6. KRYSTAL BALL

21 17 3
                                    

Yigit menarik ujung rambut Cit sambil mengusap-usap ujung sepatunya.
"Eh satu lagi percaya kepada?"

Cit pun meminta bantuan uncle Google karena pikirannya benar-benar sudah menyerah.
"Percaya kepada qadha dan qadar."
"Apa itu qadha dan qadar?"

"Astaghfirullah kenapa si nanya-nanya mulu, mau login?"

"Eh Allah Bapa!"

"Yok bisa yok Yigit Ashadu..."

"Cittt!"

"Ashaduu?"

"Ikutin Git."

"Cit udah maksudku, kalau di Islam enggak boleh main tarot, Khatolik juga enggak ada Cit."

Cit mengangkat kedua tangannya.
"Ya iya si, tapi kan kita enggak harus percaya."

"Enggak percaya gimana, kalo udah masuk, duduk, terus milih-milih kartu."

"Ih Yigit buat seru-seruan ajalah."


"Enggak mau!"

"Yigit Arash ganteng," Cit menarik-narik ujung lengan baju Yigit.

"Kamu mau beli makanan apa lagi, ayo aku temenin?"

"Enggak, aku udah kenyang," Cit mengusap perutnya.

Yigit menarik tangan Cit.
"Ya kalau udah kenyang, kita pulang."

Cit menghentakkan kakinya sambil mengeraskan tubuh.
"Aaa enggak mau Git!"

Yigit mengusap wajahnya, tapi Cit mulai bertingkah seperti anak kecil.
"Git," Cit menangkupkan kedua tangannya di depan wajah sambil memelas.

"Hufff Citra Aurora Laksita, Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk tidak khawatir akan masa depan dan percaya kepada Allah."

"Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?"

Yigit merangkul Cit menunjuk langit.
"Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga."

"Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? ... Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari Matius 6:25-26, 34."

Cit menutup kedua telinganya.
"Astaghfirullahaladzim ashadualla ilahaillah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah."

"Emangnya kamu mau nanya apa si ke dalam? Jodoh?"

"Ih mulutnya."

"Ya terus?"

"Aku mau nanya sebenarnya aku punya bakat enggak si. Kan kamu yang bilang aku pasti punya bakat terpendam dan sampai saat ini aku enggak tahu bakatku apa."

"Astaghfirullah," ucap Yigit sambil mengusap wajahnya.

"Ehh kok kamu istighfar!"

"Enggak masalah kata pasturku, selagi mengucap kalimat-kalimat baik."

Yigit memegang kedua pipi Cit dengan geram.
"Citra Aurora Laksita, sadar! Kamu pasti tahu kan maksudku, jangan pura-pura bodoh. Aku suruh kamu cari bakatmu itu ya dengan cara eksplorasi diri kamu, coba berbagai hal baru. Bukannya masuk ke tenda ungu terong kelap-kelip begini," Yigit menjewer pelan telinga Cit saking geramnya.

PETERCANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang