30. I SCREAM

28 26 0
                                    

I SCREAM


"Nyett, sorry banget ya gue enggak bisa masangin bajunya langsung, padahal gue juga mau nonton lo nyanyi, lumayan kan tiket gratis hehe."

"Hmm its oke babe, bajunya aman si udah gue pake juga dibantuin tim, tapi gue kecewa banget sama lo. Kenapa si enggak bisa nonton gue manggung, padahal gue udah nyiapin rundown kita girls time dua hari di Bali."

"Iya ih padahal gue belum pernah ke Bali."

"Makanya, padahal kita udah janji mau cari cowo bule di beach club sini."

Zara memonyongkan bibirnya dan semakin menyesal mengingat berbagai rencana seru yang telah mereka susun seketika hancur berantakan karena keluarga Matthew tiba-tiba memaksa untuk mengadakan pertemuan malam ini juga.
"Yaa sorry deh Lin, abisnya lo tahu sendiri kan gimana kalau Papa udah bersabda."

"Pak Muh tu emang sekeras itu ya Zar, emang dia yakin apa lo bakal bahagia setelah menikah?"

"Tapi lo beneran enggak suka sama Matthew kan? Apa udah timbul benih-benih cinta? Secara kan gue belum ketemu langsung, cuma lihat dari foto kabur yang lo kirim. Kalau dari foto si kayaknya enggak jelek-jelek amat si ya. Cenderung cakep malah."

"Enggak Nyet emang dia enggak jelek si. Cuma ya mana mungkin lah gue bisa jatuh cinta secepat itu sama orang asing."

"Oh kalau itu si cuma soal waktu Zar, kayaknya lo juga enggak sepenuhnya nutup diri dan cenderung penasaran buat ngenal dia lebih jauh."

"Iya sampulnya si oke, tapi kan kita enggak tahu sifat aslinya, Lin. Gimana kalau dia ternyata brengsek?"

Terdengar suara hiruk pikuk di ruang makeup artis dan alat musik di atas panggung yang mulai dipersiapkan, serta keriuhan suara para penonton yang mulai berdatangan untuk menyaksikan sang penyanyi cantik yang beberapa kali mendapat penghargaan sebagai penyanyi pendatang baru terbaik.

Terdengar suara setengah tegas setengah manja sang manajer yang menghampirinya.
"Cintaku ini burger fish fillet tanpa tomat double seladanya, kamu makan dulu jangan sampe pingsan di panggung ya Neng."

"Eh iya Mas nanti aku makan."

"Lo udah sibuk ya?"

"Iya si, enggak apa-apa lima menit lagi. Balik lagi ke topik, cuma yang gue sayangkan si lo sampai ngorbanin beasiswa lo ke Belanda loh Zar."

Zara mengurut alisnya yang bertaut.
"Udah lewat Nyet, kemarin gue dapat email kalau cadangan gue yang lanjut."

"I really mourn the death of the dream that you have worked so hard to build, may your sacrifices not be in vain, ya Zar."

Zara menarik tisu dan menyeka ujung matanya dan menyisihkan ingus.
"Jangan bikin gue tambah nangis kejer ya Lin."

"Biasanya lo bisa berontak Zar, kok kali ini lo ngalah?"

"Gue enggak ngalah semudah itu Lin, cuma gue udah enggak bisa lagi ngelawan Papa."

"Ya si Pak Muh keras banget orangnya."

"Lo tahu sendiri kan Lin gue orangnya udah sekeras apa, ya tapi mana mungkin lah produk bisa ngalahin pabriknya."

"Lin lima menit lagi ya."

"Oh iya Mas. Zar udah ya, ini gue siap-siap dulu mau briefing."

"Oh gitu ya oke deh Lin, sukses ya love you."

"Love you babe."

Zara melempar ponselnya ke ranjang lalu menjambak kepalanya, Zara menyalakan laptopnya dan termenung di depan layar yang cahayanya begitu terang menusuk mata. Zara membuka kaca mata anti radiasinya lalu memijat kelopak matanya dan merenggangkan otot-ototnya hingga terdengar bunyi keretek dan Zara tersenyum lega. Tiba-tiba dua tangan hangat memijat bahunya dengan lembut, Zara merasa relaks hingga matanya terpejam.

PETERCANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang