48 - Berusaha untuk Bersikap Seperti Biasanya, Tetapi Tidak Bisa

16 3 0
                                    

Haknyeon tahu jika San menyadari jika dirinya berusaha untuk menghindarinya belakangan ini. Meski San tidak bertanya, Haknyeon tahu jika lelaki itu sekarang semakin menempel kepadanya—untuk pergi kemana pun—karena tindakan pasif agresifnya untuk membuat Haknyeon mengatakan hal yang sebenarnya kepada San

Namun, bagaimana bisa Haknyeon mengatakan hal tersebut?

Apakah jika Haknyeon mengatakannya, pertemanannya dengan San tidaklah terganggu?

"Sebenarnya aku melakukan apa sampai kamu terus menghindariku, Haknyeon?" San yang akhirnya sudah tidak bisa menahan dirinya dan menatap Haknyeon kesal. "Aku tahu orang mabuk melakukan hal-hal bodoh, tetapi aku bukanlah orang yang tidak mudah meminta maaf atas kesalahanku." Kemudian San menghela napas, lalu berkata, "Oke, aku mengakui kalau aku mendengarnya pasti akan ada sedikit drama karena tidak mudah menerima kenyataan tersebut. Tapi aku tidak selama itu untuk mendramatisir keadaan!"

Haknyeon hanya tersenyum dan San berdecak. Mendengar gumaman San—yang seperti sengaja untuk dikatakan sehingga Haknyeon mendengarnya—jika dirinya selalu tersenyum, seolah masalah yang ada tidaklah penting. Haknyeon tidak mengatakan apa pun, karena San hanya tidak perlu tahu yang sebenarnya.

Karena bagaimana Haknyeon menjelaskan sebenarnya senyuman ini hanyalah untuk menyakinkan diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja? Saat kenyataannya kepala dan hati Haknyeon yang berantakan karena perasaan yang seharusnya tidaklah eksis ini. Haknyeon tidak bisa mengatakannya karena bayangan kehilangan San sebagai orang yang paling berarti di hidupnya.

"Haknyeon!"

"Maafkan aku, San."

San menatap Haknyeon selama beberapa saat, kemudian menghela napas panjang. Haknyeon paham rasa frustrasi yang San perlihatkan kepadanya, tetapi dirinya tidak berani mengambil resiko untuk mengatakan yang sebenarnya. Lebih baik Haknyeon yang tersiksa sendirian, tetapi masih tetap melihat San di sekitarnya daripada memilih jujur dan berakhir kehilangan.

Haknyeon yakin bisa mengatasi hal ini sendirian dan hanya membutuhkan waktu untuk membuatnya bisa kembali normal. Namun, yang Haknyeon tidak perhitungkan adalah San yang menarik tangannya dan memaksa untuk mengikuti langkahnya.

"San ... San!" Haknyeon memanggil San yang seolah tidak peduli dengan apa pun yang terjadi saat ini di sekitar mereka. "San, kita ada kelas lima menit lagi."

"Persetanan dengan kelas. Aku bertekad hari ini permasalahan kita harus selesai."

"San...."

"Haknyeon, aku sudah bertekad dan jika harus melawan satu dunia untuk mewujudkannya, aku tidak peduli."

Haknyeon pada akhirnya diam dan membiarkan San untuk membawanya pergi menjauh dari kampus. Bahkan kali ini San yang menyetir mobil, padahal biasanya adalah Haknyeon. Namun, Haknyeon mengernyit saat menyadari jika arah mobil yang dikendarai mereka bukan menuju apartemennya—yang sering dibercandai oleh Haknyeon sebagai rumah keduanya San—dan menuju ke tempat yang tidak dikenalinya.

"San, kita ke mana?"

Namun, San tidak mengatakan apa pun dan Haknyeon hanya bisa menerka-nerka. Karena ini jelas bukan jalan ke apartemen yang San tinggali selama ini dan saat menyadari mobil yang mengarah keluar dari Seoul, tentu Haknyeon mengernyit.

Rasanya ini terlalu berlebihan.

Akan tetapi, sejak kapan definisi berlebihan bagi Haknyeon dan San itu sama? Bahkan rasa-rasanya definisi hal-hal trivial bagi Haknyeon dan San sangatlah berbeda dan terkadang itu membuat Haknyeon merasa minder.

Pada akhirnya mereka tiba di sebuah tempat parkir. Sekeliling tempat parkir, banyak ruko-ruko yang tampaknya memiliki nuansa seperti di Itaewon. Haknyeon menoleh ke arah San, menunggu lelaki itu mengatakan sesuatu kepadanya. Namun, yang didengar Haknyeon adalah gerutuan San karena menyetir ke Ansan ternyata cukup melelahkan baginya.

Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Where stories live. Discover now