34 - Menyadari Maknanya yang Tidak Sepenting Itu dalam Hidupnya

8 3 0
                                    

Pada akhirnya, Haknyeon memanggil perawat yang lewat dan menanyakan keberadaan Neneknya Bora. Setelah menyadari bahwa perempuan paruh baya itu sedang pulang ke rumah karena ada keperluan dan dititipkan kepada perawat, membuat Haknyeon bertanya apakah boleh menunggui Bora di ruangannya. Setelah mendapat izin—meski sebenarnya Haknyeon tidak perlu izin karena dirinya memang dokter anak yang menangani Bora—dan akhirnya mereka kembali ke ruangan anak tersebut.

Ruangan yang berisi 2 ranjang, tetapi ranjang sebelahnya yang kosong dan membuat Haknyeon menghela napas. Mungkin itu alasan Bora yang berakhir berkeliaran sendirian, karena merasa kesepian. Haknyeon yang mengetahui latar belakang keluarga Bora merasa dunia tidak adil karena tidak semua orang bisa berbahagia saat kecil.

Namun, tidak ada yang bisa Haknyeon lakukan karena dunia tidak pernah bekerja sesuai dengan harapannya.

"Haknyeon Euisa apa tidak bekerja?" tanya Bora yang sudah tidak menangis dan Haknyeon tersenyum sembari mengusap kepala anak perempuan itu. Bora berdecak, tetapi tidak menepis tangan Haknyeon dan setelah beberapa saat, akhirnya dia bertanya, "Tapi lebih baik Haknyeon Euisa yang tetap di sini dan yang pergi adalah Choi Euisa."

"Siapa Choi Euisa yang kamu maksud, Bora?"

"Orang yang selalu Haknyeon Euisa pandang dengan cinta, tetapi tidak pernah menyadarinya," ucapan Bora membuat Haknyeon tersenyum, tetapi merasa dirinya menyedihkan karena bahkan anak perempuan yang sudah duduk di tempat tidurnya itu, menyadari hal tersebut, "harusnya orang jahat yang pergi, bukan orang baik."

Haknyeon mendengarnya menahan diri untuk tidak menghela napas. Karena rasanya semua orang menilai San sebagai orang jahat justru membuatnya merasa bersalah. Hanya karena San tidak menyadari perasaan Haknyeon—yang mana itu setengahnya adalah kesalahannya karena tidak berani untuk mencoba mengatakan yang sebenarnya—dan berakhir San yang tidak memberikan balasan perasaan kepada Haknyeon.

"Bora, dia tidak jahat. San Euisa tidak melakukan hal buruk kepadaku."

"Berhenti membela orang jahat, Haknyeon Euisa."

Haknyeon tetap tersenyum dan kembali mengusap kepala Bora yang tadi sempat berhenti dilakukannya. Meski Bora menatap Haknyeon dengan sebal, tetapi tidak menolak perlakuan lelaki itu. Rasanya, Haknyeon yang seharusnya disebut sebagai orang yang jahat oleh orang-orang karena membuat orang yang tidak bersalah—dalam hal ini adalah San—dianggap sebagai orang yang jahat.

"Aku tidak muncul di rumah sakit karena aku kembali ke Jeju, Bora." Haknyeon memulai penjelasannya. "Aku mendapatkan telepon kalau Ibuku jatuh dan tidak sadarkan diri. Jadi aku berada di Jeju selama dua minggu ini untuk menjaga Ibuku."

Bora menatap Haknyeon selama beberapa saat, tampak bersalah saat mendengar penjelasannya. Namun, Bora bukanlah orang yang mudah untuk diyakinkan, sehingga Haknyeon tidak terkejut saat mendengar pertanyaan, "Apa ini benar-benar terjadi? Bukan cara Haknyeon Euisa untuk membela Choi Euisa sehingga tidak aku anggap jahat."

"Aku tidak suka berbohong, Bora."

Meski kemudian Haknyeon menambahkan dalam hatinya, jika dia lebih memilih untuk diam dan pergi menjauh daripada berakhir menjadi pembohong. Tentu itu tidaklah Haknyeon katakan, mengingat Bora adalah anak yang mudah memberikan banyak pertanyaan dan ditambah dirinya yang entah kenapa begitu mudah memberikan jawaban untuknya. Hanya untuk berakhir diomeli oleh Bora karena sikapnya tersebut.

Kalau kata San, jika Haknyeon menjadi seorang Ayah, pasti menjadi tipe yang tidak bisa menolak apa yang diinginkan oleh anaknya.

Kemudian, pada akhirnya Haknyeon menghela napas. Karena lagi-lagi, Haknyeon menghela napas karena mengingat San. Setidaknya, sebelum Bora hendak mengajukan pertanyaan kepada Haknyeon, pintu ruang rawat terbuka dan membuat mereka menoleh ke arah pintu. Melihat Neneknya Bora yang datang dan tampak terkejut melihat Haknyeon.

Setelah Haknyeon serta perempuan paruh baya yang menjaga Bora selama ini berbicara selama beberapa saat, akhirnya dia pamit pergi. Begitu keluar dari ruangan dan menyapa perawat serta dokter yang tengah tugas kunjungan, akhirnya Haknyeon benar-benar berjalan sendirian. Kemudian, Haknyeon kembali menghela napas panjang.

Sepertinya Haknyeon memang tidak sepenting itu bagi hidup San. Karena nyatanya, selama Haknyeon bertemu dengan perawat serta dokter, kebanyakan dari mereka bertanya alasannya yang tidak terlihat selama hampir dua minggu dan alasannya mengajukan pemberhentian. Awalnya Haknyeon tidak mempermasalahkan untuk menjawab pertanyaan berulang tersebut. Namun, setelah sendirian seperti ini, perlahan Haknyeon mulai memikirkan semuanya.

Rasanya, Haknyeon adalah lelaki hipokrit.

Haknyeon yang mencari cara untuk mulai berjarak dengan San. Namun, saat San mulai mengikuti skenario Haknyeon dan memutuskan untuk menjauh, ternyata diriny merasa kecewa. Seolah fakta bahw Haknyeon memanglah tidak seberharga itu pada kehidupan San adalah hal yang baru diketahuinya.

Padahal Haknyeon mengetahuinya sejak lama.

"Haknyeon Oppa, kenapa ada di sini?" tanya Gaeul yang terlihat keheranan melihatnya berada di tempat kerjanya kembali.

"Aku mau membeli ini," ucap Haknyeon yang menyerahkan kertas yang tadi diberikan oleh perawat senior Park, "untuk para perawat."

"Oh ... aku iri dengan para perawat yang bekerja denganmu, Haknyeon Oppa. Mereka selalu diperlakukan baik olehmu."

Haknyeon mendengarnya hanya tersenyum.

Karena benarkah Haknyeon memang orang baik?

"Aku tidak sebaik itu, Gaeul."

"Bagiku, Haknyeon Oppa orang baik." Gaeul tersenyum menatap Haknyeon setelah selesai memasukkan data semua pesanan ke mesin kasir. "Jadi, biarkan orang-orang mengatakan hal tersebut kepadamu, Haknyeon Oppa. Karena orang yang benar-benar baik biasanya justru tidak bisa melihat kebaikannya yang dilakukan."

"Terima kasih karena mengatakannya, Gaeul."

"Total pesanannya bisa Haknyeon Oppa lihat di layar," ucapan Gaeul membuat Haknyeon tertawa, "baguslah kalau Haknyeon Oppa tertawa. Wajahmu sejak masuk kemari terlihat muram."

Haknyeon mendengarnya hanya tersenyum.

Menyerahkan kartu kredit dan Haknyeon melihat Gaeul yang memproses pembayarannya. Sebenarnya Gaeul tidak seperti itu jika dengan orang lain, tetapi karena Haknyeon sering bersama San saat membeli minuman kemari—serta kebiasaan aneh San yang tidak mau mendengar jumlah yang harus dibayarkannya disebutkan—sehingga secara tidak sadar, perempuan itu juga melakukan hal yang sama kepadanya.

Pada akhirnya, Haknyeon selama sisa hari itu tidak menghubungi San untuk mengabarkan jika sudah kembali ke Seoul. Padahal alasan Haknyeon datang sehari lebih awal dan kembali ke rumah sakit hari ini karena San.

Haknyeon adalah orang aneh. Dirinya yang memutuskan untuk mencoba mengakhiri semuanya dengan San secara baik-baik.

Namun, Haknyeon juga yang tidak bisa menerima kenyataan ini.

Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Where stories live. Discover now