3.LIKE A SUN

97 67 29
                                    


Brakkk!

Zara mendobrak pintu kamar Cit, sampai Cit terlonjak dari cermin oval besar setinggi badan di hadapannya. Ia membenahi handuk yang melilit tubuhnya yang masih basah sehabis mandi. Dada Cit berdetak kencang ketika Zara melirik ransel motif bunga ala Korea miliknya yang diberikan Mama, ketika Cit mengeluhkan resleting tasnya rusak dan minta dibelikan tas baru.

Cit menghentakkan kakinya kesal sambil mengusap dadanya.
"Kesambet apa si Ka?!"

Zara meraih ransel yang tergeletak di atas ranjang berseprai Bikini Bottom itu lalu mengeluarkan semua isi di dalamnya hingga berhamburan di lantai. Cit merebut tas itu lalu mendorong Zara ke ranjang.
"Eh eh eh apa-apaan ni, mamaaaaaaa Papaaaaaa, Kaka kumat!" Cit menjerit sampai burung-burung di atas jendela kamarnya tersentak dan terbang ketakutan, beberapa lampu tetangga yang semula masih padam pun mulai menyala satu persatu.

Jika tas itu bernyawa ia pasti sudah berteriak kesakitan di tangan Zara dan Citra yang terlibat adu kekuatan seperti tarik tambang tujuh belasan.
"Lepasin!" Zara mendorong kepala Citra.

"Enggak! Ini udah dikasih Mama kok!"

"Tapi ini tas kesayanganku!"

Cit melepas tas itu hingga Zara jatuh terhempas ke lantai.
"Ya udah ambil sana!"

Zara bangkit mengusap bokongnya yang sakit lalu membanting tas itu dengan kesal lalu menjambak kepala Citra.
"Dasar maling!"

Citra berusaha melepaskan cengkraman tangan Zara.
"Aku bukan maling!"

"Terus ini apa ha!"

Cit menggigit lengan Zara sampai Zara menjerit dan melepaskan jambakannya.
"Udah berapa tahun sejak lulus SMA tas itu kamu biarin gitu aja di atas lemari, kenapa baru sekarang kamu cari?!"

"Meskipun enggak aku pakai lagi, bukan berarti bisa kamu curi!"

Papa tiba di depan pintu kamar dengan wajah yang masih menahan kantuk luar biasa, akibat semalaman tak tidur memikirkan Zara dan beasiswa ke Belandanya.

"Citra, Zara kenapa si pagi-pagi udah bikin rusuh?!"

Cit mendengus sambil melipat kedua tangan di dada.
"Masa Kaka tuduh aku nyuri tasnya Pa?"

Zara mengamit tas yang sebenarnya sudah tidak berharga itu. Hanya saja ia sedang begitu kesal dan ingin marah-marah, ketika ia melihat barang-barangnya, ia pun menemukan alasan untuk meluapkan emosinya. Siapa lagi targetnya kalau bukan adiknya.

Zara mendorong kepala Citra hingga Citra terhuyung pasrah dan lemah.
"Ya emang kamu ambil barangku tanpa izin, apa dong namanya, kalau bukan maling?!"

"Bukan aku yang ambil ya!"

Mama menutup telinga sambil menghentakkan kaki.
"Cukupp! Cukup iya memang Mama yang ambil Ka!"

Citra menatap Mama dengan kesal yang tertahan.
"Aku kan minta dibeliin tas baru Ma, bukan tas bekas dia," Citra berkata lirih sambil menahan air mata yang terasa mendidih di pelupuk matanya. "Apa enggak bisa aku punya barang baru?"

Mama melirik takut pada Papa yang seolah kecewa pada Mama.
"Bukannya Papa udah kasih uang buat beliin Citra tas baru, Ma?"

Citra menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan.
"Mama kok bilangnya enggak punya uang, Ma? Padahal Citra minta beli tas baru karna tas Citra rusak," Citra melirik Zara dengan tajam. "Bukan buat koleksi, kayak anak orang kaya."

PETERCANWhere stories live. Discover now