35. HE SAVE ME

16 15 0
                                    

"Hei pingsan, dia pingsan. Duh gimana ni?!"

Celine menepuk bahu Shanon.
"Udah tinggalin aja."

"Tapi kalau dia sampai ngadu gimana?"

Celine mengernyit lalu menjambak kepala Cit yang tertunduk lemas.
"Eh dengar ya, kalo sampe ada yang tahu kejadian hari ini, lo bakal dapat pelajaran yang lebih parah dari ini!"

"Duh Celine percuma kan dia enggak sadar, entar kalau sadar terus dia langsung teriak gimana?"

Celine menatap ke sekitarnya dan menemukan pintu toilet labor.
"Udah cepet kunci dia di sana!"

Meski sedikit ragu teman-teman Celine segera menurut. Menyeret bangku Cit hingga ke dalam toilet rusak yang telah lama tak terpakai itu. Mereka pun setengah berlari segera kembali ke dalam kelas. Meninggalkan Cit yang segera mengangkat kepala dan memuntahkan cairan dan gumpalan sapu tangan yang menyumpal mulutnya.

Matanya memerah, Citra meneteskan air mata tanpa suara. Rasa nyeri di sekujur tubuh terutama di bagian wajahnya yang terasa sampir remuk, perih bibirnya yang pecah dan berdarah membuat tubuhnya gemetar menahan sakit yang mendera.

Cit berusaha melepaskan ikatan kedua tangannya di belakang punggung namun pergelangan tangannya semakin perih karena tergesek ikatan yang teramat kencang.

Cit meringis, ia tengadah menatap cahaya dari ventilasi. Perlahan ia berusaha bergeser sampai tiba di depan pintu.
"Tolong."

Cit menggigit bibirnya, ia takut jika Celine masih berada di luar. Entah apalagi yang akan mereka lakukan jika tahu Cit hanya berpura-pura pingsan. Cit menunduk putus asa, rasa cemas yang menggelegak di dadanya membuat ia terbungkam dan diam.

Ia melirik air berlumut di dalam bak dan hidungnya mengendus aroma pesing yang membuat perutnya semakin meronta ingin kembali memuntahkan segalanya.

Glekkk!

Terdengar pintu labor terbuka, Cit memelototkan matanya. Apakah itu antek-antek Celine yang hendak mengecek keadaannya. Atau kah siswa lain yang hendak melaksanakan praktik. Dada Cit berdebar menanti setiap langkah kaki yang terasa semakin mendekat. Cit menahan nafas tak berani bersuara.

Brugg!

Terdengar suara kardus yang ditendang iseng dan suara pemantik korek api. Cit menahan nafas dengan tubuh yang gemetar. Cit menggigit bibirnya agar tak mengeluarkan suara sedikit pun.

Tiba-tiba dari dalam kloset muncul seekor kecoa gendut yang segera terbang ke dinding di sebelah Cit. Membuat Cit spontan menjerit.
"Tolong!"

"Aaaaaaa!"

Can spontan melempar sebatang rokok yang dikepitnya di kedua jari  lalu menginjaknya hingga padam. Can mengibas asap hasil karyanya lalu mencari sumber suara. Laboratorium ini memang labor tua yang sudah jarang dipakai, sejak adanya pembangunan gedung baru dimana fasilitas belajar seperti ruang bahasa asing dan laboratorium dilengkapi dengan peralatan yang lebih modern, labor ini pun kian tak terurus dan nyaris menjadi gudang. Hanya bila dalam satu hari ada beberapa kegiatan yang membutuhkan laboratorium, petugas kebersihan akan mempersiapkan laboratorium tua ini untuk belajar.

"Siapa itu?"

Cit membeku sedetik kemudian ia menyadari.
"Ka Can?"

Can segera membuka pintu yang terganjal batang pel dan tersentak kaget melihat keadaan Citra yang berantakan dan penuh memar. Cit menatap Can sambil meneteskan air mata. Can langsung berlutut dan merengkuh tubuh Citra yang lemah ke dalam pelukannya. Darahnya berdesir oleh amarah dan rasa sakit luar biasa ketika menyentuh memar di bawah mata gadis itu.

PETERCANWhere stories live. Discover now