Chapter 39 - Shopping with his future father-in-law

Start from the beginning
                                    

“Kamu masih marah?”

Matthew menggeleng.

“Sungguh?”

Membuang wajahnya, dia menjawab, “Hmm.”

Dan Helena mendesah tanpa ditutupi. “Kamu masih marah ternyata. Maaf jika orang tuaku juga ikut.”

Matthew melirik sedikit dari ekor matanya. Raut wajah kekasihnya mendadak murung membuat dia berdecak. Dia membalas pelukan Helena di pinggang kemudian dengan cepat membawanya ke pangkuannya.  Helena tersentak kaget dengan hal tiba-tiba tersebut.

Matthew menyandarkan pipinya di dada Helena ketika bergumam, “Aku tidak marah karena keberadaan mereka. Aku hanya merasa Ryan pasti akan mengganggu kita. Hillary tidak pernah melarangku memelukmu. Tapi dia pasti melakukannya.”

Tersenyum lembut, Helena mengusap rambut Matthew. Tangan pria itu masuk ke dalam atasan Helena dan membelai sepanjang punggung belakangnya. “Beri dia waktu. Daddy orang yang selektif. Jika kamu berteman dengannya, dia pasti menyukaimu.”

“Aku sudah mengajaknya berteman, tapi dia tidak mau. Dia bahkan masih memegang kartu identitasku, bukti dia masih tidak percaya padaku,” gerutu Matthew menyebabkan Helena tertawa kecil.

Matthew menenggelamkan wajahnya di antara payudara Helena yang mengagumkan lalu membuang napas hangatnya di sana.

“Masih lesu? Ayolah, kita harus membantu Dad dan Mom.”

Mendongak, Matthew berkata dengan wajah sedihnya, “Cium aku.”

“... Tapi, Daddy—”

“Mereka tidak melihat kita.” Matthew mendorong tengkuk Helena dan memejamkan matanya.

Di luar, Ryan mengibas kedua tangannya yang kotor lalu menyeka keringat di dahinya. Dia memperhatikan halaman depan yang kosong lalu bertanya pada istrinya, “Di mana mereka berdua?”

“Masih di dalam mungkin.”

Menatap rumah yang sunyi, Ryan berubah kesal. “Astaga, kenapa kamu tidak menyuruh mereka keluar?”

Ryan dengan langkah lebar berjalan menuju rumah

“Biarkan saja dulu. Oh iya, kita kekurangan arang dan saos tomat, Sayang!”

“Aku akan membelinya,” Ryan menjawab sehingga Hillary tidak berbicara lagi.

Di saat dia masuk, hal pertama yang dia lihat di ruang tamu adalah anak perempuannya duduk di pangkuan bocah liar itu. Dan tangannya masuk ke dalam pakaian anaknya. Mereka berdua sedang berciuman.

Adegan ini membuat wajahnya menggelap seketika. “Dalam hitungan ketiga, aku ingin kalian berhenti.”

Suara dingin ayahnya menyebabkan Helena membuka matanya cepat dan turun dari pangkuan Matthew. Tentu saja Matthew berdecih pelan.
Dad.”

Dad,” Ryan membeo panggilan kaget anaknya. “Bantu Mommy di luar sana.”

“Oke.” Helena berdiri seraya merapikan pakaiannya. Sebelum melewati Ryan, dia tersenyum manis yang mana tidak bisa membuat Ryan marah.

Setelah kepergian Helena, dia kemudian menatap bocah liar yang juga sudah berdiri. “Kau, ikut aku.”

***

Dalam minimarket, Ryan memilih wine sedangkan Matthew berdiri di belakangnya dengan keranjang yang sudah terisi banyak arang.

Mendongak ke atas, Matthew tidak tahu apakah dia harus menangis atau tertawa miris. Padahal tadi dia ingin membawa Helena ke kamar. Tapi seperti yang ia pikirkan, Ryan masuk di saat yang tidak tepat.

VENUS [#5 Venus Series]Where stories live. Discover now