Bab 23 : Obat (2)

3.3K 369 3
                                    

Boom..

Bang....

Noah menghancurkan patung patung yang terbuat dari batu di arena latihan. Entah berapa banyak patung yang telah ia hancurkan, terlihat banyak sekali serpihan-serpihan bekas patung berserakan.

Bang.. Bang.. Bang..

"Sial sial sial.. Betapa lemahnya aku"

Kejadian seminggu yang lalu melintas dikepalanya.

Boom..

Bang....

"Kakak kakak, aku ingin menjadi kuat seperti kakak jika aku besar nanti! "

Suara anak kecil melintas dikepala Noah. Ya, itu adalah suara adiknya yang telah mati karena melindunginya dari serangan iblis.

Bang...

"Menjadi kuat seperti ku? Haha.. Sial"

Mata Noah panas, ingin sekali rasanya ia menangis. Dia menertawakan keinginan adiknya yang ingin menjadi kuat sepertinya.

"Kuat sepertiku? Aku bahkan tidak bisa melindungimu."

Bang...

"Kakak, aku ***********"

Segelintir ingatan kembali mengguncang Kepala Noah. Itu adalah kalimat terakhir adiknya yang berada di pangkuannya sebelum mati meninggalkan Noah untuk selamanya.

Saat itu dia tidak bisa mendengarkan seluruh perkataan adiknya karena adiknya telah kehilangan suaranya sebelum tepat mengatakan hal tersebut.

Bang...

Entah sudah berapa kali Noah menghantam patung dengan tangannya.

"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan padaku saat itu Neo? "

"Apa kau ingin mengatakan bahwa kau membenciku? Kecewa padaku? "

Noah mengingat gerakan bibir Neo, itu seperti mengatakan bahwa ia membenci kakaknya Noah. Noah selama ini berfikir bahwa adiknya mungkin membencinya karena Neo harus mati untuk melindungi kakaknya Noah.

"Ya.. Benar, bagaimana kau tidak membenciku. Orang yang kau kagumi selama ini bahkan tidak bisa melindungi mu"

Bang...

....

Tap.. Tap.. Tap..

Leon berjalan menuju arena latihan.

"Sudah kuduga!"

"Hm? Apa maksudmu Undine"

Undine tiba-tiba berbicara didalam benak Leon.

"Anak itu seniormu"

"Kak Noah?"

"Ya.. Aku mengingatnya kemarin, saat dia tidak bisa bergerak karena terkena racun"

Undine mengingat semua detail tentang kejadian penyerangan seminggu yang lalu.

"Kau mungkin tidak memperhatikannya. Matanya bergetar, ia menggigit bibirnya sendiri. Seperti ia akan menyesal seumur hidupnya jika terjadi sesuatu yang buruk padamu"

"Hm? Begitu ya.. Aku tidak memperhatikannya karena aku terlalu fokus pada Draco"

Tap..Tap..

Leon menatap pintu besar, dibalik pintu ini adalah tempat arena latihan.

Ketika Leon membuka pintu tersebut.

Bang...

Boom..

The Cursed Son From Duke FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang