23.BESIDE YOU

16 13 0
                                    

Flashback...

Amora menyodorkan sekaleng minuman dingin pada Yigit yang tengah menonton pertandingan basket antar sekolah, tapi hanya diam membisu tak seriuh teriakan, tepuk tangan dan ikut menyanyikan yel-yel sekolah mereka di tribun seperti anak-anak lainnya yang menunjukkan beragam ekspresi gemas dan penuh semangat.
"Pasti kamu capek kan cuma berada di jalur friendzone? Makanya kamu jangan terus-terusan kasih dia perhatian, akhirnya dia jadi terbiasa dan menyepelekan kehadiran kamu."

Yigit mengernyit dahi dan menoleh. Sejak Kapan Amora duduk di sebelahnya, perasaan tadi ada Jayden dan Eko yang mengajaknya menonton.
"Maksudnya Ka?"

Amora ikut bertepuk riuh bersama para penonton ketika sekolah mereka berhasil mencetak skor.
"Wuhhh semangat! Gitu dong gesit jangan cuma nunggu keajaiban doang!" Ia berteriak pada para pemain sekolahnya yang merupakan adik kelas. Meskipun dimaki begitu, para pemain basket itu justru melambaikan tangan pada Amora dan semakin bersemangat.

"Love you brondong!" Amora meniupkan love yang seketika membuat semua penonton tergelak dan berteriak-teriak seru melihat para pemain basket sekolah mereka yang kian ganas melawan SMA Utama Bakti yang selalu unggul di olahraga ini.

"Ka?"

"Iya Yigit Arash Partohap."

"Darimana Kaka tahu namaku?"

"Apa si yang Amora Jenita enggak tahu? Bahkan rahasia terbesar dalam hati kamu juga aku tahu."

"Rahasia?"

"Kamu suka kan sama sahabat kamu sendiri? Siapa tu namanya, hmm," Amora pura-pura berpikir sejenak meskipun ia sudah ingat namanya lahir batin. "Ah Cicit cuwit."

"Straight to the point aja Ka?" Yigit mulai merasa malas.

"I just wanted to apologize earlier, waktu kamu dan Can di kelas, aku enggak sengaja lewat. So i thought you were hiding something to your friend and you were in love with Citra. Am i right?

Yigit hanya diam dan menunduk, antara lega dan bingung. Berarti Amora yang menabrak tempat sampah waktu itu, ia kira Cit. Tapi apa Amora bisa menjaga rahasia. Lagi pula ada urusan apa ia ikut campur soal perasaannya.
"Dengar ya, kalau kamu mau keluar dari friendzone, kamu harus buat dia sadar dengan keberadaan kamu."

"Caranya?"

Amora tertawa.
"Kamu harus buat dia merasa kehilangan kamu, kamu harus pergi sejenak, kalau pun kamu tak punya alasan, its okey tetap pergi saja sampai ia mulai merasa kesepian dan mencari sesuatu yang kosong di dalam hatinya."

"Baru nanti dia sadar, how much you mean to her. And boom boom boom, dia yang akan mulai gantian penasaran dan mencari kamu. Begitu Yigit Arash Partohap."

Yigit ragu-ragu menatap Amora yang mengerlingkan matanya.

🖤

"Jadi kamu masih mau tetep bimbingan sama dia?"

Tokk.. tokk!

Cit dan Yigit terhenti, kedua bola mata mereka kompak menoleh pada pintu.
"Permisi katanya ada gelas pecah?"

"Iya masuk Mas."

Seorang office boy berkantung mata hitam yang terpaksa terbangun karena kecerobohan yang dibuat Citra, masuk dengan peralatan kebersihan.
"Permisi mbak."

"Eh jawab dulu, masih mau tutor sama dia emang?"

"Emang kenapa?" ujar Cit.

Yigit menggaruk kepalanya.
"Ya, ya kan kita udah enggak berantem lagi."

"Awas Mas ada kaca," ujar petugas kebersihan rumah sakit berseragam biru gelap itu, membuat jeda di antara Cit dan Yigit, memberikan kesempatan kepada Cit untuk menjawab.

"Oh iya makasih Mas," Yigit menggeser bangkunya.

"Pilihanku sekarang bukan bimbingan sama siapa lagi Git."

"Kenapa?"

Citra memonyongkan bibirnya.
"Kan aku mau pindah sekolah."

"Citraaaa?"

"Ya percuma aku berjuang mati-matian untuk tetap di sekolah itu kalo memang aku enggak sanggup," Cit berusaha menarik bantal yang mengganjal di balik punggungnya. Yigit sigap membantunya kembali merebahkan diri."Mama Papa juga udah terlanjur kecewa. Aku juga udah kalah telak dari Zara."

Yigit mengernyitkan dahinya, sorot matanya perlahan meredup usai menatap mata Citra yang sendu seperti dipenuhi rintik hujan.
"Aku mau pasrah ajalah Git, kalau Mama masih sayang aku. Beliau pasti cari sekolah baru, kalau enggak. Ya udah aku berhenti aja sekolah."

"Citra?" Yigit mengernyitkan dahi.

Ponselnya pun berdering, ternyata dari Zara. Yigit menunjuk layar ponselnya.
"Kakamu?"

Petugas kebersihan itu pun menenteng alat kebersihannya.
"Saya sudah selesai. Permisi Mas, Mbak."

"Makasih ya Mas," ujar Cit sambil tersenyum manis meskipun menahan sakit, petugas kebersihan mengangguk tersenyum lalu keluar dan menutup pintu.

"Cepat sembuh Mbak."

"Makasih Mas," ujar Yigit lalu melirik ponselnya yang kembali berdering.
Cit menghela nafas lalu membuang muka.

"Angkat aja."

"Hallo iya Ka?"

"Kamu lagi sama Citra enggak?"

Yigit menggaruk kepalanya, lalu mengkode pada Citra yang menggeleng.
"Kenapa ya Ka?"

"Citra belum pulang ke rumah, tadi dia masuk sekolah enggak?"

"Eng-enggak tahu Ka, kan kita beda kelas."

"Duh Citra, kayaknya dia minggat deh."

"Minggat?"

"Iya kamu pasti sudah tahu kan kalau dia mau dikeluarkan dari sekolah?"

"Hmm?"

"Duh kemana si anak itu, pasti ngambek gara-gara dimarahin Mama."

"Dimarahin Ka?"

"Iya De, sekarang dia pasti lagi cari perhatian, pura-pura kabur dari rumah biar dicariin."

Yigit dan Cit kompak bertatapan dan geram dengan tuduhan Zara.
"Hallo Git?"

"Eh iya Ka."

"Citra pernah bilang enggak dia mau kemana gitu?"

"Enggak ada Ka."

"Duh apa dia kabur sama pacarnya ya, dia punya pacar enggak si Git?"

Yigit menelan ludahnya.
"Enggak tahu Ka."

"Feeling aku si dia tuh pacaran sama cowo enggak bener, makanya sekolahnya berantakan."

"Astaga Ka."

"Jangan sampe dia kabur terus balik-balik hamil."

Citra tersentak kaget dan mulai menitihkan air mata.
"Astaghfirullah Ka!" Yigit spontan menjadi gusar.

"Ka maaf kalo ini terdengar kasar, tapi apa pantas seorang Kaka serahim seperti Kaka menuduh adik sendiri segila itu?!"

"Eh kok kamu mulai kurang ajar kayak Citra!"

"Maaf Ka, tapi Kaka juga udah nuduh kelewat jauh. Gimana kalau seandainya sekarang Citra lagi sakit?"

"Maksudnya?"

"RS. Soelarto Reksoprodjo pavilion Anggrek kamar nomor 018, adik Kaka kena gerd kronis!"

Cit menangis dan menggeleng sampai tubuhnya bergetar hebat, Yigit memeluk Cit sambil mengusap punggungnya. Cit menggigit bahu Yigit untuk menahan rasa sakit dan frustasi yang menyerangnya.

Yigit memeluk Cit erat dan mengusap puncak kepalanya dengan sayang.
"Cit kamu tenang ya."

"Ada aku, kamu masih punya aku Cit."

Ponsel yang diletakkan sembarang oleh Yigit ke atas nakas ternyata masih menyala hingga tangis dan rintihan Citra terdengar oleh Zara, Papa dan Mama yang sudah mengumpulkan ceramah menanti dirinya pulang ke rumah. []

Gerd: Sebuah penyakit pencernaan yang mana asam lambung atau empedu mengiritasi lapisan dalam saluran makanan.



PETERCANWhere stories live. Discover now