Bab 24 : Obat (3)

3.1K 461 9
                                    

"Sang adik meninggalkan kakaknya untuk selamanya"

"Sejak kejadian itu sang kakak selalu terbayang wajah adiknya, setiap malam ia bermimpi tentang adiknya yang menyalahkan betapa lemahnya dia sehingga menyebabkan sang adik mati"

"Sang kakak tidak bisa tidak merasa bersalah, adik yang selalu memujinya hebat dan kuat telah mati karena melindunginya. Sang kakak sering kali melakukan percobaan bunuh diri untuk menebus dosanya, namun tindakannya selalu digagalkan oleh prajurit pribadi yang memang sudah disewa oleh orang tuanya"

Noah bercerita panjang lebar kepada Leon tentang cerpen yang telah ia baca.

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya kak? "

"Uh.. Seingatku ceritanya tamat sampai disitu"

Tck.

Leon mendecakkan lidahnya.

"Hei tidak sopan sekali. Aku sudah bercerita dengan senang hati padamu"

Noah mencubit pipi Leon.

"Ah... Sakit kak!"

Plak

Leon menepis tangan Noah dan memegangi pipinya yang merah akibat cubitan.

"Maksudku... Akhir dari cerpen itu sangat membosankan, apakah penulisnya ingin membuat akhir yang sedih? Pft sungguh hal yang menggelikan"

"Hei.. Kenapa kau malah menghujat alur cerpen itu"

Meskipun Noah tidak mengatakan bahwa ini kisah hidupnya tapi ia tidak terima cerita hidupnya dibilang membosankan oleh Leon.

"Aku paham apa yang dipikirkan penulisnya kak. Sang kakak dibuat merasa bersalah karena tidak bisa melindungi seseorang yang dia sayangi. Penulis juga menuliskan bahwa Sang kakak sering melakukan percobaan bunuh diri"

"Pft.. Itu sungguh alur yang kekanak-kanakan"

"Apa maksud mu Leon"

Noah bertanya pada Leon sembari mengerutkan keningnya.

"Ya.. memang benar Sang kakak merasa bersalah karena kematian adiknya, tetapi mengapa kematian adiknya menjadi alasan untuk kematian dirinya juga? Apakah Sang kakak pikir adiknya ingin dirinya juga mati? "

Mata Noah bergetar.

"Sekarang begini, lupakan sejenak tentang cerpen lucu itu."

"Jika aku memang mati karena melindungi seseorang yang ku sayangi. Sekali saja.. aku yang sudah berada dialam kematian ingin berbicara padanya bahwa"

"Aku baik-baik saja disini"

"Jadi hiduplah dengan bahagia dan damai"

Leon tersenyum lembut kearah Noah.

Tubuh Noah lemas, matanya panas dan dadanya terasa sesak setelah mendengar ucapan Leon.

"Kembali lagi kedalam cerpen itu kak"

"Sebelumnya Sang kakak juga sudah merencanakan untuk mengorbankan dirinya agar adiknya selamat bukan? "

"Jika yang mati saat itu adalah Sang kakak dan bukannya si adik, apakah Sang kakak akan menyalahkan adiknya karena ia mati untuk melindunginya? "

Noah menggelengkan kepalanya, ia tidak akan menyalahkan adiknya jika memang dia yang mati saat itu.

"Nah, jika memang begitu lantas kenapa Sang kakak harus terus merasa bersalah dan juga ingin membunuh dirinya sendiri? Apa adiknya yang sudah dialam kematian ingin melihatnya mati bunuh diri? "

"Jika aku menjadi si adik aku malah akan mencacinya, memukulnya bahkan bersumpah padanya jika Sang kakak terlalu cepat menjemputnya dialam kematian, apalagi dengan cara bunuh diri"

"Ingin membalas dosanya? Pft membalas dosa dengan bunuh diri?. Jangan membuat ku tertawa"

Noah menggigit bibirnya.

"Lalu bagaimana cara membalas dosa selain mengorbankan nyawanya sendiri?"

"Ha.. Kakak sudah pasti tau jawabannya"

"Terus hidup dan berbahagialah"

"Aku akan mengatakan hal itu jika menjadi si Adik didalam cerpen"

Tes..
Tes..

Air mata Noah jatuh.

Noah tidak bisa menahan lagi air matanya.

"A.. Aku tidak menangis"

Setelah sadar bahwa ia menangis didepan Leon, Noah segera mengusap air mata dengan kedua tangannya.

"Kenapa tidak menangis? Semua orang harus menangis untuk melepaskan sesak dihati mereka kak"

"Menangis itu gratis kak, jadi teruslah menangis dan lepaskan semuanya"

Tes.. Tes.. Tes...

Air mata Noah terus berjatuhan setelah mendengar perkataan Leon.

"Urgh.. Huk..... "

Noah terus menangis, dia terus menyeka air mata yang keluar dengan kedua tangannya.

"Hiks... Sial.. Huk.. "

Noah mengumpat karena dia kesal pada dirinya sendiri harus menangis didepan adik tingkatnya.

Sret..

Leon memeluk Noah dan menepuk-nepuk pundaknya.

"Berteriaklah kak jika itu bisa membuatmu lega"

Urgh.. Hiks bocah sialan ini.. Berani beraninya memperlakukan ku seperti anak kecil.. Sialan hiks..

"Hikss.. Sialll... Arggggggghhhh"

Noah berteriak dalam pelukan Leon, ia menumpahkan semua air mata yang ia simpan selama ini.

Puk.. Puk.. Puk..

Leon terus menepuk pundak Noah dengan lembut.

..

"Anak yang menarik.. Bukankah begitu Karl? "

Lucas yang berada diluar tembok arena pelatihan mendengarkan semua percakapan mereka.

"Harapan ya.. Seperti yang dikatakannya"

Lucas bergumam sendiri sembari mengelus kucing hitam yang bernama Karl didalam pelukannya.

Wosh..

Lucas menghilang dari tempat tersebut.

..

......

..........

Eyyo..

Sedikit menjelaskan saja.

Novel ini ga selalu berfokus sama karakter utamanya [Leon] tapi juga akan menjelaskan tentang beberapa latar belakang karakter lainnya sehingga kalian bisa mengenal karakter lain dengan lebih baik.

Jadi... Selamat berbosan ria✌.

(Gw tau kalau kalian bosen karena votenya nurun parah setelah masuk ke Arc kedua ini)

Terimakasih bagi yang tetep staytune dan ngevote novel ini.

Sorry jika scene sedih atau pas gelud kurang ngefeel, itu karena bahasa yg gw pake untuk novel ini bahasa yang agak baku.

See u on next chapter!

The Cursed Son From Duke FamilyWhere stories live. Discover now