Chapter 35 - Feel like a fool

Mulai dari awal
                                    

Diana datang saat itu sambil melompat-lompat kegirangan. Wajahnya juga tidak berhenti tersenyum lebar membuat Hera yang sudah melihat kedatangannya dari jauh menjadi tersenyum dan melupakan kekesalannya pada Alice.

"Lihat siapa yang sedang berbahagia sekarang."

Inanna menoleh mengikuti arah pandang Hera. Dan kemudian Diana menghampiri lokernya yang berdekatan dengan loker mereka.

"Ada kabar bahagia, Sweety?" tanya Inanna.

"Aku tebak kau sudah berbaikan dengan papamu," Hera berujar membuat Diana menganggukkan kepalanya dengan kencang.

"Tadi malam kami menonton film bersama bertiga." Diana mulai berceloteh keseruannya bersama orang tuanya 3 hari terakhir ini.

Inanna tersenyum dan hanya menjadi pendengar yang baik sebagai responnya. Sesekali dia akan bertanya dan Diana akan menjawab panjang lebar. Sedangkan Hera kembali memandangi ke ujung lorong ketika tiba kedatangan satu sahabatnya lagi.

Dari jauh, Helena mendekati mereka dengan seorang pria di sebelahnya. Pria itu merangkul bahu Helena membuat semua mata murid tidak lepas dari mereka berdua dan menjadi ricuh.

Jujur, melihat Helena yang sedang berbunga-bunga sungguh membuat Hera ikut bahagia. Hingga dia tidak bisa menyembunyikan senyumannya.

"Sexy selalu membuat forum menjadi ribut."

Suara Inanna di belakang Hera membuatnya terkekeh singkat. "Indeed."

Hera yakin, tidak akan butuh waktu lama forum sekolah akan ramai memperbincangkan Helena dan Matthew.

"Sampai jumpa di jam istirahat," Matthew berkata setelah mencium pelipis Helena cepat dan mendapatkan gumaman singkat kekasihnya. Sebelum dia pergi, dia menyapa Venus dengan singkat.

Venus memperhatikan punggung Matthew sejenak sebelum menatap Helena.

"Kau tahu, aku tidak pernah menyukai Matthew. Tapi jika keputusanmu seperti itu, aku akan mendukungmu," ujar Hera memeluk Helena. Sedangkan Diana hanya tersenyum polos dan Inanna menganggukkan kepalanya singkat.

Helena membalas senyuman mereka. "Thanks."

"Aku dan Diana akan masuk ke kelas Mrs. Elizabeth lebih dulu."

"Hmm. Sampai jumpa di kelas." Hera mengangguk.

"Bye!" Diana berseru sebelum diajak Inanna ke kelas mereka.

"Lalu bagaimana dengan hubungan kalian?" tanya Helena setelah itu sambil membuka lokernya.

Hera mengedikkan bahunya santai. "Dia menjadi lebih aktif akhir-akhir ini. Dan penurut." Hera kemudian menatap Helena. "Jangan bilang ini ada hubungannya denganmu."

Hera mengerlingkan matanya. "Apa salahnya memberinya kesempatan."

Tepat saat itu, Jacob melewati mereka. Dan tidak lupa dia memberikan tatapan dalam pada Hera membuat pandangan Hera tidak bisa tidak mengikuti pria itu.

Jacob salah satu pria tampan di sekolah. Tidak perlu bicarakan tentang kepopulerannya karena dia senior paling populer dan tentu saja nakal. Semua siswa di sini tidak ada yang tidak mengenalnya, bahkan mereka menyukai Jacob.

Lalu, pria ini mulai secara terbuka mendekatinya membuat Hera tidak bisa tidak berhenti memikirkan Jacob. Dia berusaha memberikan yang terbaik untuk Hera. Bahkan perlakuannya semakin hari semakin lembut. Perlakuannya itulah yang membuat Hera pun menyukai Jacob. Tapi mengingat apa yang dilakukan pria ini dulu, membuat dia menjadi waspada.

Menutup lokernya, Helena menyilangkan tangannya sambil menyandarkan lengannya di loker. "Tapi, Beauty, aku tidak yakin apa dia benar-benar berubah atau tidak."

Perkataan Helena membuat Hera mendesah. Sekali lagi dia diingatkan tentang siapa Jacob sebenarnya.

***

Becky melihat gedung kantor yang hanya tinggal beberapa langkah lagi di depannya. Setelah memantapkan hatinya, dia pun mendekati pintu kantor.

Di saat sekuriti menahannya dan menanyakan keperluannya, Becky segera mengeluarkan ponsel dan menunjukkan foto pasangan suami istri kepada sekuriti tersebut.

"Ibuku berpesan untuk menyerahkan bekal kepada ayahku. Dan aku juga perlu meminta uang saku."

Sekuriti tersebut mengenal wajah pria di ponsel Becky. Karena itu, dia mempersilahkannya masuk.

Becky duduk di sofa kosong lalu mengambil foto meja depan lobi dan mengirimnya ke orang yang dia hubungi beberapa hari ini.
Seperti yang sudah dia kira, tidak butuh waktu lama seorang pria yang baru memasuki kepala empat yang dia kenali keluar. Pria itu menolehkan kepalanya ke area tunggu dan mendapati senyuman Becky menyapanya, dia menjadi cemberut.

Duduk di sebuah kedai kopi yang sepi, pria itu segera berbicara tanpa basa-basi, "Bukankah aku sudah pernah bilang untuk tidak pernah datang ke tempat kerjaku? Apa lagi kali ini yang kau inginkan?"

Becky baru saja meminum minuman sodanya. Dia meletakan gelas plastik dan menatapnya dengan penuh harap. "Semua barang yang kau berikan kepadaku sebagai hadiah, itu semua barang asli, kan?"

Pria tua itu menatap wanita muda di depannya beberapa saat sebelum terkekeh hingga bahunya bergerak naik turun.

Raut wajah Becky berubah serius. "Jack."

Jack menggelengkan kepalanya merasa lucu. "Tentu saja semua itu barang palsu. Menurutmu apa aku akan memberikan uang yang sangat banyak hanya untuk gadis sekolah sepertimu?"

Jawaban santai itu sungguh menghancurkan suasana hati Becky. Bibirnya mulai bergerak ke bawah dengan cemberut.

"Kamu pikir aku seorang manajer utama? Aku hanya karyawan biasa yang memiliki seorang istri dan anak yang hampir seusiamu."

"... Jadi, kau memberikanku barang-barang tanpa kualitas?" Tatapan Becky mulai nanar.

Jack mencondongkan tubuhnya. "Hei, Nak, aku bukannya tidak memberi perhatian padamu. Aku selalu memberimu uang jajan. Tapi karena kau meminta hal lebih, aku bisa apa? Bersyukurlah barang yang aku berikan walaupun palsu tapi tetap mirip dengan yang aslinya."

Jack menyandarkan tubuhnya di belakang kursi dan menyalakan rokok. Setelah menghembuskan asap sekali, dia kembali berbicara, "Jika kau ingin memiliki barang mewah, seharusnya bukan orang seperti aku yang kau kejar. Yah, tentu saja akan sangat sulit. Mana mungkin mereka akan menyukai wanita sepertimu. Hanya aku yang kasihan dan menerimamu, Becky."

Jack terkekeh mengakhiri ucapannya. Sedangkan Becky bergetar dengan tangan yang mengepal di atas meja. Tatapannya berubah menjadi dingin.

Becky mulai merasakan betapa bodohnya dia. Bisa-bisanya dia merelakan dirinya pada pria tua seperti ini dan tidak mendapatkan kemewahan yang dia inginkan. Dan setelah ditertawakan seperti itu, Becky menjadi marah sekaligus malu.

Dia beranjak dari kursi, mengambil tasnya kasar lalu melangkah sambil menghentakkan kakinya di lantai kedai.

Jack yang melihat kepergian wanita muda itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum miring.

VENUS [#5 Venus Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang