64 - Akhirnya Menyadari Sepenuhnya Bahwa Dia yang BerhargaBagi Hidupnya

1 1 0
                                    

Haknyeon terbangun dan membuka matanya dengan lebar. Saat hendak bangun karena mengira dirinya ketiduran sehingga berakhir di kamarnya, perlahan ingatan Haknyeon kembali memutar kejadian-kejadian sebelumnya.

Akhirnya Ibunya dimakamkan pada pagi hari. Hyoyeon dan Haerin menangis serta memeluk satu sama lain saat melihat peti mati Ibu mereka diturunkan ke liang lahat dan mulai dikuburkan. San yang merangkul Haknyeon dan menepuk-nepuk pelan bahunya sebagai bentuk menguatkan.

Haknyeon yang akhirnya kembali pulang ke rumah dan hal terakhir yang diingatnya adalah tengah berbicara dengan San. Membuat Haknyeon menghela napas karena tidak bisa mengingat apa yang terjadi setelahnya. Entah Haknyeon masuk ke kamar dengan kakinya sendiri atau dibantu oleh orang lain karena tubuhnya yang menyerah karena belum tidur hampir 3 hari lamanya.

Saat Haknyeon mengalihkan padangan dari langit-langit kamarnya dan menoleh ke samping, terkejut karena ada San di sampingnya. Tengah tertidur dan sebelah tangan Haknyeon yang dijadikan alas tidur untuk San. Hal yang memang dari dulu sering San lakukan setiap mereka tidur bersama dan membuat Haknyeon tersenyum. Tubuhnya sengaja Haknyeon miringkan sehingga menghadap San. Sebelah tangannya yang bebas, perlahan mengusap kepala San. Sesekali Haknyeon memainkan rambut San, meski pikirannya sekarang saling tumpang tindih dengan perasaannya.

Kepala Haknyeon yang masih memikirkan penyesalan karena tidak bisa kembali ke Jeju lebih cepat dan membawa Ibunya ke Seoul untuk pengobatan yang lebih baik. Juga memikirkan seharusnya San tidaklah bersamanya karena memiliki pekerjaan di Seoul yang tidak bisa ditinggalkan seenaknya.

Namun, perasaan Haknyeon tidaklah seperti kepalanya yang penuh kekhawatiran. Nyatanya sekarang Haknyeon merasa lega karena San ada di depannya. Akan tetapi, Haknyeon merasa tidak benar saat terpikirkan Ibunya sekarang tidak merasakan sakit karena penyakitnya.

Rasanya seperti Haknyeon tidak mau merawat Ibunya yang sakit, padahal dirinya adalah seorang dokter. Meski memang keilmuan yang Haknyeon tekuni sekarang tidak akan bisa berguna untuk menolong Ibunya-karena Haknyeon spesialis anak-akan tetapi seharusnya Haknyeon bisa mencarikan pengobatan yang terbaik.

"Hngg ... Haknyeon?" suara San itu membuat Haknyeon mengerjapkan matanya, tidak menduga dirinya akan melamun.

Terkejut sekaligus panik, Haknyeon segera menarik tangannya menjauh dari San. Akan tetapi, San dengan cepat menangkap tangan Haknyeon dan mereka saling bertatapan. Haknyeon tidak tahu harus mengatakan apa saat ini, akan tetapi menyadari jika tangannya perlahan digenggam oleh San.

"Apa kamu memikirkan untuk melarikan diri lagi?" tanya San yang tidak dijawab oleh Haknyeon. "Atau memikirkan hal-hal yang seharusnya itu terbaik untukku serta semua orang."

"San, aku tahu kamu marah padaku. Tapi itu demi..., " ucapan Haknyeon yang menggantung itu tidaklah membuat San mengatakan apa-apa atau memotong ucapan Haknyeon. Akan tetapi, sampai beberapa waktu berlalu pun, Haknyeon tidak mengatakan apa-apa. kemudian, Haknyeon menghela napas panjang dan berkata, "maafkan aku, San."

San tidak mengatakan apa-apa dan setiap waktu yang terlewati saat mereka saling menatap itu menyuksa Haknyeon. akhirnya San berkata, "Seharusnya aku tidak memaafkanmu, Haknyeon."

Meski Haknyeon paham alasan San mengatakan itu, nyatanya tidak semudah itu untuk hatinya menerima. Ada rasa sesak dan kemudian merasakan tangannya yang digenggam dengan erat oleh San dan Haknyeon fokus menatap lelaki di depannya.

"Ini tidaklah adil." Protes San dan berdecak. "Kenapa aku tidak bisa benar-benar marah padamu meski melakukan hal seperti ini berkali-kali kepadaku?"

"Maafkan aku, San."

"Kali ini jangan buat maafmu sia-sia dan berpikiran untuk mengulanginya di masa depan nanti."

Haknyeon belum sempat menjawab saat mendengar suara yang nyaring dari perutnya. Membuat Haknyeon merasa malu, sementara San tertawa pelan dan bangun dari posisi tidurnya. Membantu Haknyeon untuk bangun dan kemudian San menatap sekitarnya, sebelum kembali menatap Haknyeon.

Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Where stories live. Discover now