Bab 6 : Awal yang bagus (2)

5.4K 641 11
                                    

Leon merasakan kekuatan Undine yang bersirkulasi didalam tubuhnya, rasanya nyaman dan hangat. Leon tersenyum puas karena salah satu rencananya telah berhasil.

"Undine.. apakah aku sekarang bisa menggunakan sihir?"

"Ya, kau tinggal membayangkan sihir apa yang ingin kau keluarkan maka kekuatanku pada tubuhmu akan merefleksikannya."

Leon dan Undine berbicara dengan telepati karena Undine sekarang berada dialam spirit. Leon segera membayangkan pedang air ditangannya.

Srrt...

Air berkumpul di tangannya membentuk sebuah pedang. Pedang itu tampak tajam meskipun terbuat dari air.

"Keren.. "

Leon bergumam pada dirinya sendiri. Pasalnya didunia Leo sebelumnya adalah dunia modern yang tak mungkin melakukan hal-hal sihir seperti ini.

Setelah puas mencoba berbagai macam sihir, Leon melihat kamarnya yang sangat berantakan. Akan sangat merepotkan jika Jhon besok melihat darah Leon yang berceceran dilantai kamar.

Leon segera mengeluarkan sihirnya untuk membersihkan lantai kamar, air mengalir pada tangannya dan mulai bergerak menyapu darah. Air itu menyerap darah yang ada di lantai dan Leon menjentikkan jarinya, seketika air menghilang menjadi debu yang tak terlihat.

Ha..

Leon menghela nafasnya, akhirnya dia bisa sedikit bersantai kedepannya. Leon berjalan menuju tempat tidurnya dan segera pergi ke alam mimpi.

Tuk tuk..

klek..

Suara pintu kamar terbuka, seseorang membuka gorden kamar sehingga cahaya mentari menerangi kamar.
Leon yang sedang tertidur merasakan sinar mentari yang masuk kedalam matanya. Leon berbalik dan menimbun dirinya dengan selimut agar cahaya matahari itu tidak menganggu tidurnya.

"Tuan Leon saatnya anda untuk bangun"

Seseorang itu menepuk selimut dengan lembut.

"Uhhhmm.."

Leon menggerutu, bukannya dia sudah bilang pada Jhon untuk tidak membangunkannya. Tapi kenapa Jhon masih saja mengganggu tidurnya.

"Jhon ini masih sangat pagi, Lagipula aku sudah memberitahu mu untuk tidak mengganggu istirahat ku"

Leon masih berada didalam selimut dan memejamkan matanya saat berbicara dengan Jhon.

"Maaf tuan, saya harus mengganggu tidur anda karena hari ini nona ferlyn dan tuan muda jeremy pulang kerumah"

"Dan sekarang sudah jam 11 siang tuan"

Leon tersentak dan langsung bangun dari tempat tidurnya.

"Apa? Sekarang sudah jam 11 siang? Apa kau sedang bercanda Jhon? "

"Tidak tuan muda, saya tidak berani untuk berbohong dengan anda"

"Ya ya, aku tahu itu"

Uh..

Leon merasa lapar karena dia telah melewatkan sarapannya.

"Tuan.. Saya telah menyiapkan bak mandi. Setelah anda selesai mandi segeralah menuju ruang makan untuk makan bersama duke dan kakak anda"

Leon menganggukkan kepalanya dan segera pergi menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi Leon menuju ruang makan.

Diruang makan sudah ada 3 orang yang duduk di atas kursi meja makan. Duke duduk di tengah sedangkan ferlyn dan jeremy berada di kanan kiri meja makan.

"Selamat siang Ayah, kakak"

"Ya, segeralah duduk dan makan"

Duke menjawab sapaan anak bungsunya. Leon lalu dengan tidak sungkan segera duduk disebelah ferlyn. Ferlyn sedikit kaget karena biasanya Leon akan duduk sedikit berjauhan dengannya ataupun Jeremy.

"Hmm Daging ini enak sekali"

Leon bergumam namun masih bisa didengarkan oleh ketiga orang tersebut.

"Kenapa Leon, apa makanan ini tidak cocok untukmu? "

Duke menganggap terbalik pernyataan Leon, karena tidak biasanya Leon memuji makanan.

"Tidak ayah, ini benar benar enak sampai sampai aku ingin menghabiskan semuanya"

"Kalau begitu makanlah yang banyak"

"Ya, kau juga ayah makanlah yang banyak"

Duke tersentak begitupun dengan kedua kakaknya. Tidak biasanya Leon berbicara santai didepan mereka.

"Bagaimana dengan misimu sebelumnya ferlyn apakah berjalan dengan lancar? "

Suara Duke memecah kecanggungan mereka.

"Ya ayah, aku dan rekan timku telah berhasil membasmi iblis di desa Okta"

"Bagaimana dengan kehidupan Akademimu jer? "

Duke bertanya pada anak keduanya yang sedang makan kue penutup mulut.

"berjalan dengan baik ayah"

"Baguslah jika memang begitu"

Mereka melanjutkan makan siangnya. Leon dari tadi mendengar obrolan mereka dan berfikiran untuk ikut mengobrol.

"Omong omong soal akademi, aku sebentar lagi akan berusia 15 tahun dan berencana untuk ikut tes masuk akademi ayah"

Ucapan Leon menghentikan kegiatan makan mereka bertiga.

"Tidak perlu, hiduplah dengan tenang di kastil"

Jeremy menjawab pernyataan Leon dengan suara dingin.

"Ya benar apa kata kakakmu, kau tidak perlu masuk akademi jika terpaksa. Kau tidak perlu memaksa diri untuk masuk ke akademi untuk memenuhi ucapan ucapan tidak berguna dari keluarga lain"

Leon mengerutkan keningnya, kenapa mereka begitu perduli dengannya?.

"Tidak ayah, aku sudah bertekat untuk mengikuti tes akademi. Aku ingin menjadi lebih kuat dan ikut serta untuk membasmi para Iblis."

"Tentang ucapan - ucapan keluarga lain sebenarnya aku tidak terlalu memperdulikannya. Aku juga tidak perduli dengan cemoohan mereka. Ini hidupku aku juga yang menjalani dan merasakan sakitnya kutukan ini. Aku ingin menjadi lebih kuat agar Pengorbanan ibu tidak berakhir sia sia"

Mereka bertiga menatap Leon tak percaya, tatapan mata Leon terlihat hidup dan berambisi. Mereka bertiga mau tak mau dibuat merinding oleh pernyataan Leon.

"Meskipun kau ingin masuk akademi apakah kau yakin akan lulus tes hm? "

Ferlyn yang sedari tadi tidak berbicara dengan Leon akhirnya membuka mulut. Ferlyn berbicara dengan menatap mata Leon.

"Berhasil atau tidaknya itu urusan belakangan. Lagipula cara untuk menjadi kuat itu banyak tak hanya mengikuti akademi kak"

Ferlyn tersentak, dia tak menyangka adiknya akan menjawabnya dengan tegas dan memanggilnya kakak.

Ha...

Duke menghela nafasnya, Dia senang bahwa Leon memiliki ambisi untuk menjadi kuat. Namun dia juga khawatir karena Leon terlihat sangat rapuh.

"Hmm.. Ya aku akan mendaftarkanmu bulan depan untuk mengikuti tes masuk akademi"

Leon tersenyum puas mendengar ucapan Duke. Sedangkan mereka bertiga kaget karena melihat Leon tersenyum. Dia telihat manis.

"Terimakasih ayah"

Leon berterimakasih kepada Duke karena Duke secara tidak langsung telah membantu salah satu rencana Leon.

The Cursed Son From Duke FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang