanjian tadi, aku sangat setuju.”

Diam-diam Ryan tersenyum.

***

Melihat mobil yang baru saja datang, Hillary berkacak pinggang. Matthew dan Ryan keluar bersamaan.

“Bawa keluar semuanya,” Ryan berpesan seraya mendekati istrinya.

Yes, Sir.” Matthew yang tidak mengeluh bergerak ke belakang mobil.

“Kenapa lama sekali kalian?”

“Kami tidak terlalu lama.”

Mom, kita bisa memanggang sekarang," seru Matthew membuat Hillary tersenyum lebar.

“Ada apa dengan kakimu?” tanya Helena yang mendekat karena cara jalan Matthew yang agak aneh.

Dengan diawasi Ryan dari jauh seolah sedang memberinya peringatan untuk tidak mengatakan hal yang menyebalkan, Matthew berujar ringan, “Daddy menendang kakiku.”

Well, tentu saja Helena segera menatap ayahnya. “Dad!”

Ryan berdecak. Tatapannya semakin tajam ia layangkan pada Matthew, namun pria itu hanya terkekeh.

Sore itu, mereka memanggang bersama. Yah, lebih pada Ryan dan Matthew. Hillary akan memberi aba-aba kapan diangkat atau dibalik. Dia juga yang membumbuinya.

Sedangkan Helena mendapat tugas mengatur minuman dan makanan di meja kayu di halaman rumput tersebut dengan cantik dan rapi.

Cheers!” Ryan mengangkat gelasnya disusul yang lain hingga menimbulkan bunyi dentingan kaca setelah semua makanan sudah disajikan.

Sambil makan, mereka akan mengobrol santai dan tertawa bersama. Matthew menatap Ryan, Hillary, lalu kekasihnya yang cantik. Mereka mengelilingi meja dan makan dengan lahap.

Matthew menyukai ini. Kesederhanaan namun sangat membahagiakan. Memeluk Helena dengan satu tangan, Matthew merasa angin sejuk yang sesekali datang terasa hangat.

Selesai dengan sesi makan, Ryan memeluk Hillary dari belakang dan bergoyang pelan dengan tangan mereka memegang segelas wine. Di sisi lain, Matthew duduk di kursi piknik dengan Helena di pangkuannya. Tangan mereka memegang jus jeruk.  Mereka berdua menatap orang tua Helena.

Matthew tiba-tiba bersiul dan berseru, “Perlu aku putarkan musik erotis untuk kalian?”

Ryan menunjuk Matthew. “Shut up.

Alhasil Matthew dan Hillary terkekeh.

Helena mengangkat alisnya ketika baru menyadari sesuatu, “Kenapa Daddy tidak marah aku berada di dekatmu sedari tadi?”

“Ingin menebaknya?” Matthew mengusap punggung Helena sebelum mendekat ke bibir Helena. Dia hanya memberi sapuan lembut tapi tetap saja membuat Helena kaget.

Wanita itu dengan cepat menatap ayahnya namun Ryan hanya melirik mereka dengan tenang tanpa ada jejak kesal. Dan dia kembali menatap Matthew. “Babe, apa yang terjadi di antara kalian saat belanja?”

Matthew membelai lembut lengan Helena lalu berbisik, “Banyak hal. Omong-omong apa kalian sering melakukan ini?”

Helena mengangguk. “Sebulan sekali. Biasanya kami piknik bersama di akhir pekan selain barbekyu. Atau biasanya berlibur ke luar negeri sekeluarga. Yah, tergantung kapan Daddy akan menyempatkan waktu untuk keluarga.”

“Walaupun jika kamu dihukum?”

Helena mengangguk lagi. “Ya. Bicara tentang hukuman, Daddy tidak pernah serius tentang menghukum anaknya.”

Matthew terdiam. Kenapa keluarga lain bisa begitu, tapi tidak dengan keluarganya?

“Apa kamu tidak pernah berakhir pekan dengan keluargamu?”

Tersenyum, Matthew menggeleng. “Mereka sangat sibuk.”

“Sungguh? Saat kecil pun?”

Melihat wajah Helena yang cemberut membuatnya mencubit pipi kekasihnya gemas.  Dan mengecup bibirnya cepat tanpa menjawab.

Karena Helena kembali menonton orang tuanya, dia pun ikut menonton. Melihat kasih sayang Ryan dan Hillary membuat dia iri. Pasti senang rasanya berada di keluarga hangat seperti ini.

~Slipping through my fingers all the time
I try to capture every minute
The feeling in it~

Ryan mulai menyanyikan lagu cinta lawas dengan suara baritonnya ketika Hillary berputar. Lalu Hillary ikut bernyanyi tetap mempertahankan dansa lambat mereka.

Helena menyandarkan tubuhnya pada Matthew dengan santai sambil ikut bernyanyi dan bertepuk tangan. Terakhir Matthew bersorak untuk menyemangati orang tua tersebut.

Matthew bertanya-tanya, kapan terakhir kali dia bisa tersenyum, tertawa lepas, dan merasa bahagia seperti ini?

VENUS [#5 Venus Series]Where stories live. Discover now