35 - Kepedulian yang Lebih Baik Terlambat daripada Tidak Sama Sekali

6 3 0
                                    

Mingi tidak tahu apa yang membuatnya lebih memilih untuk bertemu dengan Hongjoong belakangan daripada dengan Yunho. Padahal dari sikap, Mingi lebih bisa menolerasi Yunho—hal yang sebenarnya cukup membuat dirinya terkejut—daripada berinteraksi dengan Hongjoong.

Oke, bohong sekali kalau Mingi tidak tahu alasannya memilih untuk menemui Hongjoong. Karena Mingi tahu kalau belakangan San sering menemui Seonghwa. Kalau Mingi tidak berharap jika Seonghwa bisa membantunya untuk kembali bersama San, mana mungkin dirinya akan sering muncul di depan Hongjoong.

Namun, bukan berarti itu adalah hal yang mudah. Hongjoong bukanlah orang yang mudah percaya dengan orang lain. Apalagi Hongjoong tahu jika Mingi cukup dekat dengan Yunho—yang mana sebenarnya Mingi tidak tahu ini rumor dari mana yang menganggap keduanya dekat—dan setelah berusaha beberapa kali, akhirnya Hongjoong mau memberikan nomor Seonghwa kepadanya.

"Ck, kenapa pesanku belum kunjung dibaca?" gerutu Mingi saat mengecek aplikasi pesan saat sudah berada di tempat parkir basement. Menghela napas, kemudian Mingi kembali berdecak karena mengingat rumor yang orang-orang anggap sebagai fakta tersebut. "Seonghwa Hyung tidak berpikir aku menghubunginya karen Yunho, 'kan?"

Tentu tanya tersebut tidak ada jawabnya karena di dalam mobil hanya ada Mingi. Kembali menghela napas panjang dan Mingi memutuskan untuk turun dari mobilnya. Mingi berpikir akan menelepon Seonghwa besok pagi, karena sekarang jam makan siang sudah berakhir dan menelepon saat sore sepertinya bukan waktu yang tepat.

Setidaknya Mingi masih tahu tata krama untuk menghubungi seseorang, terutama yang sudah menikah. Apalagi Mingi tidak mau kesempatannya untuk kembali bersama San benar-benar hilang hanya karena sikapnya. Meski Mingi tahu selama ini dia selalu melakukan kesalahan-kesalahan yang terus disesalinya saat berusaha untuk membuat San kembali kepadanya.

Namun, Mingi tidak menduga saat baru masuk ke pintu depan mall, dia akan melihat Ayahnya yang menampar Siyeon di depan semua orang. Tentu banyak yang terkesiap, tetapi sebelum ada orang-orang yang merekam kejadian tersebut, Mingi langsung menoleh untuk mencari petugas keamanan.

Setelah itu, Mingi kembali untuk menghampiri Ayahnya serta Siyeon. Bahkan Mingi tidak menyadari jika dia berlari saat melakukannya dan menangkap tangan Ayahnya saat hendak kembali menampar Siyeon.

"Aish, apa tidak bisa bertengkar di tempat yang tidak citra perusahaan?" tanya Mingi yang semakin mencengkram tangan Ayahnya yang berusaha menariknya untuk melepaskan diri. "Aku tanya, Tuan Song Kwangmin, apa yang Anda pikirkan saat memukul Siyeon Noona?!?"

"Anak sialan, lepaskan tanganku!"

"Lalu membiarkan Anda kembali memukul seorang perempuan?" tanya Mingi, lalu melengos dan mendelik ke arah Ayahnya. "Saya mungkin banyak melakukan hal-hal bodoh, tetapi tidak mungkin membiarkan Anda kembali memukul saudari saya."

Namun, yang Mingi tidak duga adalah sebelah tangan Ayahnya yang mencoba memukulnya dengan tongkat yang selama ini digunakannya untuk membantunya berjalan. Tentu Mingi refleks untuk melepaskan sebelah tangan Ayanya yang dia cengkram untuk melindungi kepalanya dari pukulan lelaki itu.

Akan tetapi, Mingi merasakan tubuhnya yang ditarik ke belakang dan membuatnya tidak terkena pukulan Ayahnya. Namun, tentu bukan berarti semuanya selesai. Lantaran sekarang Mingi melihat Ayahnya yang tersungkur ke lantai dan dirinya tidak bergerak sedikit pun. Masih berusaha memproses apa yang sebenarnya terjadi, tetapi suara Siyeon yang memanggil petugas keamanan serta sekretaris Ayahnya yang membuat Mingi perlahan mulai menyadari sekitarnya.

"Mingi, ayo pergi," suara Siyeon yang mengajak Mingi untuk menjauh, tidak dijawab olehnya, tetapi bukan berarti Mingi tidak menuruti perempuan tersebut.

Shake You Down | Hwisan, Minsan & Haksan [✓]Where stories live. Discover now