67 - Setiap Orang Memiliki Versi Kebahagiaannya dan Inilah Versi Mereka

2 1 0
                                    

"Apa kamu yakin untuk menjadi trainee idol? Belum terlambat untuk berubah pikiran, Haerin."

Haerin mendelik ke arah Haknyeon, sementara Kakak lelakinya itu hanya tersenyum seolah pertanyaannya tidaklah salah. Mungkin itu benar, jika Haknyeon tidak mengulang pertanyaan itu ratusan kali sejak seminggu belakangan.

Bahkan ini pertanyaan ke sepuluh dalam waktu tiga puluh menit!

"Haknyeon, jangan membuat Haerin kesal." Teguran Hyoyeon yang datang dengan membawa tiga gelas jus jeruk dingin membuat Haerin bernapas lega. "Eomma mendukung pilihan hidupnya, jangan mematahkan semangat Haerin."

Haerin menganggukkan kepala dengan cepat, kemudian berkata, "Jadi berhenti menanyaiku pertanyaan yang sama, Oppa! Aku tetap sekolah meski menjadi trainee, karena aku tahu tidak ada jaminan jika diriku akan didebutkan."

"Aku hanya khawatir, Haerin."

"Tapi aku sudah besar!" Protesan Haerin itu membuat Haknyeon tersenyum lebar. Akan tetapi, justru itu membuat Haerin semakin kesal karena merasa diejek oleh Hanyeon. "Oppa menyebalkan!"

Haknyeon terkejut dengan teriakan Haerin itu. Apalagi melihat Adik perempuannya itu berlari meninggalkan ruang tamu. Meninggalan jus jeruk dingin yang merupakan favoritnya Haerin dzn Haknyeon menatap Hyoyeon dengan tatapan tidak percaya. Hyoyeon hanya tertawa dan meletakkan nampan di meja, lalu duduk di sebelah Haknyeon.

"Jangan kaget. Dongsaeng kita sedang fase remaja yang penuh gejolak." Penjelasan Hyoyeon itu nyatanya tidak bisa membuat Haknyeon pulih dari keterkejutannya dengan sikap Haerin barusan. "Tidak usah kaget seperti itu, seolah kamu tidak pernah melihatku bersikap seperti Haerin."

"Tapi Haerin selama ini tidak sepertimu?!?"

Hyoyeon mendelik dan Haknyeon mengaduh karena lengannya dipukul dengan kencang oleh kembarannya itu. Baru akan protes, Hyoyeon sudah berkata, "Haerin lebih banyak menghabiskan waktu denganku, pasti lebih banyak mengikuti sikapku."

"Iya aku tahu. Kalian sering bersama karena aku sibuk di Seoul mengejar impianku menjadi dokter." Haknyeon menjawab dan kemudian menghela napas. "Sampai aku tidak tahu apa yang terjadi kepada Eomma sampai semuanya terlambat."

Kemudian, mereka berdua terdiam. Meski sudah satu bulan semenjak kepergian Ibu mereka, akan tetapi pembicaraan ini sering terjadi. Hyoyeon mencoba untuk mengerti ucapan Haknyeon karena sebagai bentuk berdukanya karena menyesali keputusannya yang lebih fokus kepada hidupnya. Akan tetapi, setiap Hyoyeon mendengar ucapan Haknyeon itu justru membuatnya semakin merasa bersalah.

Karena Hyoyeon membantu Ibunya untuk menyembunyikan semua ini. Meski Haerin berkali-kali mengancam akkan memberitahukan Haknyeon karena mengkhawatirkan kesehatan Ibunya, pada akhirnya Hyoyeon selalu punya cara untuk membujuk Adik perempuannya itu untuk tidak melaporkan kondisi Ibu mereka.

"Astaga, suram sekali suasana di rumah ini!" teriakan Haerin membuat lamunan keduanya buyar dan melihat anggota termuda keluar Ju itu sudah duduk di sofa dan dengan meminum jus jeruk dinginnya. Merasa diperhatikan, Haerin menghentikan kegiatan minumnya, lalu berkata, "Kalian jangan terus bersedih. Eomma pasti tidak senang melihatnya."

"Haerin...."

Akan tetapi, ucapan Hyoyeon tidaklah bisa dilanjukan karena Haerin bertanya, "Apa kalian lupa dengan isi surat yang diberikan oleh Eomma?" Tidak ada jawaban dari Hyoyeon dan Haknyeon yang membuatnya meletakkan gelas minumannya di meja dan bersedekap. "Aku tidak tahu detail dari surat itu, tapi aku yakin ada bagian yang meminta kita untuk mengejar kebahagiaan versi kita dan jangan terus bersedih."

Hyoyeon dan Haknyeon tidak mengatakan apa-apa. Bukan karena merasa kesal dengan sikap Haerin yang membentak keduanya, akan tetapi merasa malu. Karena seharusnya Hyoyeon dan Haknyeon yang lebih cepat bangkit dari kesedihan. Serta memberikan perhatian kepada Haerin karena kehilangan orang tua di usia muda.

Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Where stories live. Discover now