25.TEMAN KECIL

14 14 0
                                    

Can menghampiri kelas Citra, sudah dua hari gadis itu tak terlihat di sekolah. Ia pun telah mengirim pesan beberapa kali, namun tak sekalipun pesan itu terbalas. Setelah merasa bersalah atas sikap kasarnya, Can pun mengurangi jadwal aktivitasnya demi bisa memberikan tutor belajar bagi Citra.

Celine si centil memberanikan diri menghampiri Can yang beberapa kali melirik ke bangku Citra.
"Cari siapa Ka?"

Can tersenyum membuat beberapa anak perempuan yang semula riuh bergosip di dalam kelas menatap iri pada Celine, dan memang itulah yang Celine inginkan.
"Auwa enggak masuk ya?"

"Auwa siapa Ka?"

Can mengusap wajahnya.
"Eh Citra maksudnya."

Celine masih bergumam sendiri, apa Auwa panggilan sayangnya Can pada gadis pelor alias nempel meja langsung molor itu ya. Can melambaikan tangannya di depan wajah Celine.
"Haloo."

Seketika Celine tersadar dan berusaha memamerkan senyuman tercantiknya.
"Eh Citra izin sakit Ka."

"Hah, sakit apa?"

"Katanya si gerd Ka, surat sakitnya dianterin sama Yigit."

Can mengangguk dan terlihat jelas air mukanya yang begitu khawatir.
"Dia dirawat di mana ya?"

Betapa menyebalkannya si pelor itu, sudah bersahabat dengan cowo terpintar dan tertampan di angkatan mereka, sekarang malah dicariin sama kaka kelas tercakep dan tertenar di sekolah. Bola mata Celine yang berputar telah mewakili hati para gadis SMA GARUDA yang begitlu malas mendengar nama Citra.

"Itu aku kurang tahu si Ka. Soalnya surat izinnya langsung diambil sama Pak Gandhi, mending Kaka tanya langsung deh sama Yigit, kan kayaknya mereka dekat banget kan ya."

Mendengar nama lelaki posesif itu disebut Can pun tersenyum lalu segera berlalu kembali ke kelasnya.
"Oke makasih ya. Cepetan masuk gih, bentar lagi jam istirahatnya selesai."

Celine mengangguk sambil tersenyum puas setelah membuat teman sekelasnya menatap iri hati padanya. Celine melambaikan tangannya pada punggung Can yang segera menghilang ditelan keramaian siswa, lalu berbelok menaiki tangga.

                                🖤

Cantik, aku tunggu di perpustakaan balik sekolah...

Kamu dimana?

Citra? Kamu udah pulang?

Malam setelah tiba di rumah, Yigit membawa ponsel Citra yang tertinggal di mobilnya ke dalam rumah, Yigit hampir menghempaskan ponsel Citra ke luar jendela kamarnya ketika ia membaca pesan yang dikirim Can. Ia memegangi kepalanya yang berdenyut, lalu ia pun menghempaskan tubuhnya tertelungkup ke atas ranjang karena rasa kantuk luar biasa yang menyerang.

                               🖤

Yigit terburu-buru keluar kelas, seharian ia tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran. Hanya wajah pucat dan rintihan Citra yang berputar-putar di kepalanya. Ia sampai ditegur beberapa kali karena tertangkap tengah melamun dan tak memperhatikan pelajaran dengan baik. Tapi Yigit tak peduli, begitu bel pulang nyaring terdengar, ia pun segera meninggalkan kelas dan berpamitan lebih dulu daripada guru sejarah yang tengah membereskan perlengkapannya.

Yigit kembali menyalakan ponsel Citra lalu menghapus semua pesan Can dan membiarkan layarnya terbuka hingga baterai yang tinggal tiga persen itu mati dengan sendirinya.

Yigit terhenti di balik kemudi ketika melihat toko bercat merah muda yang di dalamnya ada begitu banyak pernak-pernik dan bunga. Sejenak ia tampak berpikir, apakah sebaiknya ia bergerak cepat sebelum Can mendekati Citra lebih jauh. Sepertinya ia tak bisa bertindak lebih lambat lagi karena saingan yang cukup berbahaya telah di depan mata. Apa itu mencintai dalam diam, ia tidak akan mengikuti saran Amora lagi untuk bersikap jual mahal. Jika tidak ingin menyesal, Yigit harus segera menunjukkan perasaannya sedikit lebih jelas secara perlahan.

PETERCANWhere stories live. Discover now