Bab 29 : Kemana Perginya? (3)

2.3K 280 7
                                    

"Haa.... "

Angga menghela nafasnya.

Hampir setengah hari berlalu mereka berempat menelusuri area hutan. Mereka tidak menemukan satu petunjuk pun tentang para pencuri tersebut.

"Mereka sepertinya bukan pencuri biasa"

Aurel merupakan salah satu penyihir tipe sensor, ia peka terhadap sihir sihir musuhnya.

"Hm, jika sihir sensormu bahkan tidak mendeteksi jejak mereka, berarti memang benar mereka bukan pencuri abal-abal"

Noah menepuk bahu Aurel yang sedang fokus memusatkan mananya untuk melacak keberadaan musuh di hutan.

"Eh.. Bukankah misi ini terbilang misi tingkat rendah di Akademi? Mereka pun menjelaskan bahwa misi ini hanyalah formalitas, lalu bagaimana bisa? "

Leon bertanya tanya tentang situasi yang mereka hadapi sekarang.

"Kesalahan informasi terkait misi terkadang memang bisa salah, ingat apa yang dikatakan komandan Lucas?. Misi tingkat D bisa saja berubah menjadi tingkat B sewaktu - waktu"

Aurel berhenti dari kegiatan melacaknya membalas gumaman Leon.

"Kita akan menuju ke tengah hutan setelah ini, tetap berhati-hati dan waspadalah"

Aurel memutuskan untuk menuju lebih dalam ke hutan.

Tap tap tap

Mereka berempat melanjutkan perjalanan menuju lebih jauh kedalam hutan.

Cit.. Cit.. Cit..

Seekor tikus yang sudah mengawasi pergerakan anggota bayangan bulan masuk menuju lubang kecil dibawah tanah.

...

"Sst sstt Hei bocah"

Leon heran dengan tindakan Undine, mereka sedang bertelepati lalu mengapa ia perlu berbisik bisik?.

"Uh.. Ya? Ada yang mengganggumu Undine? "

"Arah jam 8 ada seseorang yang mengikuti kalian, hanya satu orang dan itu.. Uh? Nampaknya seseorang yang sangat lemah"

Leon menganggukan kepalanya menerima informasi dari Undine.

Hanya satu orang yang mengikuti kami, dan orang itu lemah? Apakah mungkin ini sebuah jebakan?.

Leon bertanya tanya dalam hatinya.

Keberadaan seseorang itu tak hanya dirasakan oleh Undine saja.

Aurel menatap mata Noah dan Noah menganggukkan kepalanya.

Tap tap tap

Mereka berempat tetap berjalan seolah-olah sedang tidak di buntuti oleh seseorang.

"Baguslah, mereka tidak menyadari keberadaanku, aku harus mengikuti mereka! "

Tap Tap Tap-

"Elemen tanah, teknik lumpur penghisap"

Srash!

Pada saat itu, ketika ia hendak pergi mengikuti anggota bayangan bulan, tanah yang ia pijak berubah menjadi lumpur hisap yang memerangkap hingga setengah dari tubuhnya.

"Hah.. Apa yang-"

Wosh wosh wosh

Keempat anggota bayangan bulan muncul tepat didepan seseorang yang mengikuti mereka.

"Kerja bagus Noah"

Aurel menepuk pundak Noah karena telah berhasil melancarkan sihirnya diam diam.

"Heh.. Ternyata hanya anak kecil"

Noah menyeringai kearah anak tersebut.

"Jangan mendekat! Kalian semua manusia jahat! Manusia tidak punya hati! "

Anak tersebut melontarkan kata kata tersebut sembari mengeluarkan belati dari saku bajunya.

Terlihat pembuluh darah di dahi Angga sedikit keluar, ia geram karena telah disebut manusia jahat oleh anak tersebut.

"Haish, tidak ada angin tidak ada hujan kita sudah dituduh yang tidak - tidak oleh anak ini"

Leon memijat pangkal kepalanya ketika mengatakan hal tersebut.

"Hei, setidaknya jangan gemetar didepan musuhmu ketika kamu sedang menodongkan senjatamu padanya"

Grep

Noah mengambil belati dari tangan anak tersebut.

"Siapa namamu, dan apa tujuanmu mengikuti kami? "

Glup

Anak tersebut menelan kasar ludahnya, ia mengira bahwa mereka berempat tidak mengetahui bahwa mereka sedang dibuntuti olehnya.

"Hei, kemana suaramu yang lantang tadi?"

Anak tersebut gemetar, ini diluar prediksinya. Apakah ia akan tertangkap lagi dan menghabiskan waktunya di tempat menyeramkan itu?.

Dadanya sesak, air matanya hendak keluar, ingatan tentang dimana ia selama ini terkurung membuatnya ingin menangis.

Puk puk

Huh?

Anak yang sebelumnya menunduk ketakutan akhirnya mendongakkan wajahnya karena merasakan tepukan lembut pada Kepalanya.

Dia melihat remaja berambut hitam seiras dengan matanya sedang tersenyum lembut padanya.

The Cursed Son From Duke FamilyWhere stories live. Discover now