SCGF || 47

45.5K 4.3K 646
                                    

TANDAI TYPO ⚠️

-

SELAMAT MEMBACA ❤️

Didalam ruangan hanya ada suara Zaira yang terdengar. Azka dan Gus Fahri terdiam belum memulai pembicaraan. Zaira menatap lekat Gus Fahri, laki-laki itu sama sekali tidak pernah berubah.

"Fahri. Aku pasti tidur begitu lama sehingga waktu aku bangun kamu sudah sangat banyak perubahan" kata Zaira yang hampir memegang tangan Gus Fahri, Gus Fahri reflek memundurkan dirinya dari jangkauan Zaira.

Azka menahan kesedihannya, bagaimana perasaan Zaira saat tahu Fahri sudah menikah dan sebentar lagi akan punya anak. Namun apapun akan ia lakukan asal adik perempuan satu-satunya bahagia.

"Fahri..apa kenangan itu masih ada? Liontin perak itu apa kamu masih menyimpannya?" Tanya Zaira penuh harap.

Gus Fahri memalingkan wajahnya saat Zaira menatapnya begitu dalam, jujur saja liontin yang Zaira maksud itu sudah ia buang, barang-barang pemberian atau yang berhubungan dengan Zaira sudah lama ia buang semenjak Gus Fahri pindah ke Bandung.

Gus Fahri terdiam tidak menjawab.

"Kita masih bisa bersama kan?"

"Zaira..sayaa—"

"Kalian masih bisa bersama." Tegas Azka dan langsung menatap Gus Fahri dengan tajam.

Bukan saat yang tepat untuk memberitahu Zaira keadaan yang sebenarnya. Jika Zaira tahu saat ini juga, ini bisa saja berpengaruh kepada kondisi fisik dan mental Zaira. Zaira baru saja siuman dari komanya.

"Kak Azka. Aku ingin keluar dari ruangan ini. Aku ingin keluar jalan-jalan bersama Fahri" mohon Zaira.

"Nggak. Kakak nggak akan izinin kamu untuk keluar. Kamu baru saja siuman, Zaira" tolak Azka.

"Za-Zaira mohon kak. Zaira hanya mau ketaman bersama Fahri dan kak Azka. Sebentar dan hanya sebentar" .

"Sebentar?"

"Zaira janji. Kita cuman sebentar di taman. Aku mau melihat dunia luar kak."

Azka mengambil kursi roda untuk Zaira. Ia mulai menggendong Zaira dengan perlahan dan meletakkan nya di kursi roda.  Mereka mulai keluar dari ruangan.

"Fahri..." Panggil Zaira.

"Ada apa?" Tanya Gus Fahri dan berjongkok di depan Zaira dengan beberapa jarak di antara mereka.

"Jika aku tidak koma dengan waktu yang lama, sudah pasti kita sudah menikah dan mempunyai anak yang sangat lucu" Kata Zaira saat menatap seorang ibu yang baru melahirkan. Anaknya sangat lucu di gendongan suster itu.

"Maaff.." lirih Zaira.

"Kenapa meminta maaf? Kamu tidak ada salah. Saya yang seharusnya meminta maaf, Zairaa.." Gus Fahri tertunduk merasa bersalah.

Zaira ingin maju lebih dekat dengan Gus Fahri, namun Gus Fahri tetap saja mundur agar tetap ada jarak, namun Azka memajukan kursi roda milik Zaira agar Zaira dan Gus Fahri semakin dekat, namun hal itu Gus Fahri berusaha untuk tetap berhindar. Hampir saja mereka berciuman tepat saat itu juga apabila Gus Fahri tidak menghindar.

"FAHRII!!" Teriak seorang laki-laki paruh baya dengan penuh amarah kemudian menghampiri Gus Fahri.

"APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN DENGAN PEREMPUAN INI?! KALIAN HAMPIR SAJA BERCIUMAN DI TEMPAT RAMAI SEPERTI INI DENGAN PEREMPUAN YANG BUKAN MAHRAM KAMU APALAGI DI SAKSIKAN OLEH BANYAK ORANG! SEJAK KAPAN ABI MENDIDIK KAMU SEPERTI INI, FAHRI?!!" Bentak Kyai Abdullah. Ia kecewa dengan putranya yang ternyata sedang asik dengan perempuan lain.

Setulus Cinta Gus Fahri [ END ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant